BAGI YANG BERMINAT ATAU MEMBUTUHKAN SKRIPSI YANG COCOK DENGAN YANG ANDA CRI SILAHKAN POSKAN PESANAN ANDA LEWAT SINI. KAMI MELAYANI SECARA ONLINE ATAU LANGSUNG DATANG SENDIRI KE "CAHAYA.COMP" ALAMAT KANTOR SUMBERBENDO JOGOROTO JOMBANG. 085649-615-631 /0321-698-2119 EMAIL CAHAYA.COMP@YAHOO.CO.ID

Rabu, 25 November 2009

Pengaruh Metode Pengajaran Qiro’aty terhadap baca tulis Al-Qur’an di TPQ Darussalam Kedongboto Jogoroto Jombang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
 Al-Qur’an merupakan petunjuk hidup umat islam, yang bila merujuk kepada Al-Qur’an segala yang di hadapi dapat dipecahkan dengan mudah Al-Qur’an merupakan kitab suci yang sangat sempurna karna itu dapat dijadikan pedoman dalam urusan dunia akhirat bagi seluruh umat yang mengimaninya agar terhindar dari kebodihan kemiskinan dan kejahatan menuju kebahagiaan hidup hakiki baik dunia maupun akherat kelak 
 Disisi lain Al-Qur’an itu mengandung pokok-pokok syare’at yang ajarannya terdapat juga didalam kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT sebelumnya. Karena kehadiran Al-Qur’an adalah untuk meyempurnakan kitab-kitab yang di turunkan sebelumnya .
 Sesuai dengan namanya Al-Qur’an adalah bacaan sebagai nama terungkap dalam Al-Qur’an Surat Al-Qiyamah : 17-18
 •
artinya Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. 
Ayat diatas dapat diambil pelajaran, bahwa setiap muslim, Atau mu’min yang menyakini Al-Qur’an berkuwajiban dan bertanggung jawab terhadap kitab suci nya yaitu AL-Qur'an beban tanggung jawab itu adalah membaca dan mengajarkannya walaupun hanya satu alif saja.
Pernyataan diatas dipertegas dengan Sabda Rosulloh SAW.
••

artinya Dari Ustman bin affan r.a berkata, rosulloh SAW bersabda : sebaik-baik (diasntara kamu) adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkanya (HR Bukhori Muslim) 
Hadits diatas menunjukan bahwa mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an merupakan kwajiban utama bagi umat islam. 
Mempelajari Al-Qur’an tidak hanya untuk umat islam yang Mukallaf saja, tetapi anak-anak islam harus sejak dini dikenalkan Al-Qur’an dengan cara belajar enulis dan membacanya. Hal ini merupakan kwajiban orang tua terhadap anak-anaknya. Ini sesuai dengan sabda Rosulloh SAW.
•
Yang artinya : Didiklah anak-anakmu dengan 3 (tiga) perkara: Mencintai Nabimu, Mencintai keluarga Nabi dan membaca Al-Qur’an (HR Ath Thobroni)
Jadi belajar A;l-Qur’an harus ditanamkan sejak anak usia dini, karena anak lebih mudah menangkap dan menerima apa yang disampaikan padanya, mengingat jiwa anak masih murni dan bersih belum tercapuri berbagai keadaan. 
Belajar dan mengajar Al-Qur’an dinegara Indonesia disamping suatu Kewajiban juga hal ini merupakan pelaksanaan instrusi Mentri Agama RI No 3 tahun 1990 tanggal 26 September 1990 tentang pelaksanaan upaya penigkatan kemampuan baca Al-Qur’an  
Berawal dari instruksi Mentri tersebut maka pengajaran pengajian Al-Qur’an yang sudah lama dilakukan oleh lembaga ataupun dilaksanakan oleh Guru-guru di Musolla-musolla dan di rumah, dan untuk lebih meningkatkan pengajaran Al-Qur’an yang lebih efektif dan efisien maka munculah pengajaran Al-Qur’an. 
Salah satu system pengajaran Al-Qur’an itu adalah dengan membentuk atau mendirikan TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang dapat dijadikan salah satu alternatif system pengajaran Al-Qur’an.
Untuk mendapatkan gambar tentang TPQ yang menggunakan metode Qiro’aty sebagai alternatif pendidikan Al-Qur’an, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul. Pengaruh Metode Pengajaran Qiro’aty terhadap baca tulis Al-Qur’an di TPQ Darussalam Kedongboto Jogoroto Jombang.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang ada, maka penulis merumuskan  
  permasalahan sebagai berikut: 
- Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara metode pengajaran Qiro’aty dengan minat baca Al-Qur’an para santri di TPQ Darussalam? 
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban yang lebih jelas dari permasalahan diatas yaitu : 
1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode Qiro’aty yang dipakai belajar mengajar Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui factor penghambat dan pendukung dalam proses belajar mengajar Al-qur’an dengan menggunakan metode Qiro’aty.
3. Untuk mengetahui hasil yang di capai atau kemampuan murid dalam belajar Al-Qur’an dengan menggunakan metode Qiro’aty.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut : 
1. Sebagai bahan masukan bqagi penulis untuk membangkitkan sikap ilmiah menuju provesionalisme sebagai pendidikan muslim 
2. Sebagai bahan masukan bagi penulis untuk mengembangkan Taman Pendidikan Al-Qur’an yang sudah penulis rintis.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengelola Taman Pendidikan Al-Qur’an.
E. Penegasan Judul
1. Metode
Arti secara bahasa berasal dari bahasa inggris yaitu method yang artinya cara/pola. Dan pola artinya system, Cara kerja, bentuk (struktur yang tepat). 
2. Pengajaran 
Pengajaran adalah :
a. Proses, perbuatan cara mengajar/mengajarkan 
b. Pendidikan mengajarkan : segala sesuatu mengenai mengajar
c. Pernyataan sebagai pengajaran peristiwa yang di lalui atau yang di lihatnya  
3. Alternatif
Arti secara bahasa adalah (di antara dua/lebih tentang suatu hal)
4. Al-Qur’an
Dari segi bahasa Lafal ini di bumjbui hamzah dan di baca AL-Qur'an, berasal dari Qoro’a yang artinya bacaan (membaca) di ambil orang arab dari bahasa Aramania dan di gunakan dalam perkataan sehari-hari, dan kata qoro’a juga bisa berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dari defenisi AL-Qur'an di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa AL-Qur'an adalah Kalammullah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril, dan di turunkan secara berangsur-angsur. 
Sedang yang di maksud Metode Qiro’aty disini adalah suatu cara penuntun membaca Al-Qur’an dengan mengajarkan Al-Qur’an langsung dengan petunjuk tartilnya yang dilaksanakan di TPQ Darussalam.
F. Metode Penentuan Dan Strategi Penelitian
1. Metode Deskriptuf Kualitatif
Metode deskriptif kualitatif adalah penelitian yang kualitas hubungan, aktivitas, situasi atau bahan yang mana penekananya pada uraian yang lebih besar secara rinci tentang apa yang terjadi dalam suatu kegiatan atau situasi. Penelitian kualitatif lebih menaruh perhatian pada proses dismping produk. Dalam menganalisis data lebih cenderung secara induktif yaitu :berfikir yang menganalisa dari yang bersifat khusus terlebih dahulu selanjutnya di pakai untuk bahan penarikan kesimpulan yang bersifat umum.
2. Strategi Penelitian 
Dalam pembahasan penelitian ini penulis melakukan penelitian di Taman Pendidikan Al-Qur’an Darussalam Dsn. Kedongboto Jogoroto Jombang. Adapun strategi yang di tempuh sesuai judul yang ada adalah sebagai berikut.

a. Penentuan Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Yang mana obyek penelitian itu adalah keseluruan santri yang ada di Taman Pendidikan Al-Qur’an Darussalam Kedongboto Jogoroto Jombang yang berjumlah 102 santri.
b. Penetuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian , yang mana obyek penelitian itu ada di sana, Dalam penelitian ini, lokasi penelitiannya adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an Darussalam Kedongboto Jogoroto Jombang.
G. Sistematika pembahasan
Dalam memaparkan uraian skripsi ini, penulis menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I : Penulis membahas tetang pendahuluan yang didalamnya meliputi latar belakang, Alasan Pemilihan judul, Perumusan Masalah, Tujuan Pembahasan, Kegunaan Pembahasan, Ruang lingkup pembahasan, Metode penelitian, Strategi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II : Dibahas tentang landasan teoritis yang pada awalnya diuraikan tentang pengertian Al-Qur’an, Fungsi Al-Qur’an, Metode belajar Al-Qur’an, Sistem menejemen pengelolahan TPQ, Faktor-faktor yang menunjang dan menghambat proses belajar mengajar Al-Qur’an. 
Hasil penelitian dari data yang didapat dari lapangan di sajikan pada,
Bab III : di bahas mengenai metode-metode penelitian yang di gunakan dan penjabarannya. 
Bab IV : Dalam bentuk penyajian dan analisa hasil penelitian sebelumnya diberikan latar belakang obyek.
Bab V : Merupakan akhir dari penulisan laporan penelitian, akan dipaparkan kesimpulan, saran serta lampiran.







 




KORELASI ANTARA KETELADANAN ORANG TUA DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA DI MI MIFTAHUL ULUM JARAK KULON JOGOROTO JOMBANG

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang 

Pada dasarnya lingkungan hidup adalah yang di kenal oleh anak pertama dan utama adalah lingkungan keluarga.Dimana lingkungan keluarga memberikan pengalaman-pengalaman serta memberikan tantangan pada anak supaya anak dapat menyusuaikan diri terhadap lingkungan hidupnya.Dan lingkunga keluarga juga merupakan sumber anak untuk memperoleh pendidikan dan berbagai macam inspirasi.Akan tetapi kehidupan anak tidak hanya dilingkungan keluarga.Sisa waktu anak juga dilalui di sekolah dan di masyarakat. Dilingkungan hidupnya tersebut,anak tidak lepas dari berbagai masalah yang timbul sebagai akibat dari hubungan atau interaksi anak dengan lingkungan sosiak sekitarnya inilah yang pada akhirnya turut membentuk sikap sosial anak.
Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia yang lain dalam berbagai kehidupan bermasyarakat. Sedang pendapat lain mengatakan interaksi dikalangan manusia; interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat, seperti saling tolong-menolong,saling memberi dan menerima, simpati dan anti pati rasa setia kawan dan sebagainya.
Dalam lingkungan hidup bermasyarakat anak tidak lepas dari berbagai macam tantangan dan kesulitan yang biasanya timbul selama bertahun-tahun dalam perkembangan menuju kedewasaanya. Diantaranya dalam hal bergaul,berinteraksi menyesuaikan diri dengan lingkungan,berkerjasama,tidak egois, dan lain sebagainya. Dilingkungan sekolah misalnya anak banyak mendapat kesulitan dalam hal bergaul sesama teman, kesulitan menerima pelajaran,kesulitan dalam menerima peraturan sekolah yang mengikat dan sebagainya. 1
Maka untuk mengatasi problem-problem sosial tersebut dan untuk membentuk sikap sosial yang positif seperti kecenderungan mudah bergaul, dapat berinteraksi dengan baik,menghormati,menghargai dan mampu berkerjasama, memiliki tanggung jawab, percaya diri dan simpati anak memerlukan bantuan adanya bimbingan seorang guru di sekolah, tidaklah cukup dalam membentuk sikap sosial anak yang positif, tanpa adanya keteladanan yang baik,pendidikan anak tidak akan berhasil dan nasihat tidak akan berpengaruh, disamping itu keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak.
Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, akan tetapi fitrah tersebut tidak akan berkembang dengan baik kalau tidak ada usaha orang tua, untuk memelihara, mengembangkan serta mengarahkan, oleh karena itu orang tua yang baik adalah orang tua yang selalu dapat memberikan pimpinan, termasuk dalam hal bersikap sosial. Orang tua adalah pembimbing yang harus dihormati dan diteladani dalam segala sikap dan tingkah lakunya, selama tingkah laku orang tua tidak menyimpang dari norma-norma agama dan norma masyarakat.
Hal ini sesuai dengan hadist yamg diriwayatkan oleh Imam muslim dalam shohih muslim juz 11, sebagai berikut:  




 “Tidaklah anak yang dilahirkan itu, kecuali telah membawa (fitrah atau kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi atau Nasrani atau Majusi.”2 (HR.Muslim).2


Sikap sosial dan keteladanan seperti suatu sebab akibat artinya tidak akan terbentuk sikap sosial yang baik jika tidak ada keteladanan yang baik, keteladanan yang diberikan orang tua terhadap anaknya merupakan suatu proses pendidikan langsung dan paling efektif diterapkan dikeluarga. Dengan keteladanan itu diharapkan anak didik akan mencontoh atau meniru segala sesuatu yang baik dalam perkataan dan perbuatan pendidiknya. Banyak sekali keteladanan yang perlu ditampilkan orang tua dalam kehidupan sehari-hari seperti orang tua selalu berprilaku sabar, ramah, menjahui larangan Allah dan mengerjakan segala perintahnya, dermawan, disiplin kerja, dan waktu, kebersihan dan hidup sehat, jujur serta perbuatan amal baik lainnya, karena dengan keteladanan anak didik hanya sekedar menganggap ucapan makna dari pendidiknya tertuju justru dari keseluruhan pribadi yang tergambar pada sikap tingkah laku pendidiknya. 
Abdullah Nasih Ulwan menjelaskan bahwa ketika kedua orang tua menginginkan sang anak tumbuh dalam kejujuran, amanah, menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak diridhoi agama, kasih sayang, makna hendaklah kedua orang tua memberikan teladan misalnya dalam berbuat kebaikan, menjauhi kejahatan, meninggalkan kehinaan, mengikuti yang hak, meninggalkan yang bathil.3


Dengan demikian keteladanan orang tua merupakan factor penting dalam menentukan sikap sosial anak, yang dalam pelaksanaannya memerlukan bantuan-bantuan pihak dari luar lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
Akan tetapi beberapa fenomena yang kita hadapi sering bertentangan dengan teori tersebut misalnya masih ada siswa yang suka membolos, tidak mematuhi peraturan sekolah, bersikap arogan karena pengaruh temannya, sulit bergaul kerena perasaan minder (tidak percaya diri) dan tidak suka tolong-menolong (tidak setia kawan) karena egonya. 
Oleh karena itu Peneliti tertarik meneliti lebih dalam mengenai “korelasi antara keteladanan orang tua terhadap sikap sosial siswa di MI Miftahul Ulum Jarak kulon Jogoroto Jombang Tahun 2005/2006
B. RUMUSAN MASALAH
Berbijak dari latar belakang penelitian ini, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 
1. Bagaimanakah keteladanan orang tua di MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang ?
2. bagaimanakah sikap sosial siswa di MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang ?
3. apakah terdapat korelasi antara keteladanan orang tua terhadap sikap sosial siswa di MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keteladanan orang tua di MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang.
2. untuk mengetahui sikap sosial siswa di MI Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang.
3. untuk mengetahui korelasi antara keteladanan orang tua terhadap sikap sosial siwa di Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang.

D. KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun kegunaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis.
Dalam penelitian ini setidaknya dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya tentang keteladanan orang tua terhadap sikap sosial siswa.
2. Secara praktis
Dapat memberika informasi tentang keteladanan orang tua terhadap sikap sosial siswa khususnya di Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang dan umumnya bagi masyarakat luas atau Peneliti lain yang masalahnya berhubungan dengan penelitian ini.

E. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesa berasal dari dua penggalan kata, yaitu “hypo” yang artinya “dibawah” dan “teas” yang artinya “kebenaran” jadi hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.4
Menurut Amirman Yousda dalam bukunya: “Penelitian dan Statistik Pendidikan menjelaskan bahwa hipotesis suatu jawaban sementara yang perlu diuji kebenaranya.”5
Jadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “hipotesis kerja” (Ha) yang berarti ada / terdapat korelasi antara keteladanan orang tua terhadap sikap sosial siswa di Miftahul Ulum Jarak Kulon Jogoroto Jombang 2005/2006
F. BATASAN OPERASIONAL
Untuk memperjelas makna variabel-variabel penelitian ini agar terhindar dari kesalahan persepsi, maka adanya batasan operasional bagi setiab fariabel,yaitu sebagai berikut:
1. Variabel independen keteladanan orang tua.
Keteladanan keteladanan yang dimaksud adalah keseluruhan aspek kehidupan pada diri orang tua yang meliputi,ibadah,puasa,prilaku: sikap,tingkah laku,cara berinteraksi, bicara: bismillah,alhamdulillah,dan segala sesuatu yang baik menurut ajaran islam yang dapat ditiru dan dicontoh anak dalam kehidupan sehari-hari.
2. Variabel dependen sikap sosial siswa.
Variabel sikap sosial siswa ini adalah kencenderungan-kecenderungan yang dimiliki oleh siswa yangt menyangkut tiga aspek psikologi yaitu aspek kognitif,efektif,psikomotorik (kreatif) dalam menghadapi atau menanggapi lingkungan sosialnya, yang mana kecerendungan tersebut secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu krearah positif, kecenderungan menghormati, menghargai,simpati dan lain-lain. Sedangkan yang kearah negatif yaitu kecenderungan untuk membiarkan,menentang,tidak perduli (anti pati) terhadap obyek sosial yang dipahami. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah lingkungan keluarga,lingkungan sekolah dan masayarakat.
G. Sistematika pembahasan
  Untuk memudahkan dalam uraian penelitian ini,maka diperlukan sistimatika pembahasan sebagai berikut:  

BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,rumusan masalah,tujuan penelitian,kegnaan penelitian,hipotesis penelitian,batasan oprasional,sistematika pembahassan.
 
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Yang berisikan antara lain: pengertian keteladanan orang tua,fungsi keteladanan orang tua, aktivitas keteladanan orang tua dengan sikap sosial siswa. Pengertian sikap sosial siswa,pembentukan dan perubahan sika,dan pentingnya siksp sosial bagi siswa.
Bahasan tentang keteladanan orang tua dengan sikap sosial siswa.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam hal ini membahas tentang metode penelitian populasi dan sampel,metode pengumpulan data,dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN
  Dalam bab ini meliputi kesimpulan uraian–uraian dan pembahasan-pembahasan. Disamping itu juga saran-saran sebagai masukan (kritik) terhadap permasalahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

STUDI TENTANG PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI BIDANG BAHASA ARAB TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB DI MTs. NURUL QUR’AN DUSUN BENDUNGREJO D

ABSTRAKS

Kegiatan penelitian ini dilatarbelakangi oleh Undang-Undang RI. No. 2 Tahun 1989 pasal 4 serta adanya pemikiran bahwa cara-cara belajar siswa khususnya siswa MTs. Nurul Qur’an Bendungrejo Jogoroto Jombang tahun pelajaran 2004 / 2005 kurang efektif dan efisien, sehingga perlu adanya inovasi dalam belajar, baik belajar mandiri maupun belajar secara kelompok, baik di rumah maupun di sekolah.
Adapun permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh kedisiplinan siswa di bidang bahasa Arab terhadap peningkatan kemampuan berbahasa Arab di MTs. Nurul Qur’an Bendungrejo Jogoroto Jombang tahun pelajaran 2004 / 2005. Untuk itu perlu adanya penelitian yang lebih cermat dan komprehensip, sehingga diperoleh jawaban yang sesuai dengan tujuan dilaksanakannya penelitian ini, yaitu mendapatkan gambaran yang konkrit mengenai pengaruh kedisiplinan siswa di bidang bahasa Arab terhadap kemampuan berbahasa Arab. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs. Nurul Qur’an Bendungrejo Jogoroto Jombang yang berjumlah 300 siswa. Dari jumlah populasi 300 siswa, ditetapkan 25 % dari jumlah tersebut digunakan sebagai sampel penelitian yaitu sebesar 75 siswa. Jadi responden yang menjadi obyek penelitian adalah sejumlah 75 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi. Dan data yang diperoleh, dianalisis dengan analisis statistik kuantitatif dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat.
Hasil perhitungan analisis statistik dengan rumus Chi Kuadrat didapatkan nilai X2 sebesar 29,00 yang lebih besar dari nilai tabel harga kritik Chi Kadrat, baik dalam taraf signifikan 1% mapun 5%. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan. Adapun apabila dilihat dari prosentase pengaruh, maka pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) termasuk dalam kategori “cukup” dengan nilai prosentase 70,67%. Dengan demikian dari keseluruhan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kedisiplinan siswa di bidang bahasa Arab, maka akan semakin berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berbahasa Arab.



Korelasi antara kegiatan pramuka dengan sikap kemandirian siswa di MI Hasyim Asy’ari kec. Jogoroto Kab. Jombang tahun pelajaran 2005-2006

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah 
 Sekolah sebagai pendidikan formal mempunyai kewajiban dan tanggung jawab mendidik, membina ,melatih dan membekali para siswa sebagai generasi penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional , untuk menuju tercapainya masyarakat adil dan makmur , seperti dalam program pendidikan telah disebutkan tentang tujuan pendidikan nasional adalah 
“Untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia ,yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur , berkepribadian , mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani .Pendidikan Nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotic dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan social serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi masa depan, iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar dikalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan berkeinginan untuk maju  
Bila diperhatikan tujuan pendidikan nasional tersebut diatas, bahwa dalam pendidikan tersebut bertujuan mengantarkan manusia menjadi manusia yang berguna dan bertanggung jawab. Menyatakan bahwa diantara ulama-ulama mutaakhir yang telah menyentuh persoalan tanggung jawab adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang menganggap rasa tanggung jawab sebagai salah satu ciri pokok bagi manusia pada pengertian Al-Quran dan islam, sehingga dapat ditakrifkan manusia sebaagai “ Makhluk yang bertanggung jawab “ 
 GBHN juga menegaskan bahwa, generasi muda termasuk para siswa, dan para siswa adalah penerus cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional yang berdasarkan pancasila dan UUD1945 
 Manusia sebagai makhluk yang mulia diciptakan oleh Allah sebagai dan pelaksana ajaran, oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan, sesuai dengan kedudukannya yang mulia itu, Allah menciptakan manusia bentuk fisik yang bagus dan seimbang
 Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi itu, Allah memperlengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan mengembangkaan ilmu pengetahuan dan membudayakan ilmu yang dimilikinya, ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia adalah karena akal dan perasaan, setiaap orang menyadari bahwa ia mempunyai akal dan perasaan, akal pusatnya di otak, digunakan untuk berfikir, perasaan pusatnya dihati, digunakan untuk merasa dan dalam tingkat paling tinggi, umumnya rasa itu berasal dari gejala yang merangsang alat dria, namun ia selalu melalui pengolahan otak (pikiran) untuk itu selanjutnya diteruskan ke hati, penggunaan akal dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang dalam lingkungan sosialnya, dapat membuat dia senang dan marah. Kemampuan berfikir daan merasa ini merupakan nikmat anugerah Tuhan yang paling besar, dan ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa dan mulia dibanndingkan dengan makhluk yang lainnya.
 Karena akal itu merupakan alat untuk menuntut ilmu dan ilmu merupakan alat untuk mempertahankan kesulitan manusia, maka islam memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu, bukan saja ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu lainnya. Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh manusia melalui pengalaman, informasi, perasaan dan melalui instuisi, ilmu pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal (berfikir) dan perasaan tentang sesuatu yang diketahui itu.
 Akibat manusia menggunakan akal pikirannya, perasaannya dan ilmu pengetahuannya tumbuhlah kebudayaan, baik terbentuk sikap, tingkah laku, cara hidup ataupun berupa benda, irama, bentuk dan sebagainya. semua yang terkumpul dalam otak manusia yang berbentuk ilmu pengetahuan adalah kebudayaan, disamping unutk kesejahteraan dan ketenangan, kebudayaan juga dapat berbahaya dalam kehidupan. Budaya yang menurut pikiran dan perasaan semata, tanpa pertimbangan norma etika dan agama, akan menimbulkan bahaya, baik bahaya itu pada pelakunya sendiri, maupun pada orang atau kelompok lain, karena itu kebidayaan harus diikat dengan norma, etika dan agama, agama islam dipandang tidak saja sebagai pengikat, melainkan juga sekaligus sebagai sumber atau kebudayaan, kebudayaan islam diciptakan oleh orang islam sendiri, sebab orang islam berfikir dan bertindak sesuai dengan pedoman yang digariskan oleh ajaran islam  
 Untuk meraih martabat yang lebih tinggi, manusia memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dalam belajar baik belajar dalam keluarga, sekolah masyarakat, dan begitu pula pendidikan yang ada di sekolah tidak hanya cukup pada jam-jam pelajaran saja, namun perlu ditunjang dengan pendidikan ekstra kurikuler, khususnya kegiatan pramuka, secara teoritis kegiatan pramuka sangat berpengaruh dengan sikap kemandirian siswa. Siswa, semakin aktif siswa mengikuti kegiatan pramuka, ia semakin bertambah sikap kemandiriannya, begitu pula sebaliknya, tetapi secara praktisnya apakah siswa yang mengikuti kegiatan pramuka akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya, atau dapat menunjang keberhasilannya? Untuk mengetahui lebih jelas maka peneliti mengangkat permasalahan ini dengan judul.
  “ Korelasi antara kegiatan pramuka dengan sikap kemandirian siswa MI Hasyim Asy’ari Kec. Jogororto Kab. Jombang tahun ajaran 2005-2006. 
B. RUMUSAN MASALAH 
Merujuk dari belakang masalah tersebut diatas maka yang menjadi pokok permasalan ini adalah 
 “Apakah ada hubungan antara kegiatan pramuka dengan sikap kemandirian siswa MI Hasyim Asy’ari Kec. Jogororto Kab. Jombang “
C. BATASAN MASALAH
Untuk menyamakan pemahaman dan menghindarkan penafsiran yang berbeda-beda terhadap skripsi ini, maka penulis anggap perlu memberikan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Kegiatan pramuka. yang dimaksud dengan kegiatan pramuka adalah suatu kegiatan yang mana selalu mengutamakan keluhuran budi, keluhuran watak, ketinggian mental, moral dan kecerdasan, keterampilan serta kesehatan jasmani dan rohani.
2. Sikap kemandirian siswa. Yang dimaksud dengan sikap kemandirian siswa adalah kecenderungan individu dalam memberikan respon yang menggambarkan suatu keadaan dalam diri individu untuk dapat berdiri sendiri yang ditandai dengan rasa percaya diri, bertanggung jawab. Ketidak tergantungan dalam melakukan sesuatu dan dapat mengambil keputusan sendiri. Untuk menmcapai sikap mandiri diperlukannya belajar dan latihan.
D. PENEGASAN JUDUL
 Agar dalam kegiatan penelitian ini tidak menimbulkan salah pengertian dan penafsiran, maka perlu penegasan istilah-istilah yang terurai dalam judul skripsi yang berbunyi “ Korelasi antara kegiatan pramuka dengan sikap kemandirian siswa di MI Hasyim Asy’ari Kec. Jogoroto Kab. Jombang “ berdasarkan judul tersebut dapat diberikan suatu penjelasan secara singkat sebagai berikut :
Korelasi :Hubungan timbal balik atau sebab akibat  
Kegiatan pramuka :Suatu kegiatan yang mana selalu mengutamakan keluhuran budi, keluhuran watak, ketinggian mental, moral dan keceredasan, keterampilan serta kesehatan jasmani dan rohani. 
Sikap : adalah cara beraksi yang bersifat potensial, atau
  berupa kesiapan, kesediaan dan kecenderungan
  Merasakan berperilaku terhadap obyek tertentu 
Kemandirian : berasal dari kata mandiri yang mendapat imbuhan 
 Ke-an yang artinya suatu yang tidak menggantungkan diri kepada orang lain yakni dapat berdiri sendiri  
Siswa :seorang individu yang sedang belajar di sekolah tertentu 
MI Hasyim Asy’ari :suatu lembaga pendidikan agama dibawah naungan Departemen Agama 
E. ALASAN MEMILIH JUDUL
 Dalam penulisan skripsi ini, beberapa alasan pemilihan judul yang perlu dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Pentingnya mengikuti kegiatan pramuka adalah untuk menciptakan kepribadian yang berwatak daan berbudi pekerti luhur.
2. Pentingnya sikap kemandirian adalah untuk memberikan respon yang menggambarkan suatu keadaan dalam diri individu untuk dapat berdiri sendiri.
3. Judul tersebut masih dalam jangkauan peneliti, baik dari segi pembiayaan, tenaga, waktu dan fasilitas yang tersedia.
F. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
- TUJUAN PENELITIAN 
Berdasarkan rumusan penelitian diatas, maka dapat dirumuskan 
 Tujuan penelitian ini sebagai berikut :
“Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kegiatan pramuka dengan sikap kemandirian siswa MI Hasyim Asy’ari Kec. Jogoroto Kab. Jombang”
- KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan manfaa
sebagai berikut :
1. Secara Teoritis : Akan menambah khazanah keilmuan khususnya dalam ilmu pendidikan dengan harapan dapat dikembanngkan lebih lanjut oleh pakar pendidikan atau semua pihak yang berkepentingan 
2. Secara Praktis : Akan memberikan masukan pada pihak-pihak yang terkait pada pendidikan di MI Hasyim Asy’ari Kec. Jogoroto Kab. Jombang tahun ajaran 2005-2006 dalam hal ini kegiatan pramuka .
G.HIPOTESIS MASALAH
Adapun dalam penelitian ini hipotesis alternatif sementara adalah sebagai berikut: Ada hubungan yang signifikan antara kegiatan pramuka dengan sikap kemandirian siswa di MI Hasyim Asy’ari Kec. Jogoroto Kab. Jombang tahun ajaran 2005-2006.
H.SISTEMATIKA PEMBAHASAN 
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini diklasifikasikan menjadi lima bab kemudian terbagi menjadi beberapa sub bab yang saling berkaitan, sehingga antara yang satu dengan yang lainnya berkaitan dan berhubungan, semua itu ditujukan agar permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dapat terjawab dengan tuntas. Adapun sistematika dalam pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I :Pendahuluan . yang berisi latar belakang masalah pengambilan judul skripsi yang penulis bahas, kemudian ditarik suatu rumusan masalah, setelah itu dicantumkan batasan masalah, penegasan judul, alas an memilih judul, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis masalah, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan
BAB II :Dalam bab ini membahas landasan teori, Yang berisikan pembahasan tentang kegiatan pramuka, pengertian kegiatan pramuka, tujuan pendidikan ekstra kurikuler, pengertian pramuka, tujuan gerakan pramuka, fungsi utama gerakan pramuka, tugas pokok gerakan pramuka, bahasan tentang sikap mandiri, pengertian sikap, ciri-ciri sikap, aspek-aspek sikap, pembentukan dan perubahan sikap, pentimgnya sikap,factor-faktor yang mempengaruhi sikap, sikap kemandirian siswa, hubungan antara keaktifan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler pramuka terhadap sikap kemandirian siswa.
BAB III :Dalam bab ini membahas tentang metodologi penelitian. Yang didalamnyameliputi lokasi penelitian, populasi dan sample, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB IV :Penilaian dan pembahasan. Yang akan menyajikan tentang deskripsi hasil penelitian dan pengujian hipotesis.
BAB V :Bab ini merupakan bab yang terakhir dari seluruh pembahasan, dalam skripsi ini meliputi kesimpulan hasil dari seluruh rangkaian penelitian dan saran-saran yang diberikan untuk memberi sumbangan pikiran kemudian skripsi ini dilengkapi dengan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.  







PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN NAHWU SHOROF TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN PENGETAHUAN AGAMA ISLAM (PAI) BIDANG STUDI FIQIH DI MTs. DARUL ULUM SUMBER PENGAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 
Tidak dapat dipungkiri lagi adanya asumsi dari beberapa kalangan umat Islam Indonesia yang menyatakan kurang puas bahkan meragukan kemampuan siswa siswi Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dalam bidang ilmu – ilmu alat bahasa arab , yakni Ilmu nahwu shorof baik secara lisan maupun tulisan , padahal ilmu nahwu shorof merupakan kunci yang efektif dalam mempelajari dan memahami Pengetahuan Agama Islam (PAI) khususnya di bidang fiqih yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits , sebagaimana pendapat Syekh Kafrawy dalam kitabnya yang berjudul " Syarakh Mukhtashor Matan Jurumiyah " beliau mengatakan sebagai berikut :
••
•
Artinya : " Tujuan akhir dan faedah mempelajarinya ( Nahwu ) adalah menjaga lisan dari kesalahan dan membantu memahami kalam Alloh dan Kalam Rosululloh SAW "  
 Pada sisi lain , dampak dari minimnya penguasaan Ilmu Nahwu Shorof tersebut menjadikan alumnus Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah menjadi lemah dalam memahami Kitab - kitab yang berbahasa arab yang sering disebut dengan kitab Kuning , yaitu kitab – kitab yang masih bersih dari harokat , misal kitab – kitab tafsir kitab hadits dan lain – lain .
Untuk itu jika di jumpai mahasiswa fakultas tarbiyah atau fakultas lainya lemah lemah dalam segi materi bahasa arabnya , maka kelemahan tersebut bukan sepenuhnya pada fakultas yang bersangkutan ,melainkan juga pada jenjang sekolah sebelumnya ( Mdarasah Tsanawiyah atau Madrasah Aliyah ) .  
Mengingat pentingnya ilmu nahwu shorof sebagai salah satu cabang dari ilmu bahasa arab sehingga M.Syakir menganjurkan untuk mempelajarinya dengan pesannya sebagai berikut :
••
••
 •
Artinya : Belajarlah ilmu-ilmu bahasa arab agar mampu menggali hikmah-hikmah dari ajaran-ajaran yang tersimpan dalam Kitabullah yang Mulya serta apa yang diperintahkan oleh Allah melalui lisan Rosululloh SAW.
Dalam upaya menanggulangi kelemahan penguasaan nahwu shorof tersebut, maka sudah sewajarnya apabila Madrasah-madrasah di pesantren diajarkan nahwu shorof secara khusus sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas siswa.
MTs. Darul lum Smber Penganten Jogoroto Jombang adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang memasukkan materi nahwu shorof sebagai salah satu materi dalam muatan local disamping pelajaran membaca kitab kuning ( tafsir ) dan Aswaja . yang baru berjalan 5 tahun , yaitu terhitung sejak tahun pelajaran 2000 – 2001 .
Maka dari itu, penulis ingin mengetahui lebih dekat eksistensi keberhasilan pembelajaran nahwu shorof kaitanya dengan pemahaman Al – Qur'an Hadits siswa , sehingga menarik untuk di kaji sebuah judul yang berbunyi:
" PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN NAHWU SHOROF TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN PENGETAHUAN AGAMA ISLAM (PAI) BIDANG STUDI FIQIH DI MTs. DARUL ULUM SUMBER PENGANTEN TAHUN PELAJARAN 2004 – 2005 ".

B. Rumusan Masalah 
Dari uraian tentang latar belakang masalah tersebut, maka perlu adanya rumusan masalah sebagai gambaran yang ada dalam pembahasan skripsi ini , adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Tingkat Penguasaan Nahwu Shorof di MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang
2. Bagaimana Tingkat Pemahaman Pengetahuan Agama Islam (PAI) bidang Fiqih di MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang.
3. Apakah ada pengaruh Tingkat Penguasaaan Nahwu shorof terhadap Tingkat Pemahaman Pengetahuan Agama Islam (PAI) bidang studi fiqih di MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang.

C. Penegasan Judul 
Dengan maksud untuk memberikan kemantapan dan arah dalam memahami makna dan maksud yang tersirat dalam skripsi ini , maka dirasa perlu adanya penegasan istilah dari judul skripsi ini . 
Berikut ini adalah beberapa istilah yang menurut penulis perlu di tegaskan, yaitu :
1. Pengaruh  
Pengaruh berarti : daya yang ada atau yamg timbul dari sesuatu ( orang , benda dsb ) yang berkuasa atau yang berkekuatan ( gaib dsb ) Adapun Pengaruh yang penulis maksudkan adalah daya yang timbul dari Penguasaan Nahwu Shorof terhadap Pemahaman Pengetahuan Agama Islam Siswa.
 
2. Penguasaan
Penguasaan adalah pemahaman atau kesanggupan utuk menggunakan pengetahuan, kepandean dan sebagainya  
3. Nahwu 
Yang penulis maksud disini adalah Ilmu Nahwu yaitu : Kaidah – kaidah untuk mengenal bentuk kata – kata dalam bahasa arab serta kaidah – kaidahnya dikala berupa kata lepas dan dikala tersusun dalam kalimat .  
4. Shorof 
 Shorof ( tashrif ) adalah mengubah bentuk asal kepada bentuk – bentuk lain yang berbeda untuk mencapai arti yang di kehendaki , yang hanya bisa di tercapai dengan adanya perubahan  
5. Terhadap  
 Terhadap artinya : tentang, berkehaan dengan  
6. Pemahaman 
 Yang Penulis maksud adalah Membaca yang artinya : melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu.  
7. Fiqih
Pelajaran Fiqih adalah bidang studi yang silabinya banyak membicarakan 
tentang ilmu amali (ilmu khal) yakni yang berhubungan dengan suatu sikap, sifat atau perbuatan, dalam artian bukan hanya sekedar hipotesis-hipotesis saja akan tetapi juga bersifat praktis.
8. Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum 
 Adalah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal setingkat SMP yang teletak di Dsn. Sumber Penganten Desa Jogoroto Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.

Dari uraian diatas , dapat di jelaskan bahwa yang di maksud dengan judul skripsi diatas adalah penelitian secara ilmiah tentang Pengaruh Tingkat Penguasaan Nahwu Shorof terhadap tingkat Pemahaman PAI bidang studi Fiqih siswa MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang Tahun Pelajaran 2004 – 2005.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari diadakanya penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban yang jelas dari permasalahan di atas , yaitu :
1. Untuk mengetahui Tingkat Penguasaan mata pelajaran Nahwu Shorof siswa MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang Tahun Pelajaran 2004 – 2005
2. Untuk mengetahui Tingkat Pemahaman PAI bidang studi fiqih siswa MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang Tahun Pelajaran 2004 – 2005
3. Untuk mengetahui adanya Pengaruh Tingkat Penguasaan Nahwu Shorof terhadap Pemahaman PAI bidang studi fiqih Siswa MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang Tahun Pelajaran 2004 – 2005  
Sedangkan segi kegunaan yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 
1. Untuk melatih penulis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis dalam bentuk karya ilmiah 
2. Untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Khususnya bidang penelitian.
3. Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana program strata satu ( S1 ) dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah STAI Taswirul Afkar Surabaya.

E. Hipotesa 
Untuk mengarahkan agar penelitian ini dapat mencapai sasarannya dan sekaligus menghindari adanya data yang kurang relevan , maka penulis akan mengajukan hipotesa.
Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu permasalahan penelitian , sampai terbukti melalui data yang terkumpul  
Pendapat lain mengatakan bahwa Hipotesis adalah ramalan penelitian tentang hasil penelitian  
Hipotesis diatas akan ditolak jika hasil penelitian tidak membenarkan , dan akan diterima jika hasil penelitian membenarkan . Untuk mencapai pada kebenaran yang sesungguhnya masih harus di uji dan dibuktikan secara empiris melalui pengumpulan data dari hasil penelitian.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Hipotesis Alternatif ( Ha ) , yang berbunyi : " Ada Pengaruh yang signifikan antara Tingkat Penguasaan Nahwu Shorof terhadap Tingkat Pemahaman PAI siswa bidang studi fiqih".
Namun hipotesis tersebut dalam pengujianya , nanti harus dirubah dulu menjadi Hipotesis nihil ( Ho ) yang berbunyi : " Tidak ada Pengaruh yang signifikan antara Tingkat Penguasaan Nahwu Shorof terhadap Pemahaman PAI Siswa bidang studi fiqih".
F. Metode Penelitian 
Sebelum membahas tentang metode penelitian ini perlu penulis jabarkan tentang metode yang digunakan dalam membahas ada tidaknya pengaruh dan seberapa jauh Pengaruh Tingkat Penguasaan Nahwu Shorof terhadap Pemahaman PAI siswa bidang studi fiqih.
Metode tersebut adalah metode deduksi dalam hal ini Sutrisno Hadi dalam bukunya yang berjudul " Metodologi Riset I " mengatakan : 
" Metode Deduktif adalah apa saja yang di pandang benar pada semua peristiwa pada suatu kelas atau jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada suatu peristiwa termasuk dalam kelas atau jenis "  
Dari pendapat diatas dapat di ambil suatu kesmpulan dan pengertian bahwa metode deduktif adalah cara berfikir yang di mulai dari berpijak pada teori umum kemudian di buktikan dengan kenyataan yang ada di lapangan ( Fakta Empiris )
Jadi perumusan masalah dalam skripsi ini dapat terjawab dengan melalui berfikir secara deduktif , begitu pula dengan hipotesis yang diajukan dalam penulisan skripsi ini. Selain Metode deduksi ada satu metode lagi yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah Induksi , metode ini merupakan kebalikan dari metode deduksi , yang pada intinya ialah berfikir yang diawali dari berpijak fakta – fakta yang khusus , peristiwa – peristiwa yang kongkrit untuk di tarik generalisasi yang mempunyai sifat umum . Metode ini penulis gunakan misalnya untuk mengambil kesimpulan.
Adapun uraian tentang metodologi penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penentuan Populasi dan Sampel 
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian . Dari sini dapat di pahami populasi merupakan keseluruhan subyek yang diteliti dalam suatu penelitian. 
Yang dijadikan populasi disini adalah seluruh siswa MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang yang berjumlah 75 siswa dengan perincian kelas I = 35 siswa, kelas II = 30 siswa dan kelas III = 10 siswa, sedang sampel ialah sebagian atau wakil dari populasi dari definisi yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto diatas dapat di pahami bahwa penelitian sampel adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku populasi. Mengingat jumlah dari populasi yang penulis teliti sedikit dan agar memperoleh data yang valid , maka penulis menggunakan penelitian populasi . Sebagaimana yang dekemukakan oleh Suharsimi Arikunto : " Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian , maka penelitiannya menggunakan populasi  
2. Variabel Penelitian 
Variabel adalah obyek penelitian , atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian Adapun Vareabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Pengaruh : Tingkat Penguasaan Mata Pelajaran Nahwu Shorof
b. Variabel Terpengaruh : Tingkat Pemahaman PAI bidang studi fiqih 
3. Metode Pengumpulan Data 
Dalam upaya pengumpulan data penulis menggunakan 2 macam metode penelitian , yakni : 
a. Library Research
 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat teoritik sebagai penyajian landasan teori ilmiyah . Seperti ungkapan Dr Kartini Kartono , bahwa pada hakekatnya data yang diperoleh dengan jalan penelitian library tersbut dijadikan fondasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian lapangan.  
b. Field Research 
Yaitu penelitian lapangan yang penulis gunakan untuk mendapatkan data- data yang kongkrit dalam penelitian lapangan . adapun metode yang penulis gunakan adalah :
1. Metode Observasi 
Sebagai metode ilmiah , observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan terhadap fonomena – fonomena yang diselidiki Metode ini penulis gunakan untuk menghitung data tentang letak geografis dan sarana prasarana di sekolah.

2. Metode Interview
Yaitu proses Tanya jawab lisan dua orang atau lebih berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lainnya dan mendengarkan dengan telinga sendiri. metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data histories , yaitu usaha madrasah dalam meningkatkan kualitas penguasaan Nahwu Shorof dan Baca Kitab Kuning Siswa 
3. Metode Dokumentasi 
Yaitu mencari data mengenai hal –hal atau vareabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, leger agenda dan sebagainya  
Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan guru, siswa karyawan , dan struktur organisasi sekolah.
4. Tes
Yaitu sederetan pertanyaan , latihan atau alat – alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, kemampuan intellgensi dan pengetahuan  
4. Analisa Data 
Dalam menganalisa data dari hasil penelitian , analisa yang digunakan adalah analisa data kuantitatif. Dalam analisa ini penulis ingin mengetahui kemampuan nahwu shorof dan kemampuan baca kitab kuning siswa , dengan cara mencari rata – rata dari kedua nilai nahwu shorof dan Nilai fiqih , baik yang di peroleh dari nilai semester maupun dari hasil tes. Juga untuk mengetahui pengaruh Tingkat Penguasaan Nahwu Shorof terhadap Tingkat Pemahaman siswa , yaitu dengan cara memasukkan nilai rata – rata dari kedua nilai nilai nahwu shorof dan fiqih dari hasil semester maupun tes ke dalam rumus Chi Kuadrat sebagai berikut : 


Keterangan :
X2 = signifikansi yang dicari
Fo = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
Fh = frekuensi yang diharapkan
G. Sistematika Pembahasan 
Sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari empat bagian ( bab ) , yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari : Latar belakang masalah, Rumusan masalah , penegasan judul , tujuan dan kegunaan penelitian , hipotesa, metode penelitian dan sistimatika pembahasan.

Bab II : Landasan teori yang terdiri dari Tingkat Penguasaan Nahwu Shorof yang meliputi teori tentang penguasaan dan indikasi penguasaan. Dilanjutkan Nahwu Shorof yang meliputi pengertian , tujuan dan fungsi serta materi Nahwu Shorof . Kemudian tentang Pemahaman yang terdiri dari teori tentang Pemahaman yang meliputi pengertian , macam dan indikasi Pemahaman , kemudian fiqih yang meliputi pengertian , tujuan dan fungsi serta materi fiqih. Dilanjutkan dengan Tingkat Penguasaan Nahwu bShorof terhadap Tingkat Pemahaman PAI siswa bidang studi fiqih 

Bab III : Penyajian dan analisis data yang terdiri dari penyajian data yaitu meliputi gambaran umum umum Madrasah yaitu tentang keadaan geografis, histories gedung dan fasilitas , struktur organisasi , keadaan guru, karyawan serta usaha madrasah dalam meningkatkan pembelajaran Nahwu Shorof , dilanjutkan dengan penyajian data tentang Penguasaan Nahwu Shorof dan Pemahaman PAI bidang studi fiqih , Kemudian analisis data tentang Penguasaan Nahwu Shorof dan pengaruhnya terhadap Pemahaman PAI Siswa bidang studi fiqih.

Bab IV : Kesimpulan dan Saran – saran.

 



Pengaruh Active Learning Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Bidang Studi Fiqih Di MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumberdaya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 
Dalam proses belajar mengajar salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai bermacam-macam metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswanya. Dalam memilih metode kadar keaktifan siswa harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan menggunakan beragam metode (multi metode) seperti Learning By Doing, Learning By Listering dan Learning By Playing.
Pada tahun 1998, UNESCO mencanangkan 4 pilar pendidikan, yaitu : (1) learning to know, yang juga berarti to learn, yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan dan untuk melakukan pembelajaran selanjutnya, (2) learning to do, yaitu belajar untuk memiliki kompetensi dasar dalam berhubungan dan situasi dan tim kerja yang berbeda-beda, (3) learning to life together, yaitu belajar untuk mampu mengapresiasikan dan mengamalkan kondisi saling ketergantungan, perdamaian intern dan antar bangsa, (4) learning to be, yaitu belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki hubungan dan tanggung jawab pribadi. 
Untuk mengaplikasikan 4 pilar di atas seorang guru dalam mengelola pembelajaran yang kondusif, inovatif dan kreatif dengan tetap berpegang pada pendekatan pembelajaran diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan masa depan yang sabar, kompeten, mandiri kritis rasional, cerdas, kreatif dan siap menghadapi berbagai macam tantangan, dengan tetap bertawakal terhadap sang penciptaan.
Untuk kepentingan tersebut maka pemerintah menggalakkan diberlakukannya kurikulum baru 2004 yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan tuntutan reformasi, guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan massa dan kesejahteraan sosial, lentur dan adaptasi terhadap berbagai perubahan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melahirkan (kompetensi) tugas-tugas dengan standard performansi itu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi itu . 
Di dalam KBK terdapat berbagai macam strategi/metode tersebut yaitu metode belajar aktif (Active Learning) yaitu suatu metode belajar yang mana seorang siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. 
Active Learning yaitu merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berfikir tentang materi pelajaran. Juga terdapat teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat, mempraktekkan keterampilan-keterampilan, mendorong adanya pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat peserta didik dapat mengajar satu sama lain.
Mukhtar mengemukakan bahwa participatory learning atau Active Learning yaitu siswa tidak lagi dianggap sebagai bejana kosong yang harus diisi penuh oleh pendidik, tetapi siswa justru sebagai manusia utuh untuk memiliki persaan, kehendak, cita-cita, pengalaman, kesenangan, pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diusahakan supaya siswa berpartisipasi semaksimal mungkin di dalam ruang belajar. 
Dalam proses pembelajaran aktif ini pendidik hanya berperan sebagai fasilitator atau mediator yang hanya bertugas memfasilitasi atau membantu siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Penciptaan suasana belajar yang menyenangkan dan adanya kesadaran emosional yang tidak dalam keadaan tertekan akan mengaktifkan potensi otak dan menimbulkan daya berfikir yang intuitif dan holistik.
Dengan metode belajar aktif (Active Learning) ini dimaksudkan dapat merangsang pemikiran serta berbagai jenis pandangan siswa secara individu maupun kelompok sehingga pelajaran akan mencapai hasil yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan dengan melaksanakan penggunaan metode belajar aktif (Active Learning) yang mengedepankan potensi nalar dan emosinya.
Dalam proses belajar mengajar, motivasi adalah merupakan masalah yang sangat penting dan merupakan syarat mutlak dalam belajar. Di sekolah sering terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos dan sebagainya. dalam masalah demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong anak-anak, agar mau bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya dalam proses belajar.
Banyak bukti anak-anak yang tidak berkembang oleh proses belajar diperolehnya motivasi yang tepat, maka anak perlu memperoleh motivasi. Sebab seorang anak yang memiliki motivasi akan dapat belajar lebih banyak dan cepat daripada mereka yang kurang atau sama sekali tidak memiliki motivasi.
Melihat fenomena ini guru harus dapat merubah kelas menjadi suasana kompetitif, aktif dan menyenangkan, yakni melalui metode pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan motivasi belajar yang tinggi dan sangat berpengaruh sekali pada pembentukan jiwa anak seperti yang dikatakan Sardiman bahwa motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. 
Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya mempersiapkan manusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup) sebagai khalifah Allah dimuka bumi, untuk maksud tersebut, manusia diciptakan lengkap dengan potensinya berupa akal dan kemampuan belajar. Sebab itulah Allah berfirman dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 :
                         

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Malik Fahdi bin Abdul Aziz As-Su’udi, 1971 : 1078).

Dalam ayat yang lain juga disebutkan :
                 
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (Malik Fahdi bin Abdul Aziz As-Su’udi, 1971 : 406)
Seorang pelajar boleh jadi duduk berjam-jam bersama kawan-kawannya di dalam kelas. Dia tidak terlibat aktif dalam proses belajar dengan cara memperhatikan, mendengarkan, atau merasakan apa yang sedang berlangsung di dalam kelas belajar, ini berarti ia tidak mengalami belajar.  
Firman Allah di atas menjelaskan bahwa keaktifan seseorang dalam kegiatan memperoleh petunjuk berpeluang kepada keaktifan sendiri. Penjelasan ini mengisyaratkan bahwa keaktifan pelajar dalam proses pembelajaran pada akhirnya berpeluang pada kemauan pelajar itu sendiri, maka dengan sendirinya akan berpengaruh pada motivasi terhadap pelajaran yang sedang dipelajari.
Penulis mengadakan penelitian ini mengambil lokasi di MTs Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang. Tendensi yang dijadikan pijakan riil dan logis bagi pemilih adalah karena MTs. Darul Ulum Sumber Penganten merupakan salah satu lembaga pendidikan formal tingkat atas yang berbasis Islam dan dalam kegiatan pembelajarannya sudah menerapkan pendekatan Quantum learning yang salah satu metodanya menggunakan Active Learning sebagai metode agar siswa bisa belajar efektif dengan melibatkan akal, emosi dan fisik siswa yang ditunjang pula dengan lingkungan yang mendukung secara mental dan fisik. Belajar aktif akan menghadapkan siswa pada tantangan-tantangan yang tidak bisa yang mengharuskannya untuk bekerja keras, aktif mencari sendiri informasi yang diperlukannya, karena pada kenyataannya seperti yang terjadi di MTs Darul Ulum Sumber Penganten Kab.Jombang, masalah proses belajar PAI mengalami kendala. Di antara kendala yang dihadapi adalah dalam pembelajaran Fiqih yaitu kurang adanya kesadaran siswa dalam melakukan praktek agama, seperti shalat, haji, dan sebagainya. Padahal ajaran agama bukan hal yang bersifat teoritis tetapi suatu hal yang praktis.
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut di atas maka penulis ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Active Learning Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Bidang Studi Fiqih Di MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang”.


B. Rumusan Masalah
Dalam lapangan penelitian ilmiah, rumusan masalah memegang peranan penting, sebab dengan diketahuinya rumusan masalah dalam penelitian akan mempermudah peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan program Active Learning pada PAI Bidang studi Fiqih di MTs Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang?
2. Bagaimana motivasi belajar PAI Bidang studi Fiqih di MTs Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang?
3. Adakah pengaruh pelaksanaan program Active Learning terhadap motivasi belajar PAI siswa bidang Studi Fiqih di MTs Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang ?.

C. Tujuan Penelitian
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam melakukan kegiatan apapun, seseorang harus memiliki tujuan yang akan dicapai, begitu juga dengan penelitian ini ada beberapa tujuan yang hendak penulis capai antara lain :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program Active Learning pada PAI Bidang Studi Fiqih di MTs Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang.
2. Untuk mengetahui motivasi belajar PAI Bidang Studi Fiqih di MTs Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang.
3. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan program Active Learning terhadap motivasi belajar PAI siswa Bidang Studi Fiqih di MTs. Darul Ulum Sumber Penganten Jogoroto Jombang.

D. Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan dari istilah-istilah yang terkandung didalamnya.

- Pengaruh
Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan orang.  
- Active Learning
Adalah bahasa Inggris yang berarti belajar aktif. Belajar aktif adalah belajar dengan menggunakan otak, mempelajari gagasan memecahkan berbagai masalah dengan menerapakan apa yang dipelajari, jadi belajar aktif adalah belajar dengan melakukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah dimiliki atau harus dicapai. 




- Motivasi Belajar
Merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. 
Motivasi belajar yang dimaksud disini adalah merupakan faktor yang bersifat non intelektual, peranannya yang khas yaitu dalam hal penumbuhan gairah merasa senang dan semangat untuk belajar.
- PAI
Adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak 
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). 
Yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam dalam penulisan skripsi ini adalah bidang studi atau mata pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di sekolah yang dalam hal ini adalah Bidang Studi Fiqih yang berpautan dengan masalah-masalah alamiah yang dikerjakan oleh para mukalaf sehari-hari. 

E. Alasan Memilih Judul
Hal-hal yang menjadi alasan dalam pemilihan judul skripsi ini adalah :
1. Metode Active Learning dapat merangsang perhatian siswa untuk ikut aktif dalam proses belajar mengajar sehingga akan menimbulkan motivasi baru bagi siswa.
2. Karena motivasi merupakan potensi yang terdapat dalam jiwa manusia dimana peranannya sangatlah besar dalam pembentukan aktivitas individu.

F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis adalah sebagai upaya menemukan solusi baru bagi kekurangan mampuan pengajaran di sekolah dalam membangun suatu pemahaman ajaran agama yang integral.
2. Secara praktis (kegunaan lapangan)
a. Diharapkan dengan penelitian ini akan berguna bagi masyarakat pada 
umumnya dalam kaitannya untuk mengembangkan metode Active Learning yang digunakan di lingkungannya.
b. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka mengembangkan ilmu pendidikan agama.

G. Hipotesis
Kata hipotesis berasal dari gabungan dua kata, yaitu Hypo yang berarti kurang dari dan thesis berarti pendapat, menurut Suharsimi Arikunto Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 
Dalam sebuah penelitian, hipotesis perlu dimunculkan sebagai gambaran awal kondisi obyek yang diteliti. Hipotesis hanyalah sebagai pijakan awal bukan kesimpulan. Langkah ini harus dilakukan supaya penelitian bisa berjalan sistematis, terarah dan mencapai apa yang menjadi tujuan.
Sedangkan Sutrisno Hadi, dalam bukunya metodologi research memberikan pengertian hipotesis sebagai berikut : “Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. 
Berdasarkan pengertian Hopotesis di atas maka penulis mengajukan Hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesa kerja atau disebut dengan hipotesis alternatif (Ha)
Hipotesa kerja menyatakan adanya hubungan variabel X dan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Jadi Hipotesis ini menyatakan bahwa ada pengaruh penerapan metode Active Learning terhadap motivasi belajar siswa.


2. Hipotesis nol (Null Hypothesis)
Hipotesa nol menyatakan tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Jadi Hipotesis ini menyatakan bahwa tidak ada pengaruh penerapan metode Active Learning terhadap motivasi belajar siswa.

Hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno Jombang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses penyadaran bagi manusia untuk bisa mengenali potensi – potensi dasar yang dimiliki dan untuk menjadikan manusia dari tidak tahu, guna menghindari kebutaan ilmu pengetahuan dalam era globalisasi. Dengan demikian lembaga pendidikan formal didirikan sebagai pengembangan cita – cita bangsa dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan adalah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhan kearah dapat berdiri sendiri.  
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. . Sesuai dengan hadits yang berbunyi :



Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah ( kecenderungan untuk percaya kepada Allah ). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi. ( H.R. Muslim ). (Imam Muslim, Juz : 458 )
Dari ayat tersebut diatas bahwa suatu pengajaran terdapat dua unsur yaitu Pendidikan dan peserta didik, dari itu maka anatar keduanya diperlukan adanya interaksi yang baik dengan tujuan agar siswa yang dalam hal ini adalah sebagai peserta didik mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Dari hal tersebut diatas bahwa tugas guru kelihatannya sangat ringan tetapi sangat berat yang mana memerlukan tanggung jawab secara keilmuan dan moralitas. Dari sinilah maka guru di tuntut untuk memiliki berbagai kompetensi mengajar secara berkualitas dan profesional dalam menjelaskan kompleksitas ilmu pengetahuan yang belum di ketahui, di pahami oleh anak didik.
Dalam proses mendidik dan mengajar , kit menganut suatu metode yang dinakaman two – way – traffic ( Komunikasi dua arah ) dua komponen penting yang saling memegang peranan, maka disini pendidik yang dianggap sudah dewasa jasmani dan rohaninya untuk mengantarkan anak didik dalam pembentukannya yang baik, yang masih dalam taraf ketergantungan kearah berdiri sendiri, Self Dicipline ( disiplin diri ) dengan melakukan beberapa cara seperti : Penanam kebiasaan yang baik.  
Displin adalah proses dan latihan atau belajar bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Seehingga seorang teacher scholar berkewajiban mengembangkan kreatifitasnya seoptimal mungkin termasuk menanamkan disiplin pada anak untuk membangkitkan inisiatif dan kreatifitas dalam kegiatan yang dilaksankan .
Disiplin dalam diri anak didik tidak bisa tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya dorongan secara kontinyu dari guru sehingga lama kelamaan hal – hal yang baik itu akan tertanam dalam diri anak dan akan di jadikan landasan / acuan dalam melakukanya dengan penuh kesadaran karena sudah membentuk dalam suatu tingkah laku.
Penjelasan guru di depan kelas waktu mengajar banyak yang mendekati pengertian hampa bagi anak, sebab jauh dari pengalaman eksistensial mereka sehingga banyak kata – kata asing yang kurang berguna dan kurang bisa di pahami ( Pendidikan Pengoperan otomatis ).
Maka ketrampilan mengajar perlu dimiliki dan dikuasai guru agar interaksi belajar mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien.
Dari teori – teori ideal pelaksanaan pendidikan tersebut tidak jarang kita temui fonomena – fonomena tertentu di mana guru dalam segala aktifitasnya kurang bisa di fahami dengan baik oleh murid.
Hal tersebut dapat di buktikan diantaranya murid hanya membuat catatan – catatan tanpa berhenti dan berupaya mencatat poin – poin penting yang di terangkan guru, sesampainya dirumah ia hanya menatap catatan tanpa mengerti sedikitpun maksudnya.
Dengan adanya ketrampilan mengajar guru yang optimal maka dapat menumbuhkan semangat siswa untuk aktif dan disiplin dalam belajarnya sehingga siswa senantiasa memperhatikan keterangan guru, menjawab pertanyaan – pertanyaan yang di berikan dan dengan mudah siswa dapat melakukannya jika siswa telah dilatih dan dibiasakan. Sehingga dengan pembiasaan dan latihan tersebut akan tercipta kedisiplinan belajar siswa.
Melihat pentingnya masalah ini, tidak sedikit guru yang pintar namun siswanya gagal dalam belajar. Hal inilah yang membuat peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian ini tentang “ Hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno Jombang “.
B. Rumusan Masalah.
Dari latar belakang Masalah yang ada maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1. apakah terdapat hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan kedisiplin belajar siswa SMP N 2 Mojowarno Jombang.
2. Sejauh mana hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMPN 2 Mojowarno Jombang
C. Penegasa Judul 
Untuk menghindari adanya kesalahan dalam memahami isi yang terkandung dalam Skripsi yang berjudul : “Hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno Jombang “.” Maka penulis perlu menjelaskan beberapa kata dan istilah yang terdapat dalam judul Skripsi ini.
1. Ketrampilan : Kecakapan untuk menyelesaikan Tugas.
2. Mengajar : Proses Memberikan materi kepada anak / orang berupa pengetahuan.
3. Disiplin : Tata tertib, aturan yang di buat seseorang atau lembaga.
4. Belajar : Berusaha memperoleh Kepandian 
5. Guru : orang yang pekerjaannya mengajar
6. Hubungan : Sangkut paut, bersangkutan kepada sesuatu.
7. dengan : Peserta
8. Al-qur’an : Kitab suci orang islam yang berisi ajaran dan petunjuk bagi orang yang mempelajarinya.
Jadi yang dimaksud dengan judul diatas adalah Hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno Jombang “.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diinginkan adalah :
1. untuk mengetahui hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno Jombang.
2. untuk mengetahui Sejauh mana hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMPN 2 Mojowarno Jombang

E. Hipotesis Penelitian
Menurut Prof. Drs Sutrisno Hadi, MA Menyatakan bahwa Hipoteis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta – faktanya membenarkannya  
Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut diatas maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut :
 Untuk mengetahui hubungan antara ketrampilan mengajar guru dengan disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno Jombang .
 untuk mengetahui Sejauh mana hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMPN 2 Mojowarno Jombang
F. Sumber Penelitian
Sumber yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Library Research ( Penelitian Kepustakaan )
Yaitu pengumpulan data – data yang dibutuhkan dalam kaitannya dengan masalah yang di teliti dengan membaca buku kepustakaan. . hasil dari kepustakaan ini dijadikan landasan teori dari maslah yang akan di bahas.
2. Fiel Research ( Penelitian lapangan )
Yaitu pengumpulan data – data yang dibutuhkan dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti. Hasil dari penelitian lapangan ini di jadikan sebagai laporan hasil dari penelitian. Adapun sumber data lapangaan ini diperoleh dari direktur, Staff lembaga , guru dan siswa. 
F. Metode Penelitian
 untuk memperoleh data yang ontentik untuk memperoleh yang diperlukan adalah sebagi berikut :
1. Populasi dan sample
1.1. Populasi diartikan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kuantintas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 
 berkenaan dengan penelitian inbi yang di jadikan populasi olehpenulis adalah siswa siswi SMPN 2 Mojowarno Jombang periode 2005/2006. dengan jumlah siswa 176 .
1.2. Sampel
Sampel diartikan sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian. 
Dalam penelitian ini, penulis mengunakan teknik random sampling yaitu mengambil sebagian populasi yang di anggap sudah mewakili untuk di jadikan responden penelitian. Dalam hal ini ditetapkan 23 % dari jumlah populasi sehingga menjadi 40 siswa.

2. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang akan diklumpulkan, penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Observasi adalah cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung. 
Penulis mengunakan metode ini untuk mengetahui hubungan antara ketrampilan mengajar guru dengan disiplin belajar siswa dan mengetahui Sejauh mana hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno Jombang.
b. Wawancara 
 Wawancara adalah car pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keterangan – keterangan lesan melaluhi bercakap – cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti. 
Metode ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara ketrampilan mengajar guru dengan disiplin belajar siswa dan mengetahui Sejauh mana hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno Jombang.

c. Angket
Metode angket dapat di pandang sebagai suatu cara pengumpulan data yang mengunakan daftar isian terhadap obyek yang diteliti, ( Populasi). 
Angket dilaksakan secara tertulis, sementara wawancara dilakukan lisan. Penulis mengunakan metode ini untuk memperkuat metode sebelumnya. Anket ini di tujukan kepada siswa untuk memperoleh data tentang untuk mengetahui hubungan antara ketrampilan mengajar guru dengan disiplin belajar siswa dan mengetahui Sejauh mana hubungan antara ketrampilan guru mengajar dengan disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno Jombang.
d. Metode Dekumenter 
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk menyelidiki dengan jalan mengumpulkan bahan – bahan yang ada hubungannya dengan obyek yang di selidiki. 
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hal – hal yang berkaitan dengan keadaan guru, siswa, Sarana dan prasarana.
  Manfaat yang diharapkan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritas : Memberikan sumbangsih kepada Ilmu pengetahuan islam terutama tentang ketrampilan mengajar guru dengan disiplin belajar siswa Kelas II SMP N 2 Mojowarno Jombang.
2. Secara Praktis : Dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi para guru dalam menghadapi maslah yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian. 
3. Batasan Operasional .
Agar menjadi jelas permasalahan yang diteliti dan tidak terjadi pemahaman yang keliru oleh pera pembaca, adapun batasan operasional variable penelitian sebagai berikut :
a. keterampilan mengajar guru adlah: serangkaian kemmpuan dasar yang dimiliki guru dan dengan dengaja dilakukan guna membantu siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dan yang dimaksud keterampilan mengajar guru adalah : keterampilan mendiagonis siswa, keterampilan memilih setrategi pengajaran, keterampilan berinteraksi dengan murid dan keterampilan menilai efektifitas pengajaran. 
b. Disipilin pelajar siswa adalah: Adanya kesediaan untuk menjalankan peraturan-peraturan yang ada dengan didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai-nilai moral tanpa paksaan. 
Yang dimaksud disiplin belajar siswa adalah: Mengikuti setiap mata pelajaran dengan tertib, aktif masuk sekolah, berperilaku sopan terhadap guru, memperhatikan pelajaran yang diberikan guru, mengerjakan ulangan harian dengan tertib, memanfaatkan jam kosong untuk belajar, tepat waktu memasuki kelas, tidak mengganggu teman selama pembelajaran, bertanya kepada guru dengan tertib, menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan tertib, meninggalkan kelas dengan izin guru, membawa buku-buku pelajaran, mencatat materi pelajaran, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).  
Dengan demikian judul tersebut diatas adalah Hubungan antara kemampuan guru dalam mengajar dengan kedisiplinan belajar siswa di SMPN 2 Mojowarno.

4. Sistematika Pembahasan
  Dalam penyusunan sekripsi ini, penulis mengelumpokkan menjadi 5(lima) bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa sub dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, dalam bab ini memuat: Latar Belakang masalah yang mendorong untuk diadakan penelitian, kemudian Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis penelitian, Kegunaan Penelitian, Batasan Operasional dan Sistematika pembahasan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA, yang berisi pembahasan yang pertama yaitu masalah keterampilan mengajar guru yang meliputi: Definisi Keterampilan mengajar guru, Bentuk-bentuk Keterampilan Mengajar, Tugas dan Peranan guru. Pembahasan yang kedua yaitu Masalah Disiplin Belajar Siswa yang meliputi: Pengertian Disiplin, Tujuan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Disiplin Belajar. Pembahasan yang ketiga yaitu: Tentang Hubungan antara Keterampilan mangajar Guru dengan Disiplin Belajar Siswa.
BAB III : LAPORAN PENELITIAN , berisi tentang Menyajikanm data penelitian,  
  Pemaparan hasil pengujian Hipotesis
 BAB V : PENUTUP. Meliputi: Kasimpulan Hasil Penelitian, Saran-saran
   





















BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pembahasan Tentang Ketrampilan Mengajar Guru
1. Definisi Ketrampilan Guru Mengajar 
Ketrampilan berasal dari kata dasar “ trampil “ mendapat awalan “ke” dan akhiran “ an”, trampil berarti cakap mengerjakan sesuatu, sedangkan ketrampilan berarti kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat ( dengan keahlian )  
ketrampilan adalah kemampuan melakukan pola – pola tongkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. 
Jadi dapat disimpulkan bahwa ketrampilan adalah suatu kemampuan dalam menggunakan daya akal dan pikirannya dengan baik sehingga dapat melakukan suatu pengetahuan yang di milikinya dengan baik dan cepat.
Sedangkan mengajar mempunyai banyak pengertian antara lain :
 Mengajar adalah memberikan pengetahuan kepada anak agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa, hukum-hukum ataupun proses dari pada ilmu pengetahuan. 
mendefinisikan mengajar adalah suatu aktifitas yang menentukan suatu efek atau prodak yang di harapkan nampak pada siswa kemudian menopang usaha belajar siswa. 
mendefinisikan mengajar adalah komponen-komponen yang saling mempengaruhi dalam menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. 
mengajar adalah :
a. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak
b. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada anak
c. Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisir atau mengatur lingkungan yang sebaik-baiknya dan menghubungkan anak sehingga terjadi proses belajar. 
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu proses yang kompleks, bukan sekedar pengoperan ilmu kepada anak didik namun lebih jauh dari itu harus menanamkan pengetahuan itu kepada anak didik dengan suatu harapan terjadinya proses pemahaman sehingga guru betul-betul mempertahankan tanggung jawab moral terhadap perkembangan kepribadiannya
Dari pengertian ketrampilan dan mengajar diatas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan mengajar adalah semua aspek kemampuan guru yang berkaitan dengan berbagai tugas guru yang berbentuk ketrampilan dalam rangka membimbing,mengarahkan,membantu siswa agar bisa secara aktif belajar dengan penuh kesadaran tanpa adanya unsur paksaan dan siswa dapat belajar guna mewujudkan tujuan pendidikan yang telah di tentukan.
  
2. Bentuk-bentuk Keterampilan Guru Mengajar 
Kunci keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan menggunakan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan situasi dan kondisi kelas ,karena yang dihadapi guru dikelas sangat kompleks . Guru harus menghadapi satuan kelas yang siswa-siswanya menunjukkan perbedaan intern individual dalam hal gaya belajar 
Dalam proses belaajar mengajar disekolah tidak hanya terjadi karena guru menerangkan /menyampaikan materi kepada anak ,tetapi juga terjadi karena adanya interaksi aktif diantara keduanya (guru dan anak didik )
Untuk lebih jelasnya tentang beberapa konsep keterampilan mengajar yang mana sangat erat hubuganya dengan kondisi belajar siswa agar bisa optimal ,maka berikut ini akan diuraikan dari tiap –tiap menngajar yang harus diakui guru antara lain 
a. keterampilan bertanya 
b. keterampilan memberi penguatan 
c. keterampilan menjelaskan 
d. keterampilan membuka dan menutup pelajaran 
e. keterampilan memberikan variasi 
f. keterampilan mengelola kelas 
g. keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 
1. Keterampilan bertanya
 Memberikan pertayaan kepada siswa merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan dalam kegiatan belajar mengajar ,karena pertanyaan yang diajukan pada dasarnya bertujuan agar siswa lebih meningkatkan belajar dan berfikir ,serta mengajak siswa meyakini dan di aplikasikan dalam perbuatan ,sehingga kesulitan –kesulitan ssiswa dalam belajar dapat lebih mudah di selesaikan oleh guru .
mendevinisikan ketermpilan bertanya adalah ucapan verbal yang meminta riespon dari seorang yang seoarang yang dikenai.
Seorang guru yang mengajukan pertanyaan dengan mengadakan keterampilan bertanya secara tepat mempunyai beberapa tujuan yaitu :
a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasan 
b. Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok atau konsep
c. Mendiagnosis kesulitan –kesulitan khusus yang menghambat siswa belajatr 
d. Mengembangkan cara belajar siswa aktiv 
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi
f. Mendorang siswa mengemukakan pandangannya dalam diskusi 
g. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa  

Tentang tujuan memberikan pertanyaan pada siswa ada 2:
1. Untuk Menghargai Usaha Siswa 
Ketika siswa menjawab pertanyaan yang belum sesuai dengan pertanyaan  
Yang di berikan guru di tuntut untuk menemukan pertanyaan yang sesuai 
Dengan jawaban siswa .
2. Mengasah Keterampilan Berfikir Dalam Tingkatan Yang Lebih Tinggi .
Guru di tuntut menindak lanjuti jawaban siswa yang kurang benar dengan mengerahkan fikiran mereka melalui pemberian kesempatan kepada mereka menjelaskan jawaban lebih jauh.
Ketrampilan bertanya ada 2 yaitu : dasar dan lanjutan ketrampilan bertanya dasar diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan, sedangkan ketrampilan bertanya lanjutan lanjutan lebih mengutamakan usaha mengembagkan kemampuan berfikir, berpartisipasi dan mendorong siswa untuk berinisiatif sendiri.
Adapun komponen – komponen berkarya adalah sebagai berikut :
1. Ketrampilan Bertanya Dasar.
a. Mengungkapkan pertanyaan jelas dan singkat.
b. Materi acuan.
c. Pemusatan kearah jawaban yang di minta.
d. Pemindahan giliran menjawab.
e. Penyebaran pertanyaan.
f. Pemberian waktu berfikir.
g. Pemberian tuntunan.  
2. Ketrampilan memberi penguatan.
Penghargaan yang positif dapat mendorong seseorang memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan usahanya, bagi siswa hal itu sangat diperlukan untuk menghargai apa yang telah dilakukan dan senantiasa berusaha melakukan hal – hal yang lebih baik lagi dalam proses belajar mengajar.
Mendenifisikan Penguatan ada beberapa argumen : Respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. 
Penguatan yang di berikan guru pada siswa mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
2. merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
3. meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
Dalam memberikan penguatan diperlukan pengunaan komponen ketrampilan yang tepat sesuai dengan kelompok usia tertentu. Komponen tersebut yaitu :


a. Penguatan Verbal.
Penguatan verbal dapat berupa kata. Kata/kalimat pujian, penghargaan, Persetujuan, dan sebagainya. Misalnya : bagus, bagus sekali, jawaban anda betul, tepat. 
b. Penguatan Gestural
Bentuk pemberian penguatan gestrul merupakan semua gerakan tubuh misalnya : acungan jempol, senyum, mengangguk, dan lain – lain.
c. Penguatan kegiatan
Bentuk penguatan kegiatan ini banyak terjadi bila guru. Menggunakan suatu kegiatan atau tugas sehingga siswa dapat menikmatinya sebagai hadiah. Atas sesuatu pekerjaan / Penampilan sebelumnya.
Misalnya : diberi waktu istirahat lebih, pulang lebih dulu, melihat TV dan lain– lain.
d. Penguatan mendekati
Penguatan mendekati ditujukan dengan adanya perhatian guru mendekati secara fisik, guru mendekati siswa.
Misalnya : berdiri disamping siswa, duduk di dekat kelompok diskusi dan lain – lain.
e. Penguatan Sentuhan
Penguatan Sentuhan merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa misalnya : menepuk bahu, mengusap kepala, berjabatan tangan, dan lain – lain.
f. Penguatan Tanda
Penguatan tanda bisa menggunakan berbagai macam symbol ( tanda/tulis ) untuk penghargaan terhadap suatu penampilan siswa. Misalnya : piala, medali, buku, ( untuk benda ), ijazah, sertifikat, (untuk tulisan), dan lain – lain  
4. Keterampilan menjelaskan
Kegiatan menjelaskan merupakan suatu penyajian informasi baik secara lisan maupun dengan bantuan alat lain yang diorganisasikan secara sistematis, efektif dan efesien yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.
Menjelaskan dimaksud agar siswa dapat menerima materi – materi yang disampaikan Guru dengan baik. Maka diperlukan strategi yang tepat dalam penempatan ( ketika menjelaskan )
5. Untuk menolong siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan menggunakan bukti dalam keadaan yang meragukan.
Semua penjelasan yang diberikan guru menimbulkan asosiasi spesifik, karena setiap interaksi yang guru lakukan, cara menyampaikan sesuatu sama pentingnya dengan perkataan guru itu sendiri, sehingga membutuhkan komunikasi yang baik. 
komunikasi yang baik dalam menjelaskan dapat dilakukan guru dengan memperhatikan 4 perinsip:
1. Memunculkan kesan 
 Guru harus menciptakan citra atau kesan terlebih dahulu kenakalan manusia senantiasa menciptakan , melalui indra penglihatan maupun pendengaran atau keduanya dan cara otomatis menimbulkan asosiasi perlu memilih secara sadar penjelasa yang menimbulkan asosiasi yang positif.
2.. Mengarahkan Fokus
Guru harus mampu memanfaatkan kemampuan otak yang mampu memilih dan banyaknya langkah selanjutnya diperlukan kemampuan pemprosesan ganda otak, pada tingkat sadar dan tidak sadar. Kemudian menggunakan prinsip mengarahkan fokus saat memberikan petunjuk. Misalnya: guru bertanya pada dirinya sendiri lalu memilih kata-kata yang mengarah pada focus.
3. Inklusif (bersifat mengajak) 
Guru harus bisa menciptakan suasana kerja sama, kerjatim dan terlibatan diantara keduanya dan harus menjauhkan istilah memegang kendali. Maka guru dapat melakukannya dengan memilih kata secara sadar dan sengaja memperkuat rasa kebersamaan dan menimbulkan asosiasi positif.
4.Spesifik (bersifat tepat sasaran)
Kespesifikan membawa kejelasan, kejelasan mendorong lahirnya tindakan.. Maka guru harus menghindari penjelasan konsep secara berlebihan, mengulang petunjuk, berbicara terlalu banyak dan lain – lain. Semua itu dapat diatasi dengan cara : Mengawali pernyataan yang memberikan petunjuk dengan kata kerja : ambilah, gambarlah , tulislah , pindahlah , katakanlah dan lain – lain :
Adapun kompenen – kompenen ketrampilan menjelaskan :
1. Merencanakan . dilakukan dengan 
- Menganalisis secara keseluruhan .
- Menentukan jenis yang ada.
- Mengunakan hukum , rumus atau generisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah dilakukan .
2. Menyayikan suatu penjelasan
- Kejelasan .
- Pengumuman contoh dan ilustrasi
- Pemberian balikan  
3. Ketrampilan membuka da nmenutupjaran 
Dalam kegiatan melakukan pejaran tidak hanya dilakukan pada awal jam pelajaran tetapi juga pada pada awal setiap pelajaran itu , agar siswa senantiasa terdorong untuk mengikuti materi yang akan disampaikan , bagiku pula dengan menutup pelajaran .
Membuka pelajaran 
  membuka pelajaran adalah : suatu kegiatan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajaar untuk menciptakan suasana yang menjadikan siswa setiap mental dan menimbulkan perhatian siswa terpusat pada hal – hal yang akan di pelajari. 
Difinisi membuka pelajaran : seberapa jauh kemampuan guru dalam – dalam melalui Itereksi belajar mengajar untuk suatu jam pelajaran diantaranya :
1. Menimbulkan perhatian dan Motivasi siswa terhadap tugas – tugas yang dicapai.
2. Memungkinkan siswa mengetahui batas tugasnya yang akan dikerjakan.
3. Siswa dapat mengetahui pendekatan – pendekatan yang akan digunakan dalam mempelajari bagian – bagian pelajaran.
4. Memungkinkan siswa untuk mengetahui hubungan antara pengalaman – pengalaman yang dikuasai dengan hal – hal baru yang akan dia pelajari.
5. Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk menggabungkan fakta – fakta, ketrampilan – ketrampilan, konsep – konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
6. memungkinkan siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pelajaran. 
Komponen – komponen membuka pelajaran diantaranya :
1. Menarik perhatian siswa antara lain :
 Gaya mengajar 
 Pengunaan alat – alat bantu mengajar
 Pola interaksi yang berfariasi
2. Menimbulkan motifasi
 Kehangatan dan keantusiasan
 Menimbulkan rasa ingin tahu
 Mengemukaan ide yang bertentangan.
 Meperhatikan minat siswa
3. Memberi acuan dengan usaha yang digunakan 
 Mengemukakan tujuan dan batas – batas tugas.
 Menyarankan langkah – lagkah yang akan dilakukan.
 Mengingatkan maslah pokok yang akan di bahas 
 Mengajukan Pertanyaan
4. Membuat kaitan dengan
 Membuat kegiatan antara aspek – aspek yang releven dari mata pelajaran yang dikenal siswa.
 Guru menjelaskan konsepnya terlebih dahulu baru uraian secara rinci 
b. Menutup Pelajaran
Mendifisikan menutup pelajaran adalah “ kegiatan guru untuk mengakhiri belajar – mengajar “ . 
Maka dalam menutup pelajaran sebaiknya mengulangi kembali ( meninjau kembali ) hal- hal yang dianggap penting atau kunci bahan pelajaran yang di berikan. Hal ini dapat dilakukan setiap saat selesi memberikan suatu konsep ataupun pada akhir pelajaran. 
Adapun Komponen – Komponen menutup pelajaran adalah :
1. meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum dan membuat ringkasan.
2. Mengavaluasi dengan bentuk antara lain :
 Mendemontrasikan ketrampilan
 Mengaplikasikan ide baru pada stuasi lain.
 Mengeplorasi pendapat siswa lain
 Memberikan soal – soal tertulis.  
Dari apa yang telah diuraikan diatas terbukti bahwa membuka dan menutup pelajaran bukanlah urutan kegiatan yang bersifat rutin, melainkan merupakan suatu perbuatan guru yang perlu di rencanakan secara sistematis dan rasional.
5. Ketrampilan Memberikan variasi.
Faktor kebosanan yang disebabkan adanya penyajian pelajaran yang menonton akan mengakibatkan perhatian, motifasi, atau minat siswa terhadap pelajaran akan menurun sehingga kurang efektif proses belajar mengajar. Karena dengan variasi yang dilakukan guru akan banyak memberikan dampak positif bagi siswa.
Ada Argumen mengatakan bahwa mengunakan variasi adalah : perbuatan guru dalam Konstek Proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa sehingga ada rasa ketekunan, antusiusme serta berperan secara aktif. 

Adapun kegunaan dan ketrampilan memberi variasi bagi siswa adalah :
1. Untuk memberikan kesempatan bag perkembangannya dan menyelidiki pada siswa tentang hal – hal yang baru.
2. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang releven.
3. untuk memupuk tingkah laku yang positif kepada guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang baik.
4. Untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara memperoleh pelajaran yang disenangi.  
Berikut ini akan di uraikan komponen memberi variasai diantaranya :
1. Variasi dalam gaya belajar
- Variasi suara, keras, lemah.
- Pemusatan perhatian siswa
- Pemusatan atau kenyapaan
- Kontak pandang
- Gerak badan dan mimik
- Perubahan posisi guru
2. Variasi mengunakan media dan bahan pengajaran
- Media dan bahan yang dapat di dengar, misalnya : rekaman suara, sosio drama, musik.
- Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan, misalnya : Topeng, patung, boneka.
- Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat, misalnya : gerafik, bagan, Poster, dan lain – lain.
- Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba. Misalnya : telivisi, radio, slidah proyektor.
3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa perubahan interaksi antara kedua kutub tadi akan berakibat pola – pola kegiatan yang dilakukan siswa
  Menurut Moh Uzer Usman. Variasi pola interaksi dan kegiatan diantarnya :
a. Pola murid Guru



b. .Pola guru murid – murid 
  G

c. Pola Guru murid - murid
  G


d. pola guru murid, murid guru murid



6. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas yang ditunjukkan kepada guru dalam hal ini bagaimana guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan berbagai gangguan yang terjadi dalam proses interakasi edukasi. Agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif. 
Definisi pengelolaan kelas adalah : keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaktif edukatif. 
difinisi pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. 
Tujuan pengolaan kelas di sini adalah :
Agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan mengajar secara efektif dan efisien.
Yang dimaksud sebuah kelas yang tertib di sini adalah :
a. setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya : tidak ada anak yang berhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
b. Setip anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya : setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.  

 tujuan dari pengelolaan kelas itu dibagi dua yaitu siswa dan guru.
1. Tujuan untuk siswa 
- Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya, dan sadar mengendalikan dirinya.
- Membantu siswa mengerti akan tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas.
- Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktifitas – aktifitas kelas.
2. Tujuan untuk guru
- Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah – langkah pelajaran secara tetap dan baik.
- Mengetahui kebutuhan siswa dan mengembangkan potensi pengarahan yang jelas kepada siswa.
- Memberi respon secara efektif terhadap gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat setrategi yang dapat digunakan. 


Adapun komponen – komponen mengelolah kelas diantaranya :
1. kiterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. (bersifat preventif). 
- Sikap tanggap
- Membagi perhatian
- Pemusatan perhatian kelompok 
2. keterampilan yang berhubungan dengan kondisi belajar yang optimal.
- Memodifikasi tingkah laku 
- Menggunakan pendekatan pemecahan masalah
- Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.  
7. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
diskusi kelompok kecil merupakan salah satu setrategi yang memungkinkan siswa untuk menguasai suatu konsep atau dalam memecahkan masalah dengan jalan berfikir secara mandiri. Namun dalamhal ini peran guru sangat diperlukan karena apapun yang tejadi keberadaan siswa saat itu masih dalam tahap belajar yang sangat dasar.
 diskusi kelompok kecil adalah : suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau mencegah suatu masalah. 
Diskusi masalah kecil di sini dimaksud bahwa : siswa berdiskusi dalam kelompok – kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagai informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan. Dan ini merupakan suatu strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep , melalui proses yang memberi kesempatan untuk berfikir, berinteraksi sosial, serta perlatih sikap positif.
Adapun komponen – komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah :
a. pemusatan perhatian, dapat dilakukan dengan 
- perumusan tujuan pada diskusi akan dimulai
- merumus masalah-masalah khusus
- mengenal dengan cermat diskusi yang tidak relevan yang akan menyimpang dari tujuan 
- merangkum hasil pembicaraan dalam diskusi
b. Mengklasifikasi masalah 
- menyusun atau merangkum kembali sumbangan fikiran anak didik sehingga menjadi kelas.
- Menggunakan pertanyaan melacak terhadap komentar anak didik.
- Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi.
c. Menganalisis pandangan anak didik
- Meneliti apakah alasan tersebut mempunyai dasar yang kuat dan memperjelas hal yang disepakati.
d. Meningkatkan kontribusi, dengan cara
- mengajukan pertanyaan kunci yang dapat meningkatkan diskusi.
- Menggunakan simulasi berupa contoh – contoh.
- Memancing dengan membuat komentar bertentangan.
- Menunggu dengan tenang , disamping mengharapkan sumbangan fikiran dari anakdidik
- Memberi dukungan.
 e.Membagi partisipasi
  -Meminta pandangan anak didik tampa mengejek, mencegah kegaduan.
  -Mencegah adanya pemonopolian diskusi.
  -Meminta persetujuan sementara dan memperluas wawasan.
  -Meningkatkan pemberian komentar mereka.
  f. Mennutup diskusi
  -Merangkum hasil diskusi secara jelas dan sinkat.
  -Memberikan gambaran tentang tindak lanjut.
  -Guru melibatkan diri untuk menilai proses hasil diskusi.
  3. Tugas Dan Peranan Guru 
  pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia.baik itu di tinjau dari sudut masyarakat maupun ditinjau dari sudut keagamaan tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat ini.Maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada pendidikan dan pengajaran yang di berikan guru-guru . 
a. Tugas Guru.
 Seseorang yang berilmu harus dapat mengajarkannya kepada orang lain.Maka seseorang harus memiliki ilmu-ilmu yang berkenaancara mengajarnya.Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi serta perubahan masyarakat yang sangat pesat,maka mengharuskan para guru untuk selalu mengikuti perkembangan tersebut.  
Menurut Roestiyah N.K.Dalam Syaiful Bahri (2000:38) bahwa guru bertugas untuk:
1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian ,kecakapan dan pengalaman-pengalaman.
2.Membentuk kepribadian anak yang harmonis.
3.menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik.
4.Sebagai perantara dalam belajar.
5.Sebagai pembimbing ,untuk membawa anak didik kearah kedewasaan.
5.Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
6.Sebagai penegak disiplin.
7.Sebagai penegak disiplin.
8.Sebagai atministator dan menejemen.
9.Sebagai suatu profesional.
10.Sebagai perencana kurikulum
11.Sebagai pemimpin.
12.Sebagai sponsor dalam kegiatan anak didik.
b. Peranan guru
dalam proses belajar mengajar anak didik lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam pergaulan di sekolah dari pada apa yang guru katakan. Sehingga apa yang guru katakan harus harus di praktekkan nya dalam kehidupan sehari – hari, maka peranan guru dalam hal ini sangat di perlakuka, diantaranya sebagai berikut
peranan guru ada tiga :

1. Guru sebagai pendidik
seseorang guru harus bisa menanamkan dan nilai – nilai kepada anak didik, serta menanamkan tanggung jawab kepada anak didik ( kepada diri sendiri, lingkungan maupun tuhan ).
 disitu pihak seorang guru harus menerima siswa seadanya dan mampu menyelami alam pikiran siswa, namun di lain pihak harus mendorong siswa untuk berkembang lebih jauh dan mengatasi kekurangan yang masih ada padanya. 
2. Guru sebagai Pengajar
sebagai pengajar guru harus dapat mengorganisir dan mengelola semua komponen dan kompetensi belajar sehingga terjadinya proses belajar pada diri anak didik.
sebagai pengajar guru di tuntut untuk memiliki seperangat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan. 
3. Guru sebagai pembimbing
sebagai pembimbing guru memberi tekanan kepada tugas membentu siswa memecahkan masalah yang hadapinya, kerena menyangkut dengan pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai – nilai siswa.


4. Guru sebagai Adminitrator
sebagai administrator pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatlaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umunya.
 peranan guru ada 11 yaitu :
1. Korektor
Guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk yang mungkin telah dimiliki oleh anak didik, maka semua nilai yang baik harus pertahankan dan yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Sehingga gurulah yang menilai dan mengoreksi semua sikap tingkah laku dan perbuatan anak didik.
2. .Inspirator
belajar adalah masalah utama anak didik, guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik untuk kemajuan belajar anak didik. Maka yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana melepaslkan maslah yang dihadapi.
 
3. Informator
Guru harus dapat memberikan informasi yang baik dan efektif sesuai dengan perkembangan ilmu dan tehnologi. Selain sejumlah bahan pelajaran pada setiap mata pelajaran. Kesalahan informasi adalah kesulitan bagi anak didik. Maka penguasaan bahasa terutama yang disertai dengan penguasaan bahan yang akan di berikan kepada anak didik agar terpenuhi kebutuhannya.
4. Montivator
Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar, karena dalam interaktif edukatif tidak mustahil ada diantara anak didik yang malas belajar dan sebagainya. Untuk untuk menjadikan motivasi yang efektif maka guru menganalisis motif – motif yang melatar belakanginya, dan memperhatikan kebutuhan anak didik.
5. Inisiator
Guru harus dapat menjadi pencetus ide – ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan ilmu dan tehnologi di bidang pendidikan. Maka guru bukan hanya mengikuti terus tanpa mencetuskan ide – ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran khususnya interaksi edukatif agar lebih baik.
6. fasilitator
guru harus menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar mengajar anak didik. Sehingga keadaan akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik
7. Pembimbing
Kehadiran guru disekolah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Jadi. Bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri ( Mandiri )
8. Demonstrator
Tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik fahami maka guru harus berusaha membantunya, dengan cara memperagakan appa yang diajarkan secara didaktis agar tidak terjadi kesalah fahaman antara guru dan anak didik.
9. Pengelolahan kelas
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, yaitu dengan menyediakan dan mengunakan fasilitas kelas bagi bermacam – macam kegiatan belajar – mengajar, agar mencapai hasil yang baik dan optimal
10. Mediator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk jenisnya dan guru sebagai mediator. Dapat juga diartikan penyedia Media
11. Supervisor
  Guru harus memiliki pengalaman, pendidikan dan ketrampilan serta  
  kepriibadiannyang menojolkan dari pada orangdi supervisinya. 



B. Pembahsan tentang Disiplin siswa
1. Penegrtian Displin belajar
Mengingat banyaknya aspek kegiatan yang berpengaruh terhadap disiplin, mengakibatkan timbulnya faham dan aliran yang dianutnya berbeda sehingga pengertian disiplin terjadi perbedaan,
 disiplin adalah pengembangan diri sendiri pada sikap didik yang timbul sendiri dari kesadaran diri tanpa ada paksaan dari luar. 
 menfsinisikan disiplin adalah sikap hidup dan perlakuan yang mencerminkan “ tanggung jawab “ terhadap kehidupan tanpa paksaam dari luar. Dari keempat definisi diatas dapat disimpulkan bahwa seorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan dan menguasai ilmu pengerahuan. Sehingga belajar merupakan proses mengembangkan kepribadian.
Maka kesimpulan dari displin belajar adalah suatu usaha dalam melaksanakan aktifitas dengan sungguh – sungguh sehingga menimbulkan perubahan dalam berperilaku berdasarkan nilai moral yang telah mempribadi dalam dirinya terhadap suiatu pertumbuhan dan perkembangan tanpa paksaa.
2. Tujuan dan faktor yang mempengaryhi penanaman belajar Siswa
Dalam pelaksanaan penanaman disiplin adalah wujud kesadaran yang memerlukan proses. Sehingga dapat menimbulkan tujjuan dan banyak fakto yang mempengaruhi selama proses tersebut.
Disiplin merupakan suatu tuntunan bagi berlangsungnya kehidupan bersama yang teratur, tertib yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsunnya suatu kemajuan dan perkembangan khususnya bidang pendidikan.
Disiplin tidak akan timbul dengan sendirinya. Displin harus dididikkan dan di tanamkan sejak dini. Disinalah peran pendidikan sangat di perlukan . 
Disiplin akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik, watak yang baik pada diri seseorang akan menciptakan pribadi yang luhur dan terdorong untuk belajar secara teratur. 
Jadi peningkatan disiplin harus tetap diupayakan agar hal – hal yang semula dirasakan memaksa, dapat berubah menjadi kesadaran.
Dengan demikian adanya tujuan penanaman disiplin melalalui guru, siswa senantiasa akan tetap di didik, diberi kemerdekaan, dalam pelaksanaan aktifitas belajar dengan kemampuan dan kesadaran yang dimilikinya.
Adaapun faktor – faktor yang mempengaruhinya adalah :
a. Faktor dari dalam ( Internal )
Faktor internal sangat di pengaryhi oleh sikap batin yang berada dalam diri seseorang tersebut, yang merupakan olah rasa ( emosi ) dan pikir atau rasio terhadap apa yang dilihat, diketahui, didengar maupun yang dirasakan untuk melakukan atau melakukan sesuatu.
b. Faktor dari luar ( eksternal )
Faktor eksternal tergantung pada kondisi lingkungan, kultural / budaya, keteladanan, aturan serta norma – norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat.  
3. cara menanamkan disiplin belajar
agar belajar bisa berhasil memerlukan cara atau metode tertentu, bisa berupa membuat catatan membaca, membuat rencana dan jadwal. Semua harus dipelajari dengan latihan dan pembiasaan.
Dalam membentyk disisplin pada seseorang dapat di tempuh dengan cara sebagai berikut :
proses pembentukan disiplin pada anak didik dilakukan dengan cara :
1. Melatih
2. membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai – nilai moral
3. mengontrol untuk mengembangkan. 
 dalam pembentukan disiplin pada anak dapat dilakukan melalui tiga pendekatan :
1. Condition Approach ( paksaam ), yaitu menciptakan kondisi sehingga orang mau tidak mau melaksanakan kegiatan yang diharapkan.
2. cultural Approach (pendidikan ) yaitu mempengaruhi seseorang dengan gambaran – gambaran yang dapat memberikan harapan jika disiplin dilakukan.
3. Habituation ( membiasakan ) yaitu dengan cara membiasakan diri sehingga menimbulkan kesadaran akan makna dan pentingnya disiplin. 
Dari hal diatas maka seorang guru atau pendidik dituntut untuk menerapkannya dalm proses belajar sesuai dengan kondisi, kemampuan dan jenjang siswa.
menjelaskan bahwa menegakan disiplin tidak akan mengurangi kebebasan peserta didik tapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar pada peserta didik dalam batas kemampuannya. 
Ada tiga cara dalam menanamkan disiplin pada anak yaitu :
1. Cara Otoriter
Pendidikan menentukan aturan – aturan dan batas – batas yang mutlak dan harus ditaati oleh seorang anak, dalam akitannya dengan belajar penerapan sikap keras dari pendidik dilaksnakan agar anak mau mentaati peraturan serta hukuman yang diberikan atas pelanggaranya. 
Sikap otoriter dalm proses belajar mengajar akan memberikan pengaruh pada suasana kelas sehingga tersa mencekam, siswa belajar dan suasana yang penuh ketengangan dan ketakutan sehingga kretifitasnya menjadi mati dan ide atau keinginannya yang positif menjadi kandas ditenggah jalan  


2. Cara permisive
Anak dalam hal ini dibiarkan mencari dan menemukan sendiri dalam arti membuat aturan – aturan yang memberi batasan – batasan dari tingkah laku belajarnya. Pendidik hanya sebagai pengawas yang bertindak jika dianggap perlu dalam aturan tersebut.
Guru yang bersikap permisive akan menimbulkan suasana kelas menjadi sangat riuh dan tidak terkontrol, masing – masing bebas dalam berbicara dan berbuat, sehingga bisa mengaburkan arti belajar yang sesungguhnya dan tisak efisien.
3. Cara demokrasi
cara ini memperhatiakn dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak dalam pelaksanaan aturan. Bimbingan yang penuh pengetian di berikan pada aktifitas belajar anak sehingga tumbuh rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam proses belajarnya.
Dari keterangan diatas maka dapat dijelaskan bahwa cara demokrtislah yang lebih sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena lebih mambantu perkembangan anak yang sehat.
Adapun yang diperhatikan dalam penanaman disiplin
1. menyadari adanya perbedaan, tingkat kemampuan yang kognetif, maka cara yang perlu digunakan harus yang sesuai dengan tingkat kemampuan kognetif anak.
2. menanamkan disiplin pada anak harus dimulai sedini mungkin yaitu dimana anak mulai melakukan sendiri.
3. dalam usaha menanamkan rasa disiplin perlu dipertimbangkan agar mengunakan cara – cara demokratis sebanyak mungkin.
4. menanamkan disiplin bukanlah kegiatan sekali elainkan harus terus menerus dengan cara latihan, dorongan, sehingga mencapai keadaan dimana anak bisa melakukan sendiri sebagai suatu kebiasaan
5. penggunaan hukuman perlu diartikan sebagi sikap tegas, konsekwen dan konsisten yang dihukum bukan anak tapi yang melanggar aturan.
Maka apabila ada oekanggaran disiplin harus ditindak sebab tanpa disiplin pembelajaran tidak dapat disampaikan dengan efektif. (nasution 1983 : 160 ) 
C. Hubungan ketrampilan mengajar guru dengan disiplin belajar siswa
 mengajar adalah sebagai aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjdi proses belajar.
Mengajar berarti mendidik anak untuk menjadi manusia yang merdeka batinya, merdeka pikirannya, merdeka tenaganya, sehingga guru tidak hanya memberikan pengetahuan yang perlu dan baik saja. Akan tetapi harus juga mendidiknya agar dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya untuk amal keperluan umum, yang bermanfaat untuk keperluan lahir dan batin dalam hidup bersama. 
Untuk meningkatkan mutu Output pendidikan maka peran seorang guru sebagai bagian yang tak terpisahkan dan sekaligus sebagai aktor pendidikan.
Seorang guru harus menyadari bahwa belajar adalah ingin mengerti dari tidak tahu menjadi tahu. Belajar merupakan upaya memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini membawa konsekwensi agar kegiatan mengajar yang berlangsung dalam proses pengajarannya memerlukan ketrampilan mengajar.
Dalam situasi pembelajaran sangat diperlukan suatu disiplin belajar yang tinggi bagi siswa. Karena dengan jalan berdisiplindalam melaksanakan pedoman – pedoman yang baik didalam usaha belajar barulah seorang siswa akan mempunyai cara belajar yang baik.
Menegakkan disiplin tidak hanya bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas – batas kemampuan. 
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas yang ditunjukkan kepada guru dalam hal ini bagaimana guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan berbagai gangguan yang terjadi dalam proses interakasi edukasi. Agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif. 
pengelolaan kelas adalah : keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaktif edukatif. 
pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. 
Tujuan pengolaan kelas di sini adalah :
Agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan mengajar secara efektif dan efisien.
Yang dimaksud sebuah kelas yang tertib di sini adalah :
c. setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya : tidak ada anak yang berhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
d. Setip anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya : setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. ( Suharsimi Arikunto, 1992 ; 58 )
 tujuan dari pengelolaan kelas itu dibagi dua yaitu siswa dan guru.
1. Tujuan untuk siswa 
- Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya, dan sadar mengendalikan dirinya.
- Membantu siswa mengerti akan tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas.
- Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktifitas – aktifitas kelas.
2. Tujuan untuk guru
- Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah – langkah pelajaran secara tetap dan baik.
- Mengetahui kebutuhan siswa dan mengembangkan potensi pengarahan yang jelas kepada siswa.
- Memberi respon secara efektif terhadap gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat setrategi yang dapat digunakan. 
Adapun komponen – komponen mengelolah kelas diantaranya :
1. kiterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. (bersifat preventif). 
- Sikap tanggap
- Membagi perhatian
- Pemusatan perhatian kelompok 
2. keterampilan yang berhubungan dengan kondisi belajar yang optimal.
- Memodifikasi tingkah laku 
- Menggunakan pendekatan pemecahan masalah
- Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.  
7. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
diskusi kelompok kecil merupakan salah satu setrategi yang memungkinkan siswa untuk menguasai suatu konsep atau dalam memecahkan masalah dengan jalan berfikir secara mandiri. Namun dalamhal ini peran guru sangat diperlukan karena apapun yang tejadi keberadaan siswa saat itu masih dalam tahap belajar yang sangat dasar.
Mendefinisikan diskusi kelompok kecil adalah : suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau mencegah suatu masalah. 
Diskusi masalah kecil di sini dimaksud bahwa : siswa berdiskusi dalam kelompok – kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagai informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan. Dan ini merupakan suatu strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep , melalui proses yang memberi kesempatan untuk berfikir, berinteraksi sosial, serta perlatih sikap positif.
Adapun komponen – komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah :
e. pemusatan perhatian, dapat dilakukan dengan 
- perumusan tujuan pada diskusi akan dimulai
- merumus masalah-masalah khusus
- mengenal dengan cermat diskusi yang tidak relevan yang akan menyimpang dari tujuan 
- merangkum hasil pembicaraan dalam diskusi
f. Mengklasifikasi masalah 
- menyusun atau merangkum kembali sumbangan fikiran anak didik sehingga menjadi kelas.
- Menggunakan pertanyaan melacak terhadap komentar anak didik.
- Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi.
g. Menganalisis pandangan anak didik
- Meneliti apakah alasan tersebut mempunyai dasar yang kuat dan memperjelas hal yang disepakati.
h. Meningkatkan kontribusi, dengan cara
- mengajukan pertanyaan kunci yang dapat meningkatkan diskusi.
- Menggunakan simulasi berupa contoh – contoh.
- Memancing dengan membuat komentar bertentangan.
- Menunggu dengan tenang , disamping mengharapkan sumbangan fikiran dari anakdidik
- Memberi dukungan.
 e.Membagi partisipasi
  -Meminta pandangan anak didik tampa mengejek, mencegah kegaduan.
  -Mencegah adanya pemonopolian diskusi.
  -Meminta persetujuan sementara dan memperluas wawasan.
  -Meningkatkan pemberian komentar mereka.
  f.Mennutup diskusi




  -Merangkum hasil diskusi secara jelas dan sinkat.
  -Memberikan gambaran tentang tindak lanjut.
  -Guru melibatkan diri untuk menilai proses hasil diskusi.
  3 Tugas Dan Peranan Guru 
  pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia.baik itu di tinjau dari sudut masyarakat maupun ditinjau dari sudut keagamaan tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat ini.Maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada pendidikan dan pengajaran yang di berikan guru-guru . 
a. Tugas Guru.
 Seseorang yang berilmu harus dapat mengajarkannya kepada orang lain.Maka seseorang harus memiliki ilmu-ilmu yang berkenaancara mengajarnya.Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi serta perubahan masyarakat yang sangat pesat,maka mengharuskan para guru untuk selalu mengikuti perkembangan tersebut. 
 guru bertugas untuk:
1.Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian ,kecakapan dan pengalaman-pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis.
3.menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik.
4.Sebagai perantara dalam belajar.
5.Sebagai pembimbing ,untuk membawa anak didik kearah kedewasaan.
5.Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
6.Sebagai penegak disiplin.
7.Sebagai penegak disiplin.
8.Sebagai atministator dan menejemen.
9.Sebagai suatu profesional.
10.Sebagai perencana kurikulum
11.Sebagai pemimpin.
12.Sebagai sponsor dalam kegiatan anak didik. 
b. Peranan guru
dalam proses belajar mengajar anak didik lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam pergaulan di sekolah dari pada apa yang guru katakan. Sehingga apa yang guru katakan harus harus di praktekkan nya dalam kehidupan sehari – hari, maka peranan guru dalam hal ini sangat di perlakuka, diantaranya sebagai berikut
 peranan guru ada tiga :
1. Guru sebagai pendidik
seseorang guru harus bisa menanamkan dan nilai – nilai kepada anak didik, serta menanamkan tanggung jawab kepada anak didik ( kepada diri sendiri, lingkungan maupun tuhan ) .
mengatakan disitu pihak seorang guru harus menerima siswa seadanya dan mampu menyelami alam pikiran siswa, namun di lain pihak harus mendorong siswa untuk berkembang lebih jauh dan mengatasi kekurangan yang masih ada padanya. 
2. Guru sebagai Pengajar
sebagai pengajar guru harus dapat mengorganisir dan mengelola semua komponen dan kompetensi belajar sehingga terjadinya proses belajar pada diri anak didik.
sebagai pengajar guru di tuntut untuk memiliki seperangat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan.
3. Guru sebagai pembimbing
sebagai pembimbing guru memberi tekanan kepada tugas membentu siswa memecahkan masalah yang hadapinya, kerena menyangkut dengan pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai – nilai siswa.
4. Guru sebagai Adminitrator
sebagai administrator pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatlaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umunya. 



Peranan guru ada 11 yaitu :
1. Korektor
Guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk yang mungkin telah dimiliki oleh anak didik, maka semua nilai yang baik harus pertahankan dan yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Sehingga gurulah yang menilai dan mengoreksi semua sikap tingkah laku dan perbuatan anak didik.
2. .Inspirator
belajar adalah masalah utama anak didik, guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik untuk kemajuan belajar anak didik. Maka yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana melepaslkan maslah yang dihadapi.
 
3. Informator
Guru harus dapat memberikan informasi yang baik dan efektif sesuai dengan perkembangan ilmu dan tehnologi. Selain sejumlah bahan pelajaran pada setiap mata pelajaran. Kesalahan informasi adalah kesulitan bagi anak didik. Maka penguasaan bahasa terutama yang disertai dengan penguasaan bahan yang akan di berikan kepada anak didik agar terpenuhi kebutuhannya.
4. Montivator
Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar, karena dalam interaktif edukatif tidak mustahil ada diantara anak didik yang malas belajar dan sebagainya. Untuk untuk menjadikan motivasi yang efektif maka guru menganalisis motif – motif yang melatar belakanginya, dan memperhatikan kebutuhan anak didik.
5. Inisiator
Guru harus dapat menjadi pencetus ide – ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan ilmu dan tehnologi di bidang pendidikan. Maka guru bukan hanya mengikuti terus tanpa mencetuskan ide – ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran khususnya interaksi edukatif agar lebih baik.
6. fasilitator
guru harus menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar mengajar anak didik. Sehingga keadaan akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik
7. Pembimbing
Kehadiran guru disekolah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Jadi. Bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri ( Mandiri )


8. Demonstrator
Tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik fahami maka guru harus berusaha membantunya, dengan cara memperagakan appa yang diajarkan secara didaktis agar tidak terjadi kesalah fahaman antara guru dan anak didik.
9. Pengelolahan kelas
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, yaitu dengan menyediakan dan mengunakan fasilitas kelas bagi bermacam – macam kegiatan belajar – mengajar, agar mencapai hasil yang baik dan optimal
10. Mediator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk jenisnya dan guru sebagai mediator. Dapat juga diartikan penyedia Media
11. Supervisor
Guru harus memiliki pengalaman, pendidikan dan ketrampilan serta kepriibadiannyang menojolkan dari pada orangdi supervisinya. 
B. Pembahsan tentang Disiplin siswa
3. Pengertian Displin belajar
 Mengingat banyaknya aspek kegiatan yang berpengaruh terhadap disiplin, mengakibatkan timbulnya faham dan aliran yang dianutnya berbeda sehingga pengertian disiplin terjadi perbedaan,
yang mendefisikan disiplin adalah pengembangan diri sendiri pada sikap didik yang timbul sendiri dari kesadaran diri tanpa ada paksaan dari luar. 
menfsinisikan disiplin adalah sikap hidup dan perlakuan yang mencerminkan “ tanggung jawab “ terhadap kehidupan tanpa paksaam dari luar. Dari keempat definisi diatas dapat disimpulkan bahwa seorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan dan menguasai ilmu pengerahuan. Sehingga belajar merupakan proses mengembangkan kepribadian. 
Maka kesimpulan dari displin belajar adalah suatu usaha dalam melaksanakan aktifitas dengan sungguh – sungguh sehingga menimbulkan perubahan dalam berperilaku berdasarkan nilai moral yang telah mempribadi dalam dirinya terhadap suiatu pertumbuhan dan perkembangan tanpa paksaa.

4. Tujuan dan faktor yang mempengaryhi penanaman belajar Siswa
dalam pelaksanaan penanaman disiplin adalah wujud kesadaran yang memerlukan proses. Sehingga dapat menimbulkan tujjuan dan banyak fakto yang mempengaruhi selama proses tersebut.
Disiplin merupakan suatu tuntunan bagi berlangsungnya kehidupan bersama yang teratur, tertib yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsunnya suatu kemajuan dan perkembangan khususnya bidang pendidikan.
Disiplin tidak akan timbul dengan sendirinya. Displin harus dididikkan dan di tanamkan sejak dini. Disinalah peran pendidikan sangat di perlukan  
berdisiplin akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik, watak yang baik pada diri seseorang akan menciptakan pribadi yang luhur dan terdorong untuk belajar secara teratur. 
Jadi peningkatan disiplin harus tetap diupayakan agar hal – hal yang semula dirasakan memaksa, dapat berubah menjadi kesadaran.
Dengan demikian adanya tujuan penanaman disiplin melalalui guru, siswa senantiasa akan tetap di didik, diberi kemerdekaan, dalam pelaksanaan aktifitas belajar dengan kemampuan dan kesadaran yang dimilikinya.
Adaapun faktor – faktor yang mempengaruhinya adalah :
c. Faktor dari dalam ( Internal )
Faktor internal sangat di pengaryhi oleh sikap batin yang berada dalam diri seseorang tersebut, yang merupakan olah rasa ( emosi ) dan pikir atau rasio terhadap apa yang dilihat, diketahui, didengar maupun yang dirasakan untuk melakukan atau melakukan sesuatu.
d. Faktor dari luar ( eksternal )
Faktor eksternal tergantung pada kondisi lingkungan, kultural / budaya, keteladanan, aturan serta norma – norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat.  
3. cara menanamkan disiplin belajar
agar belajar bisa berhasil memerlukan cara atau metode tertentu, bisa berupa membuat catatan membaca, membuat rencana dan jadwal. Semua harus dipelajari dengan latihan dan pembiasaan.
Dalam membentyk disisplin pada seseorang dapat di tempuh dengan cara sebagai berikut :
 proses pembentukan disiplin pada anak didik dilakukan dengan cara :
4. Melatih
5. membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai – nilai moral
6. mengontrol untuk mengembangkan. 
dalam pembentukan disiplin pada anak dapat dilakukan melalui tiga pendekatan :
4. Condition Approach ( paksaam ), yaitu menciptakan kondisi sehingga orang mau tidak mau melaksanakan kegiatan yang diharapkan.
5. cultural Approach (pendidikan ) yaitu mempengaruhi seseorang dengan gambaran – gambaran yang dapat memberikan harapan jika disiplin dilakukan.
6. Habituation ( membiasakan ) yaitu dengan cara membiasakan diri sehingga menimbulkan kesadaran akan makna dan pentingnya disiplin. 
Dari hal diatas maka seorang guru atau pendidik dituntut untuk menerapkannya dalm proses belajar sesuai dengan kondisi, kemampuan dan jenjang siswa.
Ahmad rohani dan abu ahmadi ( 1987 : 27 ) menjelaskan bahwa menegakan disiplin tidak akan mengurangi kebebasan peserta didik tapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar pada peserta didik dalam batas kemampuannya.
 tiga cara dalam menanamkan disiplin pada anak yaitu :
1. Cara Otoriter
Pendidikan menentukan aturan – aturan dan batas – batas yang mutlak dan harus ditaati oleh seorang anak, dalam akitannya dengan belajar penerapan sikap keras dari pendidik dilaksnakan agar anak mau mentaati peraturan serta hukuman yang diberikan atas pelanggaranya.
Sikap otoriter dalm proses belajar mengajar akan memberikan pengaruh pada suasana kelas sehingga tersa mencekam, siswa belajar dan suasana yang penuh ketengangan dan ketakutan sehingga kretifitasnya menjadi mati dan ide atau keinginannya yang positif menjadi kandas ditenggah jalan . 
2. Cara permisive
Anak dalam hal ini dibiarkan mencari dan menemukan sendiri dalam arti membuat aturan – aturan yang memberi batasan – batasan dari tingkah laku belajarnya. Pendidik hanya sebagai pengawas yang bertindak jika dianggap perlu dalam aturan tersebut.
Guru yang bersikap permisive akan menimbulkan suasana kelas menjadi sangat riuh dan tidak terkontrol, masing – masing bebas dalam berbicara dan berbuat, sehingga bisa mengaburkan arti belajar yang sesungguhnya dan tisak efisien.
3. cara demokrasi
cara ini memperhatiakn dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak dalam pelaksanaan aturan. Bimbingan yang penuh pengetian di berikan pada aktifitas belajar anak sehingga tumbuh rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam proses belajarnya. 
Dari keterangan diatas maka dapat dijelaskan bahwa cara demokrtislah yang lebih sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena lebih mambantu perkembangan anak yang sehat.
Adapun yang diperhatikan dalam penanaman disiplin
1. menyadari adanya perbedaan, tingkat kemampuan yang kognetif, maka cara yang perlu digunakan harus yang sesuai dengan tingkat kemampuan kognetif anak.
2. menanamkan disiplin pada anak harus dimulai sedini mungkin yaitu dimana anak mulai melakukan sendiri.
3. dalam usaha menanamkan rasa disiplin perlu dipertimbangkan agar mengunakan cara – cara demokratis sebanyak mungkin.
4. menanamkan disiplin bukanlah kegiatan sekali elainkan harus terus menerus dengan cara latihan, dorongan, sehingga mencapai keadaan dimana anak bisa melakukan sendiri sebagai suatu kebiasaan
5. penggunaan hukuman perlu diartikan sebagi sikap tegas, konsekwen dan konsisten yang dihukum bukan anak tapi yang melanggar aturan.
Maka apabila ada oekanggaran disiplin harus ditindak sebab tanpa disiplin pembelajaran tidak dapat disampaikan dengan efektif.  
C. hubungan ketrampilan mengajar guru dengan disiplin belajar siswa
mengajar adalah sebagai aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjdi proses belajar. 
Mengajar berarti mendidik anak untuk menjadi manusia yang merdeka batinya, merdeka pikirannya, merdeka tenaganya, sehingga guru tidak hanya memberikan pengetahuan yang perlu dan baik saja. Akan tetapi harus juga mendidiknya agar dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya untuk amal keperluan umum, yang bermanfaat untuk keperluan lahir dan batin dalam hidup bersama.
Untuk meningkatkan mutu Output pendidikan maka peran seorang guru sebagai bagian yang tak terpisahkan dan sekaligus sebagai aktor pendidikan.
Seorang guru harus menyadari bahwa belajar adalah ingin mengerti dari tidak tahu menjadi tahu. Belajar merupakan upaya memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini membawa konsekwensi agar kegiatan mengajar yang berlangsung dalam proses pengajarannya memerlukan ketrampilan mengajar.
Dalam situasi pembelajaran sangat diperlukan suatu disiplin belajar yang tinggi bagi siswa. Karena dengan jalan berdisiplindalam melaksanakan pedoman – pedoman yang baik didalam usaha belajar barulah seorang siswa akan mempunyai cara belajar yang baik.
Menegakkan disiplin tidak hanya bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas – batas kemampuan. 
















BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
B. Latar Belakang Obyek Penelitian
Sejarah berdirinya SMPN 2 Mojowarno berawal dari pemerintah daerah mengusulkan supaya didirikannya SMPN 2 di wilayah Mojowarno, karena desa – desa di kecamatan Mojowarno sangat jauh untuk menyekolahkan anaknya ke SMPN yang jauh di perkotaan.
Maka dari itu Kepala Desa Japanan Bapak Muhtadi tertari dengan usulan pemerintah daerah. Kepala desa japanan beserta perangkatnya beserta tokoh para masyarakat mengadakan musyawarah yang membicarakan tentang SMPN 2 Di wilayah Mojowarno, supaya Lokasi gedung sekolah SMPN tersebut didirikan di kelurahan Japanan. Karna tanahnya belum ada untuk didirikannya gedung sekolah SMPN tersebut, perangkat menyosialisasikan dengan penduduk yang mempunya sawah di sekitar Jln Wanara yang rencananya akan di bangun sekolah SMPN 2 Mojowarno, dan akhirnya dengan Musyawarah yang mufakat maka para Petani setuju mengibahkan tanahnya untuk bangunan sekolah tersebut. Dengan catatan para petani supaya anak didiknya bisa diterima di SMPN 2 Mojowarno, dan apada umunya anak japanan dan daerah sekitarnya. Adapun tujuan SMPN 2 Mojowarno didirikan di lokasi ini supaya masyarakat kecamatan mojowarno daerah timur bisa melanjutkan ke sekolah Tingkat pertama yang bersetatus Negeri.


B. Letak Geografis
Secara geogarfis areal gedung SMPN 2 Mojowarno berada di Posisi yang strategis, di tinjau dari sisi lingkungan pembelajaran karna jauh jalan raya dan pabrik – pabrik yang kesemuanya itu bisa mengelurkan suara bising yang bisa menganggu proses belajar.
Juga dikatan strategis dari sisi lingkungan SMPN 2 mojowarno termasuk berada di tengah – tengah antara desa yang satu dengan desa lainnya. Didepannya keberadaan jalan menuju lokasi taman wisata Sumber boto. Dengan pemandangan hutan yang sejuk , sehinga keberadaanya lebih dikenal dan diketahui masyarakat sekitarnya maka dari itu anak – anak di masukan kesekolah yang lebih dekat. 
Adapun batas – batas SMPN 2 Mojowarno
- Sebelah utara berbatas Kelurah desa Grobogan
- Sebelah Selatan berbatas Kelurahan Japanan
- Sebelah Barat berbatas Kelurahan Rejoslamet
- Sebelah timur Wana wisata sumber boto
C. Keadaan Pimpinan, Struktur kepengurusan Guru dan siswa 
Tabel I . nama – nama kepala Sekolah yang pernah memimpin SMPn 2 Mojowarno
No Nama Kepala Sekolah Periode Ket
1 Hartini 1991-1993 
2 Sri yati 1993-1999 
3 Sucipto 1999-2000 
4 Dra Dwi Carbona Ismawti 2000-2002 
5 Sri retno ponconingtyas, S.Pd 2002-sekarang  
Keterangan : Diperoleh dari Dokomen SMPN 2 Mojowarno

Tabel II Data Guru SMPN 2 Mojowarno periode 2005/2006
No Nama guru Tempat, Tgl lahir Pendidikan Akhir Jabatan 
1 Sri Retno Ponconintyas Jombang, 31-10-64 SI Ks
2 Drs Muhtadin Jombang, 06-07-57 SI Guru
3 Drs Sukirno Kediri, 01-10-62 SI Guru
4 Sudarmoko Surabaya, 10-10-59 D2 Guru
5 H. M Chosyi’in Jombang, 04-05-59 SM Guru
6 H. Nur Hasan Afandi Gresik, 04-02-62 SI Guru
7 Retno Tri Agustini Jombang, 25-08-63 D3 Guru
8 Juarie Jombang,07-07-64 D3 Guru
9 Sugeng Rahayu Slamet Jombang, 04-09-67 D3 Guru
10 Sutarsih Ponorogo, 28-01-69 D3 Guru
11 Rifai Surabaya, 01-10-56 D1 Guru
12 H.J Mustipah Purworejo, 01-06-64 D1 Guru
13 Syaifuddin Jombang, 12-07-66 D2 Guru
14 M. Rosyid Jombang, 24-09-65 D2 Guru
15 Ninik Sulastri Surabaya, 10-05-67 D2 Guru
16 H. Heny Wahyudi SPd Jombang, 19-09-69 S1 Guru
17 Bilal M. Sahid SPd Pacitan, 12-02-72 S1 Guru
18 M. Alamsyah Surabaya, 27-01-68 D3 Guru
19 Luluk yunan B. SPd Blitar, 14-03-79 S1 Guru
20 Indah Wahyuni A. SPd Jombang,20-09-66 S1 Guru
21 Sutrim .SPd Jombang, 29-05-70 S1 Guru
22 Sri Saraswati Jombang, 31-12-76 S1 Guru
23 M. Imadudin. SPd Jombang, 02-07-68 S1 GB
24 Mintarogo. SPd Gresik, 21-08-74 S1 GB
25 Basuki Sugiharto. SPd Jombang, 13-10-68 S1 GTT
26 Dwi Arti Intianing. SPd Jombang, 29-11-72 S1 GTT
27 M.Choiri Jombang, 07-08-58 S1 S1 GTT

Struktur Organisasi 







   


  Keadaan Siswa Kelas 2 tahun 2005
Kelas II A Lk – lk 25 Perempuan 19 
Kelas II B Lk – lk 25 Perempuan 19 
Kelas II C Lk – lk 25 Perempuan 19 
Kelas II D Lk – lk 25 Perempuan 19 
Jumlah Lk – lk 100 Perempuan 76 


Keadaan sarana dan prasarana 
 Gedung pendidikan sebanyak : 17
 Kantor perpustakaan : 1
 Musolla : 1
 Ruang Lab : 1
 Papan tulis : 16
 Meja kayu murid : 317 
 Computer : 17 
 Mesin ketik : 5
 Brangkas : 2

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana Di SMPN 2 Mojowarno . Bisa digolongkan cukup yang mana sudah mempunyai 17 gedung pendidikan 1 kantor pemerintahan 1. kantor Perpustakaan dan satu musolla. Demikian lah keadaannya sarana dan prasarana di SMPN 2 Mojowarno sampai dengan tahun 2006. sebagai penunjang dari pada pendidikan.
 
B. PENYAJIAN DATA
 Sebagaimana telah di kemukakan metodologi penelitian bahwa yang menjadi sampel didalam penelitian adalah SMPN 2 Mojowarno kelas 2 dengan menjawab pertanyaan berdasarkan angket yang di bagikan.
 Dalam mengumpulkan data tentang ketrampilan guru mengajar , maka penulis mengunakan angket sebanyak sepulu pertanyaan . sedangkan data tentang Ketrampilan guru .
Tentang Disiplin belajar siswa juga mengunakan angket sepuluh pertanyaan, adapun teknik penilian yang digunakan untuk menghitung anket untuk jawaban 
a. diberi nilai 4
b. diberi nilai 3
c. diberi nilai 2
d. diberi nilai 1

untuk mengetahui data yang jelas maka penulis sajikan sebagaimana dalam bentu tabel berikut ini : 


TABEL V
JAWABAN RESPONDEN
TENTANG KETRAMPILAN GURU
MENGAJAR 
NO NOMOR URUT SOAL DAN SKOR Total Jumlah Skor Mean Kategori
 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  
1. 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 32 40 -
2. 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 36 40 +
3. 4 3 4 2 3 4 2 3 4 4 33 40 -
4. 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 35 40 +
5. 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 31 40 _
6. 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 36 40 +
7. 4 3 3 3 4 4 3 2 4 3 33 40 -
8. 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39 40 +
9. 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32 40 -
10. 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 32 40 -
11. 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 36 40 +
12. 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 37 40 +
13. 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 36 40 +
14. 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 35 40 +
15. 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 37 40 +
16. 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 36 40 +
17. 4 3 3 3 4 4 4 2 4 3 31 40 -
18. 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 31 40 _
19. 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 33 40 -
20. 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 37 40 +
21. 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 36 40 +
22. 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 37 40 +
23. 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 35 40 +
24. 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 35 40 +
25. 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 36 40 +
26. 4 3 3 2 4 3 2 3 4 4 32 40 _
27. 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 38 40 +
28. 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 35 40 +
29. 4 3 3 4 4 4 2 3 4 4 35 40 +
30. 4 3 3 3 3 4 2 3 4 3 32 40 _
31. 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 36 40 +
32. 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 36 40 +
33. 4 3 2 3 4 4 3 3 4 3 32 40 -
34. 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 33 40 _
35. 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 37 40 +
36. 4 2 3 3 3 3 2 4 4 4 32 40 -
37. 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 32 40 -
38. 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 36 40 +
39. 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 36 40 +
40. 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 36 40 +
 1386 1600 34 

Angka 34 diatas adalah hasil nilai rata – rata ( mean ) yang didapat dari Rumus :

Ν = F = 1386 = 34
  Ν 40
 Dari perhitungan Mean tersebut di atas diketahui bahwa nilai 34 keatas dikatagorikan penerapan ketrampilan baik. Sedangkan nilai 34 kebawah kategorikan Disiplin belajar siswa’ kurang baik .





TABEL VI
JAWABAN RESPONDEN
TENTANG DISIPLIN BELAJAR SISWA
NO NOMOR URUT SOAL DAN SKOR Total Jumlah Skor Mean Kategori
 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  
1. 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 28 40 -
2. 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 33 40 +
3. 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 33 40 +
4. 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 34 40 +
5. 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 28 40 -
6. 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 28 40 -
7. 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 33 40 +
8. 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 34 40 +
9. 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 32 40 +
10. 3 2 4 3 3 2 2 3 3 3 28 40 -
11. 2 3 4 4 4 4 2 3 3 3 32 40 +
12. 3 3 4 3 4 4 2 2 3 4 32 40 +
13. 3 3 4 4 4 4 2 2 3 3 32 40 +
14. 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 25 40 -
15. 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 35 40 +
16. 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3 35 40 +
17. 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 27 40 -
18. 3 3 4 3 4 2 2 2 3 3 29 40 -
19. 3 3 4 3 4 2 2 2 3 3 29 40 -
20. 3 3 4 3 4 4 2 3 3 4 33 40 +
21. 4 3 4 4 4 2 3 3 3 3 33 40 +
22. 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39 40 +
23. 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 30 40 -
24. 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 35 40 +
25. 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 36 40 +
26. 2 3 4 3 4 2 2 2 3 3 28 40 -
27. 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 33 40 +
28. 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39 40 +
29. 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 32 40 +
30. 4 3 4 4 4 4 2 2 4 3 30 40 -
31. 2 2 4 2 4 2 2 3 3 3 27 40 -
32. 3 3 4 4 4 2 2 2 3 3 29 40 -
33. 2 3 4 3 4 3 3 4 4 3 28 40 -
34. 4 3 4 3 4 2 3 3 2 2 30 40 -
35. 2 3 4 3 4 2 2 2 3 3 28 40 -
36. 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 27 40 -
37. 3 2 4 3 4 2 2 2 3 3 28 40 -
38. 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 28 40 -
39. 4 3 4 4 4 2 2 2 4 4 33 40 +
40. 3 2 4 4 3 3 2 3 3 3 28 40 -
 1241 1600 31 

Keterangan : + Kata gori baik
  : - Katagori kurang baik
angka 31 diatas adlah hasil nilai rata – rata - mean ) yang didapat dari rumus : 

 M = F  
 N 1241
40 31
  = = 
   


Dari perhitungan mean tersebut diatas di ketahui bahwa nilai 31 keatas dikatagorikan disiplin belajar siswa baik . Sedangkan nilai 31 ke bawah di katagorikan kurang baik.



C. Analisa Data

Agar lebih sistematik dalam membuktikan hipotesa. Maka ditentukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Tabulasi Data
dari penyajian data dalam bab II, maka dapat dilihat tabulasi data dalam hal ini berupa rekapitulasi data hasil penelitian sebagaimana dalam table berikut :





TABEL VII
REKAPITULASI HASIL PENELITIAN
NO KETRAMPILAN GURU
 MENGAJAR DISIPLIN BELAJAR SISWA
 BAIK ( +) KURANG BAIK (-) BAIK ( +) KURANG BAIK (-)
1. 32 28
2. 36 33 
3. 33 33 
4. 34 34 
5. 32 28
6. 36 28
7. 33 32 
8. 39 35 
9. 32 32 
10. 32 28
11. 36 32 
12. 37 32 
13. 36 32 
14. 35 25
15. 37 35 
16. 36 35 
17. 31 27
18. 31 29
19. 33 29
20. 37 33 
21. 36 33 
22. 37 39 
23. 35 30
24. 35 35 
25. 36 36 
26. 32 28
27. 38 33 
28. 35 39 
29. 35 32 
30. 32 30
31. 36 27
32. 36 29
33. 32 28
34. 33 30
35. 37 28
36. 32 27
37. 32 28
38. 36 28
39. 36 33 
40. 36 28
  



2. Klasifikasi data
Dari rekapitulasi data tersebut diatas, dapat diklasifikasikan sebagaimana dalam table berikut :

TABEL VIII
KLASIFIKASI RESPONDEN
KETRAMPILAN GURU MENGAJAR DISIPLIN BELAJAR SISWA TOTAL
 (+) (-) 
(+) 17 8 25
(-) 3 12 15
 20 20 40

3. Pembuktian Hopotesa
Untuk membuktikan hipotesa, maka dalam analisis data ini menggunkan rumus :
 X² = ( Fo – Fh ) ²
   
  Fh


Karena Fh ( Frekuensi yang diharapkan ) belum diketahui , maka di cari rumus :
Fh = ( Jumlah katagori ) ( Jumlah – golongan )
  Total - Jendral
Atau disingkat 
Fh = ( nk ) ( ng)
  N
Kemudian disini dapat diketahui sebagi berikut :
Fh = 17 25 x 20 = 12,5
  40
Fh = 8 20 x 25 = 12,5
  40
Fh = 3 15 x 20 = 7, 5
  40
Fh = 12 20 x 15 = 75
  40


TABEL IX
CHI KUADRAT

Ketrampilan mengajar guru Disiplin belajar siswa Fo Fh Fo - Fh ( F0Fh)² (Fo-Fh)
Fh
( +) +
- 17
  8 12,5
12,5 4,5
-4,5 20,25
20,25 1,62
1,62
(-) +
- 3
12 7, 5
7,5 -4,5
4,5 20,25
20,25 2,70
2,70
  40 40 8,64

Jadi X ² = 8,64
Kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan derajat kebebasan.
 Derajat kebebsan (db) dari table ( 2 x 2 ) diatas adalah :


Db = ( baris _1 ) ( kolom _1 ) ( k_1)
 = ( 2-1 ) ( 2-1)
 = 1 X 1
 = 1
hasil perhitungan derajat kebebasan ( db) = 1 dikonsultasikan dengan
X ² pada tabel nilai – nilai chi kuadrat tariff signifikasikan, maka diperoleh :
a. taraf kepercayaan 1 % = 6.635
b. taraf kepercayaan 5 % = 3. 841
menurut hasil perhitungan X² diatas = 8,64 sedangkan x² pada tabel nilai – nilai chi kuadrat, taraf signifikasikan adalah 6.635 dan 3.841
dengan demikian dapat diketahui bahwa X² hasil analisa lebih besar daripada X² tabel nilai – nilai chi kuadrat, baik dalam taraf signifikan 1 % maupun 5 %. Maka hal demikia disebut “ signifikan “
Sebagai Konsekuensinya dari hasil analisa signifikan adalah menolak hipotesa nihil ( Ho ) dan menerima hipotesa alternatif ( ha )
Jadi berdasarkan analisa tersebut dapat diketahui bahwa ada pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pembelajaran di SMPN 2 Mojowarno Jombang.
Kemudian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tersebut ditimbulkan, maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :



TABEL X
PROSENTASE PENGARUH
Ketrampilan Mengajar guru Disiplin belajar siswa F Prosentase % % Terbesar
+ +
- 17
8 42,50
20,00 43 %
- +
- 3
12 7, 50
30, 00 
  40 100 % 

Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa skor yang menyatakan Ketrampilan mengajar guru sebanyak 17 + 3- 20 responden.
Dari 20 responden tersebut ternyata yang mempunyai disiplin belajar siswa secara baik sebanyak 17 responden ( 43 %), sedangkan yang termasuk disiplin belajar siswa kurang baik sebayak 12 responden ( 30 %).
Jadi prosentase pengaruh ketrampilan mengajar guru terhadap disiplin belajar siswa di SMP N 2 Mojowarno kabupaten Jombang adalah
17 x 100 %
 40
= 43 %
berdasarkan standar prosentase yang diajukan , maka prosentase 43 % termasuk kurang katagori “ Pengaruh kurang baik “


















BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Metode Ketrampilan guru mengajar yang diiterapkan telah berpengaruh terhadap peningkatan kedisiplinan belajar siswa di SMPN 2 Mojowarno.
2. Kreteria pengaruh yang ditimbulkan adalah termasuk katagori “ kurang baik “ berdasarkan Prosetase standar mencapai 43 %
B. Saran - Saran
Agar dapat diperoleh hasil keetrampilan yang Oktimal, dan Efektif penulis memberikan saran – saran sebagi berikut :
1. Kepada dewan guru hendaknya menggunakan dengan metode ketrampilan mengajar untuk meningkatkan kedisiplinan belajar siswa.
2. Kepada Siswa – Siswi kelas dua SPMN 2 Mojowarno, hendaknya lebih disiplin baik didalam maupun diluar sekolah. 
Demikian saran yang dapat penulis berikan berdasarkan data penelitian yang penulis lakukan, di sekolah SMPN 2 Mojowarno, Jombang.
Demi kesempurnaan Skripsi ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seiiring dengan perkembangan dan dinamikan masyarakat serta perkembangan Ilmu pengetahuan dan tehnologi, sebab kesempurnaan yang hakiki hanyalah Milik Allah SWT, dan kepadanya kami memohon petunjuk.
























DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Maknun, 1996, PSIKOLOGI Kependidikan, Bandung, PT.Remaja Rosdakarya
Ahmad RUHANI, Abu AHMADI, 1991, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta Rineka Cipta
Ahmad Mudakir, Joko Sutrisno, 1997, Psikologi Pendidikan, Bandung,CV Pustaka Setia
BalnadiSutadipura,199985, Aneka Problema Keguruan, Bandung,ANGKASA.
Bobbi De Porter Mrk Reardon, Sarah Singer-Nourie, 2001, Quantum Teaching, BANDUNG, Kaifa.
Depag RI, 1989, Al qur’an dan Terjemahnya, Bandung, Gema Risalah Press
Elisabeth. B. Hurlock, 1981, Perkembangaan Anak, Jakarta,Balai Pustaka
Fakultas Tarbiyah IKAHA, 1999, Keterampilan Dasar Mengajar , Jombang, Tarbiyah, Offset
 Imam Muslim , tt, Shohih Mu slim, Bandung , PT. Al Ma’arif
J.J. Hasibuan Moedjioa, 1993, Proses Belajar Mengajar, Bandung , Remaja Rosdakarya
Muhammad Sochid, 1997, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta Rineka Cipta
Muhammad Uzer Usman, 1998, Menjadi Guru Profesonal, Bndung, Remaja Rosda Karya.
Ngalim Poerwanto, 1997, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung ,PT. Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana, 1991, Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung ,Sinar Baru 
Nasution , 1993,. Sosiologi Pendidik , Jakarta , Jermmar
Piet A.Sahertian .dan Ida Aleida Sahertian,1990, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservise Education , Jakarta , Rineka Cipta
Piet A.Sahartian ,1994, Dimensi Atministrasi Di Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional
Syaiful Bahri Djamarah , 2000, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta Rineka Cipta
  


  

PUASKAH ANDA DAPATKAN DATA KAMI?

GAMBAR

GAMBAR
AKU LG SEDIH