BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk Allah yang telah diciptakan dalam bentuk yang paling indah (QS 95:4) dan dilengkapi dengan berbagai atribut yang membedakan antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya yang ada di alam raya ini. Dengan memperhatikan yang ada pada manusia, maka definisi yang diberikan oleh para ahli tentang manusia menjadi beragam. Dengan kata lain manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia juga mempunyai hubungan interpredensi, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan fihak lain. Manusia akan mencapai kesadaran dirinya dengan adanya orang lain dan hubungan antara manusia akan tercapai melalui komunikasi.
Intensitas komunikasi bagi manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kdudukan yang sangat asasi dalam perjalanan hidupnya, karena dengan komunikasi manusia akan dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan lahir maupun kebutuhan batin. Dengan komunikasi manusia dapat saling membentuk kasih sayang, membina persahabatan, menyebarkan pengatahuan dan melestarikan peradaban atau kebudayan. Hal ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Akan tetapi komunikasi bukan hanya mempunyai dampak positif bila komunikasi tidak dilakukan dengan benar, tetapi perpecahan, permusuhan, propaganda yang menanamkan kebencian merupakan salah satu dampak negatif dari komunikasi.
Intensitas komunikasi bukan sesuatu yang sangat mahal, oleh karena itu komunikasi bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, bisa terjadi di pasar, di masjid, di sekolah atau di semua tempat yang terdapat kegiatan sosial manusia. Komunikasi sangat urgent dan sangat diperlukan kehadirannya dalam lingkungan keluarga dimana keluarga adalah merupakan ajang membentuk watak dan kematangan pribadi anak yang pertama dan utama.
Dalam sebuah keluarga intensitas komunikasi memegang peranan yang sangat penting dan vital, karena dalam sebuah keluarga keharmonisan keluarga tersebut ditentukan oleh lancar atau tidaknya komunikasi dalam keluarga. Hal ini di karenakan keluarga adalah kelompok pertama dan utama yang di kenal oleh individu dalam kehidupannya. Abu Ahmad ( 87 : 1991 ) menyatakan bahwa keluarga adalah merupakan kelompok pertama yang dikenal anak dalam kehidupannya dan sangat berpengaruh.
Dari pernyatan di atas dapat dilihat bahwa keluarga merupakan wahana bagi anak dalam perkembangan jiwa dan kematangan pribadi anak dalam menjalani hidupnya kelak. Hal ini di karenakan anak sebelum melakukan interaksi dengan lingkungannya yang lebih luas di luar lingkungan keluarga maka anak terlebih dahulu belajar dan melakukan interaksi atau komunikasi dengan anggota keluarganya terlebih dahulu. Zakiyah Darajat ( 56 : 1991) menyatakan bahwa semua pengalaman yang dilalui oleh anak sejak lahir merupakan unsur- unsur dalam membentuk pribadi.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pembinaan pribadi anak telah di mulai dalam keluarga sejak anak lahir sampai dewasa. Semua pengalaman anak yang di dapat dalam hidupnya sejak lahir sampai masa sekolah akan menjadi unsur- unsur penting untuk membentuk sikap dan pribadinya. Dengan dilatar belakangi situasi keluarga yang beragam, serta lingkungan yang berbeda maka akan menghasilkan kematangan pribadi yang beragaaam dan berbeda pula.
Anak adalah individu yang sedang mengalami perkembangan dan memerlukan pembinan secara kontinue dan terarah yang positif, hal ini tidak lain karena anak adalah merupakan tanggung jawab orang tua. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam surat At Tahrim ayat 6
“ Hai orang- orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka “
Dalam rangka mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak, diperlukan figur seorang pendidik yang mampu berperan dalam kematangan pribadi anak ( termasuk anggota keluarga dalam hal ini yang paling dominan adalah orang tua ). Kenyataan ini patut menjadi perhatian bagi orang tua sebab, apabila menginginkan anaknya tumbuh dengan mencontoh kebiasan- kebiasan yang baik daaan etika mulia semuanya harus dimulai dalam lingkungan keluarga.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak dalam keluarga yang bermuatan edukatif. Karena komunikasi merupakan hal yang vital dalam kematangan pribadi anak dalam predikatnya sebagai media dalam penyampaian pesan da keinginan dari masing- masing fihak yang ada dalam keluarga. Penulis memberi judul “PENGARUH INTENSITAS KOMINIKASI ORANG TUA – ANAK TERHADAP KEMATANGAN PRIBADI ANAK DI SMP NEGERI 1 JOGOROTO JOMBANG“ .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat komunikasi orang tua anak di SMP Negeri 1 Jogoroto?
2. Bagaimanakah kematangan pribadi anak di SMP Negeri 1 Jogoroto?
3. Bagaimana pengaruh intensitas komunikasi orang tua – anak terhadap kematangan pribadi anak di SMP Negeri 1 Jogoroto?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah tersebut maka peneliti disini mempunyai tujuan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat komunikasi orang tua –anak di SMP Negeri 1 Jogoroto?
2. Untuk mengetahui tingkat kematangan pribadi anak di SMP Negeri 1 Jogoroto?
3. Untuk mengetahui pengaruh intensitas komunikasi orang tu – anak terhadap kematangan pribadi anak di SMP Negeri 1 Jogoroto?
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya. Sebagai jawaban sementara dari penelitian ini adalah “terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas komunikasi orang tua - anak dengan kematangan pribadi anak”. Jadi semakin intensif anak berhubungan dengan orang tua maka akan semakin berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak itu sendiri.
E. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Sebagai sumbangan khazanah ilmu pengetahuan dan berguna dalam memperkaya lingkup karya-karya penelitian lapangan /praktis.
2. Secara Praktis
Dapat memberikan masukan kepada orang tua betapa pentingnya komunikasi kepada anak dalam pembentukan kepribadian anak, dan kepada lembaga sekolah bahwa komunikasi guru juga sangat berpengaruh pada anak.
F. Batasan Operasional
Intensitas komunikasi orang tua anak suatu proses saling mengerti, berbagi atau menggunakan informasi secara bersama antara orang tua anak dalam proses komunikasi.
Bentuk kematangan pribadi merupakan salah satu unsur atau faktor yang sangat penting dan harus dikembangkan, sesuai dengan tujuan dan arah pedidikan padaa umumnya yaitu arah kedewasaan. Kedewasaan disini adalah kedewasaan dalam arti luas yaitu kedewasaan jasmani, kedewasaan dalam berfikir, maupun kedewasaan dalam bertingkah laku.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini, kami uraikan menjadi lima bab yang masing-masing bab memuat sub bab pokok bahasan. Adapun bab – bab tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I : Bab satu merupakan pendahuluan dari penulisan skripsi ini yang tema bahasannya meliputi : Latar Belakang Masalah Yang Menjelaskan Diangkatnya Judul Ini, Kemudian Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Dan Kegunaan Penelitian, Batasan Operasional Serta Sistematika Pembahasan yang menjelaskan uraian dan tata urutan pembahasan dalam judul skripsi ini.
BAB II : Merupakan kajian pustaka yang dipergunakan dalam Penulisan Skripsi ini yang bahasannya meliputi : Komunikasi Orang Tua – Anak yang uraiannya meliputi : Pengertian Komunikasi Orang Tua-Anak, Urgensi Komunikasi Orang Tua – Anak, dan Komunikasi keluarga menurut pandangan Islam serta cara motivasi orang tua terhadap Anak. Kemudian beralih pada bahasan tentang kematangan pribadi anak yang uraiannya meliputi : Pengertian Kepribadian, Faktor - faktor yang mempengaruhi Kepribadian, Struktur Kepribadian, Dinamika Kepribadian dan Perkembangan Kepribadian serta ciri – ciri kematangan pribadi.
BAB III : Bab ini merupakan metodologi penelitian yang berisi : Rancangan Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data serta Teknik Analisa Data.
BAB IV : Bab ini merupakan laporan hasil penelitian yang berisi Diskripsi data dan Pengujian Hipotesis.
BAB V : Bab ini merupakan bab terakhir yang merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi ini serta saran – saran dalam skripsi ini.
Demikianlah sistematika yang penulis pergunakan dalam penulisan skripsi ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan tentang Komunikasi Orang Tua - Anak.
1. Pengertian Komunikasi
Untuk memahami pengertian komunikasi orang tua - anak, terlebih dahulu harus memahami pengertian komunikasi secara umum sehingga kemudian dapat merumuskan apa yang dimaksud dengan komunikasi orang tua - anak .
Menurut etimologi, komunikasi berarti hubungan atau perhubungan. Istilah komunikasi ini berasal dari bahasa latin yaitu comunicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti “ sama “. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Sedangkan definisi komunikasi secara terminologi yang telah di tuangkan oleh para ahli komunikasi sangat beragam. Keragaman definisi ini di pengaruhi oleh perbedaan sudut pandang serta bidang ilmu yang di miliki dan digunakan para ahli untuk mendefinisikan komunikasi. Sehingga kemudian menurut Jalalludin Rakhmat, Dance ( 1970 ) telah berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 98 definisi komunikasi, sehingga dengan melihat banyaknya definisi ini B Aubrey Fisher merasa tidak mampu lagi mendatangkan sebuah definisi komunikasi yang betul – betul telah disepakati oleh para ahli, tetapi bukan berarti ketika tidak adanya definisi komunikasi yang disepakati, definisi yang banyak itu salah dan tidak bisa dipakai sekali lagi Fisher mengatakan tidak, karena menurutnya dari definisi yang banyak itu tetap mengarah kepada fenomena komunikasi yang sama dan konstan.
Untuk melihat fenomena komunikasi tersebut, dan sekaligus membuktikan kebenaran pernyataan Fisher, berikut ini beberapa definisi komunikasi yang telah d tuangkan oleh para ahli.
Houland, Jenis daaan Kelly mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana seseorang (komunikator) menyamakan rangsangan (biasanya verbal) untuk mengubah perilaku individu yang lain.
Senada dengan definisi ini dinyatakan oleh Dance yang mengatakan bahwa komunikasi adalah pengungkapan respon melalui simbol- simbol verbal, di mana simbol- simbol verbal ini bertindak sebagai perangsang (stimulasi ) bagi respon yang terungkap tadi.
Adapun para ahli yang lain seperti Berelson dan Steiner, nampak lebih memperhatikan komunikasi pada unsur penyampain, sehingga menurut mereka komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, ketrampilan dan seterusnya, melalui penggunan simbol kata, gambar, angka, grafik dan lain- lain. Definsi yang senada dengan ini dinyatakan oleh Shannon Danm Wear ( 1949 ) tetapi dengan menambahkan unsur yang lainnya sehingga menurutnya, komunikasi itu mencakup semua prosedur melalui fikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain. Dalam redaksi yang lain Goge (1959) mendefinisikan komunikasi sebagai proses yaaang membuat adanya keberasaman ( arti ) bagi dua atau lebih orang yang semula di monopoli oleh satu atau beberapa orang.
Dari beberapa definisi yang tercantum di atas, menurut penulis hampir semuanya terangkum dalam penjelasan yang dalam kamus psikologi “Dictionary Of Behavioral Science “ yang menyatakan sebagai berikut:
a. Komunikasi adalah perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang- gelombang suara.
b. Komunikasi adalah penyampaian atau peneriman signal atau pesan oleh organisme
c. Komunikasi adalah pesan yang di sampaikan
d. Komunikasi adalah proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yag lain melalui pengaturan signal – signal yang di sampaikan
e. Komunikasi adalah pengaruh satu wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan dengan wilayah lain
f. Komunikasi adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi
Kalau daftar definisi komunikasi yang tertulis dalam kamus psikologi tersebut diamati, maka dalam lapangan psikologi komunikasi mempunyai makna yang luas meliputi segala penyampain energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, sistem atau organisme. Kata komunikasi juga dapat di artikan sebagai proses, pesan dan juga pengaruh.
Dengan memperhatikan definisi- definisi di atas, maka tentunya dapat di temukan unsur yang hampir disebut oleh setiap definisi yaitu unsur pesan atau informasi. Di mana peserta yang satu mengutarakan gagasan dengan menggunakan media biasanya berupa suara, cahaya, sentuhan, gelombang, tulisan dan yang lainnya. Kemudian informasi yang telah diciptakan oleh peserta yang pertama dimanfaatkan bersama, dengan kata lain komunikasi dapat kita definisikan sebagai proses saling berbaagi atau pengguna informasi secara bersama dan pertalian antara peserta dalam proses informasi tersebut.
Dengan berpegang pada pemahaman komunikasi di atas maka komunikasi orang tua- anak dapat didefinisikan sebagai suatu proses berbagi atau menggunakan informasi secara bersama antara orang tua – anak dan juga terjadinya pertalian antar orang tua –anak dalam informasi tersebut.
2. Urgensi Komunikasi Orang Tua -Anak
Sebagaimana telah di sepakati bersama bahwa manusia adalah makhluk sosial yang untuk memeuhi segala kebutuhan mereka memerlukan bantuan orang lain. Manusia hidup dengan komunikasi, tanpa komunikasi atau hubungan dengan orang lain maka manusia tidak akan dapat memenuhi segala kebutuhannya atau dengan kata lain tanpa komunikasi kehidupan manusia berarti apa-apa. Dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide, gagasan emosi dan perasannya kepada individu yang lain serta dengan komunikasi manusia dapat mengekspesikan dirinya dalam kehidupaan dengan sebaik- baiknya.
Komunikasi telah menembus seluruh peta kehidupan manusia baik dalam bidang politik, agama, sosial, pendidikan, kesehatan, perdagangan termasuk juga dalam keluarga.
Dalam bidang politik, bagaimana mungkin para anggota parlemen dapat menetapkan sebuah kebijakan negara dan menginformasikan pada rakyat tanpa komunikasi. Dalam bidang agama, bagaimana mungkin seorang muballigh, misioner atau pendeta dapat menyampaikan pesan- pesan religi kepada umatnya tanpa melakukan komunikasi dengan umat. Dalam dunia pendidikan tidak akan pernah terjadi proses belajar megajar di sekolah atau di rumah bahka dimasyarakat kalau tidak terdapat komunikasi begitu juga dengan bidang – bidang kehidupan lainnya.
Dalam kehidupan bermasyarakat komunikasi memegang peranan yang sangat penting karena dengan komunikasi akan terciptalah suasana saling mengerti, terpelihara integritas kelompok masyarakat bahkan dengan komunikasi taraf kesadaran masyarakat akan nilai –nilai kehidupan dapat di tumbuh- kukuhkan. Dengan mengamati ini maka Hasan Basri mengatakan paling tidak ada tiaga manfaat komunikasi dalam kehidupan sosial, yaitu:
a. Menjadi media hubungan antara warga masyarakat
b. Menjadi media kebahagian hidup warga
c. Sebagai media untuk memperoleh keselamatan dan kesejahteran
Dalam sebuah keluarga komunikasi juga mempunyai peranan yang tidak sederhana. Hal ini tidak lain karena keluarga adalah merupakan kumpulan manusia yang biasanya paling tidak terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak.
Bagi sebuah keluarga komunikasi adalah merupakan suatu kebutuhan karena dengan komunikasilah seorang suami dan istri dapat berbagi rasa dan memberikan saling pengertian, sehingga dua individu itu dapat berjalan seiring dan selaras.
Sedangkan komunikasi bagi anak adalah suatu kebutuhan dalam rangka menciptakan dirinya menjadi manusia yang normal.
Sebuah kejadian di California yang melibatkan anak bernama Genie (nama samaran) cukup di jadikan sebagai bukti dan pelajaran akan pentingnya komunikasi bagi seorang anak. Genie adalah seorang anak yang hidup pada tahun 1970, ia adalah seorang anak yang berusia 13 tahun yang semenjak kecil hampir tidak pernah di berikan kesempatan untuk berkomunikasi, ia di karantinakan secara khusus oleh ayahnya untuk di jadikan bahan penelitian.
Setelah 13 tahun proses pengasingan komunikasi tersebut berlangsung, Genie di bawa kabur oleh ibunya dan kemudian ia di masukkan ke rumah sakit ketika itu ia tidak bisa bicara dan memiliki ketrampilan untuk mengungkapkan pikirannya dalma bentuk lambang- lambang yang dapat di fahami oleh orang lain, selain itu perkembangan tubuhnya juga tidak normal tubuhnya kurus, bungkuk dan kotor.
Dengan memperhatikan hal ini, Jalaluddin Rahmat (1992 : 14) mengatakan adanya dua hal yang menunjukkan pentingnya fungsi komunikasi, yaitu :
a. Komunikasi amat esensial buat pertumbuhan kepribadian manusia
b. Komunikasi amat erat kaitanya dengan perilaku dan kesadaran manusia.
Dalam pandangan yang nilai Hasan Basri (1995:78) memberikan penjelasan tentang fungsi komunikasi dalam sebuah keluarga yaitu:
a. Sarana untuk mengungkapkan perasan kasih sayang
b. Media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat yang di sampaikan
c. Sarana untuk menambah keakraban hubungan sesama warga dalam keluarga
d. Menjadi barometer bagi baik buruknya kegiatan komunikasi dalam sebuah keluarga
Dengan memahami penjelasan dan kenyatan di atas tentunya dapat di pahami akan urgensi komunikasi bagi kehidupan ini, terlebih lagi bagi orang tua – anak.
3. Komunikasi keluarga menurut pandangan Islam
Keluarga adalah buaian tampat anak melihat cahaya pertama. Berawal dari keluarga, seorang anak akan belajar untuk megenal dirinya dan lingkungannya begitu juga dari keluarga anak akan belajar mengenal berbakti kepada Tuhan. Dengan demikian keluarga sangat dominan peranannya dalam membentuk kepribadian anak.
Begitu besarnya pengaruh keluarga dalam membentuk kepribadian anak sehingga dengan demikian perlu kiranya diciptakan kondisi keluarga yang baik Zakiyah Darajat ( 47: 1994 ) menyatakan bahwa jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan maka anak akan tumbuh dengan baik pula.
Diantara langkah yang dapat ditempuh untuk menciptakan suasan yang baik itu adalah usaha menciptakan terwujudnya saling pengertian, saling menerima, saling menghargai dan saling menyanyangi di antara suami istri dan seluruh anggota keluarga dan media yang digunakan untuk mewujudkan ini adalah komunikasi.
Karena komunikasi dalam keluarga ini memegang peranan yang sangat vital maka hal ini tidak boleh di anggap sederhana, seperti yang di isyaratkan oleh Al Quran dalam surat At Taghabun ayat 14 :
“ Hai orang- orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak- anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka ( Q. S At Taqhabun )
Dari ayat ini dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam keluargapun dapat terjadi permusuhan apabila tidak terjalin komunikasi, saling pengertian dan saling memahami.
Pendidikan Islam berarti optimalisasi potensi anak menuju kesempurnaan, yaitu manusia muslim yang beriman dan beramal sholeh sesuia dengaan tuntuan ajaran Islam itu tidak akan tercapai dengan baik tanpa dimulai dengan komunikasi yang baik dari sebuah keluarga.
Al Quran sebagai sumber pokok ajaran Islam telah banyak memberikan pelajaran tentang komunikasi yang baik,berikut ini sebuah contoh komunikasi yang baik yang di tampilkan Al Quran dalam surat Ash Shaffaat ayat 102:
“ Maka tatkala anak itu sampai ( pada umur sanggup ) berusaha berama- sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmuia menjawab,”Hai Bapakku, kerjakanlah apa telah diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar “ ( Qs Ash Shaffat 102 ).
Dari ayat ini dapat dilihat betapa komunikasi sangat baik yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim dan Ismail kepada umat Islam. Adapun int ajaran komunikasi yang dapat diambil dari ayat ini adalah sebagai berikut:
a. Terjadi Komunikasi Dua Arah
Dari ayat tersebut di atas dengan jelas adanya pembagian kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pesan antara Nab Ibrahim dan Isma’il, sehingga tidak terjadi pemaksaan. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan Nabi Ibrahim untuk meminta pedapat anaknya yaitu “ Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmu…..” hal ini nampak merupakan suatu kalimat pertanyaan yang ditujukan kepada Nabi Ismail untuk memberikan pendapat atau tanggapan tentang apa yang ditugaskan kepada ayahnya, dalam hal ini Nabi Ibrahim tidak memaksakan kehendaknya kepada anaknya walaupun itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan, akan tetapi beliau memita pendapat dari anaknya tentang hal tersebut. Hal ini akan menciptakan suasana yang harmonis dalam keluarga di mana masing- masing fihak saling menghargai dan menghorati pribadi masing-masing, sehingga akan terbina rasa tanggung jawab yang dalam diri setiap individu anggota keluarga.
Manfaat dari komunikasi dua arah seperti contoh diatas mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam sebuah keluarga. Misalnya dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan perasan dan idenya, sehingga orang tua dapat mengetahui apa yang dinginkan oleh anak dan orang tua dapat memberikan arahan yang tepat dan sesuai apa yang diharapkan oleh anak. Dan anak akan merasa dirinya ada, karena apa yang ia kemukakan mendapatkan tanggapan atau respon dari orang tuanya, sehingga pada tataran selanjutnya anak akan memiliki rasa percaya dri dan tanggung jawab yang besar dan hal itu merupakan suatu modal yang sangat bermaanfaat bag anak dalam perkembangan sikap dan kepribadiannya. Alex Sobur ( 15: 1997 ) menyatakan bahwa komunikasi dua arah akan menumbuhkan kewibawaan orang tua, karena menurutnya ketika anak mau melakukan apa yang telah disampaikan oleh orang tua tanpa paksan, karena sudah memahami apa yang dikehendaki oranng tua, ia akan menghormati orang tuannya.
b. Penggunaan Media ( verbal ) yang tepat
Dalam ayat tadi diungkapkan pengungkan kata yang sangat indaaah ketika Nabi Ibrahim mengajukan pertanyan kepada anaknya Ismail, ungkapan yaaang digunakan oleh Nabi Ibrahim dapat dimengerti bahkan menyentuh jiwa Ismail sebagai komunikan, sehingga Ismail merasa ikut terlibat dalam proses komunikasi yang sedang berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari kalimat pembuka yang digunakan Nabi Ibrahim dengan menggunakan kalimat “ “
Yaitu suatu ungkapan panggilan yang menunjukan kasih sayang kepada anaknya, sehingga anaknyapun menghormti orang tuanya dengan membalas menggunakan ungkapan yang menunjukkan rasa penghormatan “ “
Inilah sebuah contoh komunikasi antara orang tua dengan anak yang telah divisualkan secara transparan oleh Al Quran yang hendaknya menjadi ta uladan bagi keluarga muslim dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pendidikan Islam, komunikasi orang tua anak selain menggunakan metode dialog seperti di atas juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode nasehat yang baik, karena nasehat yang baik menurut Abdullah ‘Ulwan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam diri anak - cara yang dilahirkan dengan fitrah.
Cara Motivasi Orang Tua Terhadap Anak
Anak merupakan anugrah dan amanah dari Allah kepada manusia yang menjadi orang tua, oleh karena itu orang tua dan masyarakat bertanggung jawab penuh agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa serta agamanya sesuai dengan tujuan dan kehendak Tuhan penciptanya. (Bakir Yusuf Karwani, 1993:5 ).
Sehingga dengan tugas dan tanggung jawab itu maka orang tua merupakan penanggung jawab dalam pendidikan anaknya dalam rumah tangga, sebagai firman Allah dalam surat Az Zukhruf ayat 32 :
“Apakah mereka yang membagi – bagi rahmat Tuhanmu ? kamu telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan Rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (Surat Az-Zukhruf ayat 32)
Hal ini yang harus diketahui orang tua dan dihatinya adalah rasa tanggung jawab yang besar dalam mendidik anak, baik ilmu, perangai, pembentukan jasmai dan sosialnya. Rasa tanggung jawab ini selamanya akan mendorong secara keseluruhan dalam rangka mengawasi anak dan memberikan, mengerakkan dan mengikutinya, membiasakannya dan melatihnya. Oleh karena itu, Islam meletakka masalah tanggung jawab pendidikan diatas orang tua dalam Al Quran dinyatakan tanggung jawab dalam S. Toha, 132.
“janganlah kamu mempersatukan sesuatu dengan dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka”(Surat Al-An’am 151).
Sehubungan deangan tugas dan tanggung jawab itu maka ada baiknya orang tua mengetahui sedikit mengenai bagaiman pendidikan dalam rumah tangga. Pengetahuan itu sekurang-kurangnya menjadi panutan, rambu- rambu bagi orang tua dalam menjalankan tugasnya. Yang bertindak sebagai pendidik dalam pendidikan rumah tangga ayah dan ibu, sedangkan yang menjadi anak didik dalam rumah tangga: Sianak ( A. Tafsir 1991:155 ).
Oleh karena itu anak harus mendapat asuhan bimbingan dan pendidikan yang baik dan luas agar menjadi remaja dan manusia. Dengan demikian anak sebagai penerus generasi dan cita – cita orang tua, karena pendidikan anak dalam keluarga adalah bersifat kodrati, maka hal ini harus terus mengembangkan kualitas dirinya, maka hal ini tidaklah mungkin memperoleh seluruh pendidikan dan bimbingan yang diperlukannya dari anggota keluarganya. Oleh karena itu anak anak membutuhkan ligkungan pendidikan yang lain seperti di sekolah atau lembaga-lembaga agama. Dalam hal ini pendidikan keluarga harus tetap menjadi dasar yang melandasinya. (A.Bakir Yusuf B 1993: 8).
Karena pendidikan anak dalam keluarga bersifat kodrati, maka hal ini harus menjadi fondamen bagi pendidikan yaang diterima diluar keluarga. Karena anak harus tetap mengembangkan kualitas dirinya maka hal ini tidaklah mungkin meperoleh seluruh pendidikan dan bimbingan yang diperlukan dari anggota keluarga.
Pendidikan anak pada dasarnya tanggung jawab orang tua. Hanya karena keterbatasan orang tua maka perlu adanya bantuan dari orang yang mampu atau mau membantu orang tua dalam pendidikan anak- anaknya terutama dalam mengajarkan berbagai ilmu dan ketrampilan yang selalu berkembang dan selalu dituntut mengembangkannya bagi kepentingan manusia, (Zakiyah Darajat. 1994: 53). Jika dihubungkan dengan kegiatan pendidikan, peranan pendidikan dapat diartikan sebagai suasan psikis yang terdapat dalam diri orang tua dan anak mendorong serta menyertai aktivitas mereka, baik selaku obyek atau subyek pendidikan. Jika dihubungkan dengan pengertian peranan sebagai faktor yang menyebabkan seseorang memulai dan melaksanakan aktivitas dengan semangat dan penuh ketentuan seperti Firman Allah dalm surat Al Zalzalah 7-8
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya perlu”. (QS. Al-Zalzalah 7-8)
Dari ayat diatas, secara teoritis akan menjadi pendorong yang kuat bagi pihak orang tua sebagai pendidik, anak sebagai terdidik giat melaksanakan kewajiban dan tugas masing- masing. Setiap pekerjaan yng baika waaupun sebesar butir debu ibaratnya, Allah menyediakan pahala kebaikan pula bagi pelakunya, demikian juga sebaliknya. Dalam kontek pembicaran ini, ayat tersebut bisa dipandang sebagai motivasi, tegasnya sumber motivasi untuk melakukan kebaikan dalam kancah pendidikan. Bagi orang tua sebagai pendidik, kebaikan itu mestilah dilakukan dengan cara melaksanakan tugas pendidikan sebaik-baiknya. ( Imam Bawami, 1986: 125 ).
Dengan adanya tugas dan tangung jawab orang tua tersebut perlu memberikan bantuan jika anak memang perlu dibantu, untuk menjaga agar anak berhasil baik yang akan dapat membuatnya selalu optimis dalam menghadapi kehidupan. Misalnya membantu anak dalam mengerjakan pekerjan rumah yang biasanya merupakan tugas dari sekolah, salah satu membantu pendidikan anak-anak. Memenuhi peralatan sekolah anak jelas merupakan cara mendidik anak dirumah, yang penting adalah mendisiplinkan anak agar selalu mengejakan PR dengan sungguh-sungguh. Pujilahlah mereka tatkal berpertasi tinggi,sabarkan tatkala gagal mencapai prestasi yang layak (Ahmad Tafsir, 1991: 156 ).
B. Pembahasan Tentang Kematangan Pribadi Anak
Dalam lingkup pendidikan, baik pendidikan formal, informal maupun non formal kematangan pribadi merupakan salah satu unsur atau faktor yang sangat penting dan harus di kembangkan, sesuai dengan tujuan dan arah pendidikan pada umumnya yaitu arah kedewasaan.
Kedewasaan yang dimaksud disini adalah kedewasaan dalam arti luas, yaitu kedewasaan jasmani, kedewasaan dalam berfikir, maupun kedewasaan dalam bertingkah laku. Manusia yang dewasa kiranya bukan manusia yang suka menggantungkan diri pada orang lain atau merepotkan orang lain, bahkan manusia yang dewasa sudah pasti akan berbuat dan bertingkah laku yang menguntungkan terhadap orang lain disekitarnya.
Kedewasaan manusia atau individu dapat kita lihat dari kepribadian yang mantap dan matang. Sedangkan kepribadian yang matang bisa diperoleh dari pengalaman- pengalaman, lingkungan sekitar dan hasil belajar atau pendidikan. Sebagai mana yang dikatakan oleh G. Ewald yang menyebutkan kepribadian sebagai watak (caracter) sebagai berikut : “ Watak yang diperoleh (erworbener character, watak phainotopis) yakni watak yang telah dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman dan pendidikan.” ( Sumadi Suryabrata, 1982 : 89 ).
1. Pengertian Kematangan Pribadi
Kepribadian atau personality berasal dari bahasa yunani yaitu persona yang berarti topeng, yang biassa dipakai dalam bermain drama pada masa lalu. Oleh C.G. Jung ( 1986 ) perkataan persona dilukiskan sebagai muka manusia dalam keberadaannya dalam masyarakat.
Dikatakan oleh Masrun ( dalam Adisubrata, 1987 ) bahwa persona merupakan alat kompromi antara individu dengan masyarakat, antara kebutuhan dasar individu dengan norma- normma masyarakat. Persona merupakan alat untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dunia sekitar, tetapi dengan persona sering juga individu menyembunyikan sifat aslinya. Jadi kepribadian merupakan alat untuk berkomunikasi dengan dunia sekitar, sebagian berbentuk secara sadar tetapi sebagian terbentuk melalui proses yag disadari.
Adapun Allport ( dalam Adisbrata, 1987) memberikan definisi kepribadian sebagai organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan cranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Organisasi yang dinamis adalah kepribadian sebagai organisasi mental dalam individu yang bersifat motivasional dan mengaturdiri. Kepribaian sebagai organsasi dalam individu sering kali megalami proses disorganisasi, misalnya pada individu- individu yang telah normal.
Dengan mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan Alport (dalam Suryabrata, 1987) menunjukkan keyakinan bahwa kepribadian mengantar individu dengan lingkungan psikologisnya, kadang- kadang menguasainya. Jadi kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi yang menentukan.
Lebih lanjut Murry (dalam Adisubrata, 1987) berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu rangkaian dari suatu kejadian- kejadian yang secara ideal menentang dalam kehidupan seseorang.
Sedangkan Kinget ( 1970 ) menyatakan bahwa emosi (kepibadian) seseorang terbagi menjadi dua, yaitu out going dan seclusive. Dimana out going hampir sama artinya dengan Ekstrovert sedangkan seclusive hampir sam dengan introvert.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan organisasi atau pola yang diberikan kepada berbagai respon yang lepas dari individu dan merupaka kekuatan aktif dalam diri idividu, juga mencakup usaha- usaha menyesuiakan diri beraneka ragam, namun khas yang dilakukan atau dimiliki idividu, disamping itu juga kepribadian merupakan suatu istilah untuk menunjukan hal- hal khusus tentang individu dan membedakannya dari semua orang. Dalam hal ini kepribadian dapat berkaitan erat antara iindividu dengan lingkungan sosial, serta antara individu dengan peristiwa- peristiwa yang pernah dialaminya dalam hidup.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Pribadi
Salah atau faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah hasil hubungan antara manusia dengan lingkungan atau pengalaman. Dalam hal ini para ahli psikologi membedakan dua macam faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia, yaitu:
a. Pengalaman umum (common esperience), adalah pengalaman yang dihayati oleh individu, dimanadalam setiap masyarakat atau individu prinsip- prinsip moral maupun cara- cara hidup yaaang dihayaaati oleh semua anggato masyarakat tersebut, pengalaman umum ini menjadi bagian daaari seseorang dengan orang lain disekitarnya.
b. Pengalaman unik (Unic Experience), adalah pengalaman yang hanya dialami oleh dirinya sendiri, karena sejak lahir manusia sudah mempunyai ciri- ciri tertentu maka reaksssinya terhaaadap lingkungan ataaau reaksi lingkungan terhadap individu tersebut bersifat khas. Pengalaman unik ini menentukan bagian dari dirinya yang bersifat khas dan tidak dialami oleh orang lain. ( Irrrwanto dkk, 1989 )
Ngalim Purwanto dalam bukunya psikologi pendidikan menyatakan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kepribadian dapat dibagi menjadi 3 macam :
a. Faktor biologis
b. Faktor sosial
c. faktor kebudayan
a). Faktor biologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringpula disebut faktor fisiologis.kita mengetahui baahwa keadaan jasmani setiaaap orang sejak dailahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan- perbedaan. Keadaan fisik/ kondisi tubuh yang berlebihan itu menyebabkan sikap, sifat- sifat serta kepribadian yang berbeda-beda pula.
b). Faktor sosial, yaitu dimaksud dengan faktor sosial disini adalah masyarakat, yakni manusia- manusia lain disekitar individu yang bersangkutan, termasuk kedalam faktor sosial ini adalah tradisi, adat istiadat, peraturan, bahasa dan laain sebagainya yang berlaku dimasyarakat. Sejak dilahirkan anak telah mulai bergaul dengan orang lain disekitarnya. Pertama–tama dengan keluarganya, terutama ibu dan ayah, kemudian dengan anggota keluarga lain, seperti kakak, adik dan pembantu rumah tangga.
c). Faktor kebudayaan, perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing- masing anak/orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana anak itu dibesarkan. Seorang anak Indonesia misalnya, jika sejak kecil dibawa ke London dan dibesarkan serta dpelihara oleh orang- orang Inggris dengan kebudayaan Inggris, jangan diharap kepribadian anak tersebut akan sama atau mirip dengan kepribadian orang-orang Indonesia. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain: nilai-nilai/ values, adat dan tradisi pengetahuan, dan ketrampilan bahasa dan milik kebendaan. (Ngalim Purwato 1990, 166)
Hasan Mazhahiri dalam bukunya menyatakan bahwa faktor – faktor yang membentuk kepribadian anak yaitu :
a. Peranan Cinta Kasih dalam Pembinaan Kepribadian
Seorang ibu hendaknya berusaha keras mengasuh dan memberi kepuasan cinta kasih pada anaknya, misalnya dengan sering mengelus kepalanya sebagai ungkapan rasa cinta. Para ayah juga harus memperhatikan kebutuhan cinta kasih anak-anaknya, mendudukkan mereka dipangkuannya atau disebelahnya sebagai tanda kasih terhadap mereka.
Cinta kasih inilah sebenarnya mampu membina kepriadian anak. Anak yang tumbuh besar karena disusui orang lain atau karena disusui orang lain atau karena susu buatan, atau dititipkan pada panti asuhan atau lembaga penampungan anak, akan tumbuh besar tanpa memeliki kepribadian yang matang. Sebab, orang yang dibesarkan tanpa pengawasan kedua orang tua atau tidak pernah merasakan cinta kasih dan susu seorang ibu sama sekali, sejak semula kepribadiannya telah hancur dan selanjutnya dia lebih hancur dan selanjutnya dia lebih suka pada tindakan kejahatan dibanding orang lain.
b. Tidak menghina dan tidak mengurangi hak anak
Orang tua hendaknya berhati-hati jangan sampai menghina anak-anaknya karena penghinaan adalah suatu tindakan yang tidak boleh dilakukan dalam pendidikan. Penghinaan dan celaan adalah tindakan yang dilarang, sekalipun terhadap bocah kecil yang belum berumur satu bulan. Memberi anak sekalipun ia masih sangat kecil, berarti penghinaan dan celaan terhadpap kepribadiannya sesuai kepekaan jiwanya.
Penghinaan orang tua terhadap mereka telah memberi dampak negatif pada pribadi mereka. Dampak negatif ini tumbuh dan berkembang hingga menghancurkan kepribadian dan mengubah manusia menjadi ahli maksiat dan penjahat yang tidak lagi peduli dengan perbuatan dosa dan haram. Para ayah dan ibu hendaknya berhati-hati, jangan sekali-kali membanding-bandingkan atau mengutamakan saudara laki-laki atas saudara perempuan atau sebaliknya, apapun kelebihan atau kekurangan yang ada pada mereka. Cara demikian bersumber dari kebodohan dan ketidaktahuan akan prinsip - prinsip pendidikan yang hanya akan meniggalkan pengaruh negatif yang akan menghancurkan kepribadian anak. Pengaruh pengaruh tersebut tanpa kita sadari akan berkembang menjadi besar seiring dengan perkembangan tubuhnya.
Orang tua hendaknya bertingkah laku dan bersikap adil terhadap anak-anaknya. Mereka juga dituntut untuk memberikan conoth kepribadian contoh kepribadian yang baik kepada anak-anaknya melalui sikap dan perangainya.
c. Perhatian Pada Perkembangan Kepribadian
Jika seorang ayah dan ibu ingin menyumbang kepada masyarakat seorang anak yang sehat dan berkepribadian matang, maka mereka harus memperhatikan pertumbuhan kepribadian anaknya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda anak adalah sebagai tuan selama tujuh tahun (pertama), sebagai pembantu selama tahun (ketiga).. jika kami masih mampu lepaskanlah dia, maka selesailah tanggung jawab dihadapan Allah.
Pada tujuh tahun pertama hendaknya orang tua membantu perkembangan kepribadian anaknya dengan memberikan kasih sayang dan cinta. Hal ini akan terealisasi jika dirumah terbentuk suasana penuh kasih dan cinta serta bahasa yang ramah. Bukan seperti yang dilakukan sebagian orang tua yang menyuruh dan melaranganaknya dengan perkataan menyakitkan dan melukai pribadi anak, sebagai contoh, seorang ayah dapat menanyakan pendapat anaknya tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut tanpa harus dipaksa atau diperintah.
Tujuan itu sah, sedangkan cara-caranya bisa berbeda, adapun hasil yang diraih adalah terbentuknya bangunan pribadi yang baik.
Ada sebagian keluarga dimana para ayah dan ibu selalu menggunakan kata kotor ketika berbicara dengan anak –anak mereka. Padahal pada setiap tempat, terjaganya lingkungan masyarakat akan tergantung pada istilah-istilah dan ungkapan bahasa yang digunakan oleh ayah dan ibu kepada putra – putrinya. Misalnya seorang ibu mendo’akan yang jelek kepada putrinya dan berharap agar anaknya tidak berhasil serta merendahkan pribadi putrinya dengan membandingkan secara negatif dengan wanita – wanita lain. Sikap ini secara tidak langsung menjadikan masa depan putrinya lemah sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri yang baik. Hal ini tidak berarti orang tua harus meninggalkan tanggung jawabnya untuk memberi pengarahan kepada anak-anaknya, akan tetapi pengarahan dan perintah tersebut harus berbentuk msuyawarah dengan bahasa yang halus serta tidak menggunakan bentakan dan reaksi. Cara demikian merupakan kebiasaan yang dilakukan Rasulullah SAW, dan para imam dalam al-Qur’an Allah berfirman surat Ali Imran 159.
Dan ajaklah mereka bermusyawarah dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah” (QS. Ali Imron : 159)
Dari ayat – ayat tersebut menunjukkan penghormatan Rosulullah SAW, terhadap sahabat-sahabatnya dengan msuyawarah, dimana musyawarah tersebut dapat mendorong perkembangan dan pembinaan kepribadian mereka. Sementara perintah terakhir hanya diarahkan kepada Rasulullah SAW saja, jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Para orang tua dapat mengambil manfaat dari kandungan ayat ini dalam membina dan membidik anak – anak mereka berdasarkan prinsip – prinsip kepribadian yang taat dan sempurna (Husain Mazhahiri, 1999, 201)
6. Ciri-Ciri Kematangan Pribadi
Dalam bahasan di atas telah disinggung bahwa kepribadian akan mengalami perubahan, perubahan tersebut karena adanya pengaruh dari luar diri individu yang bersangkutan. Berupa pengalaman, masyarakat sekitar maupun pengaruh dari pendidikan, perubahan yaang dimaksud dan diharapkan disini adalah perubahan kepribadian menuju kearah kesempurnaan atau paling tidak mendekati kesempurnaan atau dengan istilah lain kematangan pribadi.
Adapun ciri-ciri kematangan pribadi menurut beberapa ahli antara lain :
a. Menurut I. H. Maslow
- Pada kematangan pribadi itu ada aktualisasi diri sendiri, memiliki kemampuan efisiensi daalam menerima realitas, mempunyai relasi yang baik dengan lingkungannya dan tidak takut pada hal-hal yang belum dialami
- Menerima diri sendirri, orang lain dan alam dunia tanpa rasa kebencian atau rasa malu
- Memiliki spontanitas dalam mengadakan apresiasi kebudayaan dapat mempergunakan waktu dengan baik dan mempunyai daya hidup yang positif.
- Dapat memusatkan perhatian dan usahanya dalam memechka berbagai problem dengan caaara efektif dan ulet dalam melaksanakan tugasnya.
- Berdiri sendiri dalaam usaha aktuliasasi dirinya.
- Memiliki kebebasan terhadap lingkungan dan kebudayan. Sanggup mengejar atau melepas cita-cita yag telah didambakannya.
- Mempunyai keseragaman apresiasi yang kontinyu.
- Memiliki cakrawala yang tidak terbatas, sehingga mau menerima realita dunia yang luas ini, serta memiliki kepercayaan spiritual dan kepercayaan keagaman yang masak.
- Memiliki rasa sosial yang dalam, kesanggupan identifikasi, memiliki afeksi dan simpati serta menaruh belas kasihan terhadaap sesama makhluk didunia ini.
- Memiliki relasi sosial yang selektif.
- Memiliki struktur karakter yang demokratis, bisa menghargai manusia diluar dirinya.
- Mempunyai kepastian etis.
- Punya kesadaraaan humor dan tidak mempunyai sikap permusuhan dan kesanggupan untuk bersendagurau dalam batas-batas tertentu.
- Kreatif ( kartini kartono, 1974, 107 ).
b. Pendapat Erikson
Pribadi yang sehat dan matang adalah seseorang yang memiliki organisasi usaha yang efektif, guna mencapai tujuan ia dapat menerima secara tepat realtas dunia, ia memiliki integritas karakter dalam pengertian ethis, serius punya tanggung jawab, toleran dan berdiri sendiri, memiliki hubungan internasional dan intra personal yang baik tidak terlalu egoistis, kurang atau tidak mencurigai orang lain dan bisa mempertahankan diri. (kartino kartono, 1974, 106).
C. Pengaruh Intensitas Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap kematangan Pribadi anak
Salah satu yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang harus mendapat perhatian serius adalah keluarga, anak-anak dalam keluarga adalah buah hati, permata keluarga, anak-anak dalam keluarga adalah amanah Allah yang perlu dipelihara sebaik-baiknya. Demikian beberapa ungkapan masyarakat tersebar luas dalam mendudukkan anak pada tempat yang cukup mulia dan berharga, sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 9 yang berbunyi :
”Dan hendaklah takut kepada Allah, orang- orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (Depag, 1983 : 166).
Keluarga adalah salah satu elemen pokok pembangunan entitas-entitas pendidikan, menciptakan proses-proses naturalisasi sosial, membentuk kepribadian-kepribadian serta memberi kebiasaan baik pada anak-anak yang akan bertahan selamanya. Dengan kata lain keluarga merupakan tempat belajar awal penyusunan kematangan individu dan struktur kepribadian, melalui keluarga anak mendapatkan nilai-nilai kaidah etika dan moralitas (Al Qoroshi Bagir Sorif , 2003 : 46).
Tanggung jawab orang tua yang besar untuk berkomunikasi dan melatih anak-anak mereka adalah cukup penting untuk disadari karena tanpa komunikasi orang tua anak tidak dapat berkembang dengan baik dan akan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar terutama dengan perkembangan teknologi yang semakin maju sehingga informasi tak dapat di bendung lagi. Informasi yang disajikan di televisi sangat berpengaruh terhadap kematangan pribadi anak, karena acara yang disajikan tidak memperhitungkan dampak negatif yang akan diperoleh bagi anak, oleh karena itu komunikasi dan arahan orang tua sangat diperlukan.
Para psikolog dan pakar pendidikan menegaskan bahwa keluarga memainkan peran terbesar dalam proses pendidikan dan kematangan pribadi. Tak diragukan lagi keluarga (orang tua) memiliki dampak yang sangat besar dalam pembentukan perilaku individu melalui pendidikan.
Dari keterangan-keterangan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa kematangan pribadi dapat berkembang dengan baik karena adanya peran orang tua dalam berkomunikasi dan arahan dari orang tuanya, karena dengan komunikasi dan arahan dari orang tua anak akan dapat memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk.
RANCANGAN DAFTAR ISI
Halaman Judul
Nota Pembimbing
Halaman Pengesahan
Halaman Motto
Halaman Persembahan
Kata Pengantar
Abstraksi
Daftar Isi
Daftar Tabel
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
E. Kegunaan Penelitian
F. Batasan Operasional
G. Sistematika Pembahasan
BAB II Kajian Pustaka
A. Pembahasan Komunikasi Orang Tua - Anak.
1. Pengertian Komunikasi orang tua – anak
2. urgensi komunikasi orang tua –anak
3. komunikasi keluargaaa menurut pandag islam
B. Pembahasan tentang Kematangan pribadi Anak.
1. Pengertian Kepribadian
2. Faktor-faktor yang mempengaruhui kepribadian
3. Struktur kepribadian
4. Dinamika kepribadian
5. Perkembangan kepribadian
6. Ciri- ciri kematangan pribadi
C. Pengaruh Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Kematangan pribadi Anak.
BAB III Metodologi Penelitian
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Instrumen Penelitian
D. Tehnik Pengumpulan Data
E. Tehnik Analisa Data
BAB IV Hasil Penelitian
A. Deskripsi Data
B. Pengujian Hipotesis
C. Pembahasan
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
Angket Penelitian Komunikasi Orang Tua dan Anak
Pengantar
Angket ini terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dengan jujur dan angket ini tidak mempengaruhi nilai dan jawaban yang anda berikan merupakan nilai yang tidak terhingga demi kelancaran tugas penelitian ini.
A. Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan kenyatan yang ada.
2. Tulislah identitas anda pada kolom dibawah ini :
Nama :
Kelas :
Alamat :
1. Jika ada masalah dirumah apakah anda diam saja?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2. Apakah orang tua anda selalu mengajari untuk berkata baik dan jujur?
a.Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Dalam setiap kesalahan yang dibuat oleh salah satu keluarga anda apakah anda selalu mengingatkan?
a.Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
4. Ketika ada suatu persoalan apakah orang tua anda meminta pendapat atau berdiskusi dengan anak?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
5. Apakah orang tua anda selalu mengajak untuk sholat berjama’ah?
a.Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
6. Ketika anda berbuat salah apakah orang tua anda membiarkan saja?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
7. Apakah anda akan membaca Al qur’an setelah sholat maghrib tanpa disuruh orang tua?
a.Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Apakah anda selalu melakukan komunikasi pada orang tua anda?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Jika salah satu keluarga anda berbuat salah apakah anda akan meniru perbuatan tersebut?
a.Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
10. Apakah anda akan melakukan perbuatan kebajikan dalam lingkungan keluarga saja?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin Rakhmat. 1992. Psikologi komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Paul Henry Mussen, John Janeway Conger. dkk. 1984. Perkembangan dan kepribadian anak. Erlangga.
Onong Uchjona Effendi. 2001. Ilmu komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Rita L. Atkinson, Richard C Atkinson, dkk. 1987. pengantar psikologi. Interaksara
Joseph Garcia, 1999. Seni komunikasi dengan bayi, Yogyakarta: Platinum Diglossia media group.
Maimunah Hasan. 2002. Membentuk pribadi muslim.Yogyakarta: pustaka nabawi.
Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk. 1993. Pengantar komunikasi. Jakarta: Universitas terbuka.
Suharsimi Arikanto. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Rineka
Abuddin Nata. 1999. Akhlak tasawuf , Jakarta. PT Grafindo persada.
Angket Keberhasilan Pembentukan Kepribadian Anak
1. Apakah dalam bergaul dengan teman, orang tua anda memberi kebebasan?
1. Selalu b. sering c. kadang- kadang d. tidak pernah
2. Jika anda menghormati orang yang lebih tua,apakah anda akan berbicara sopan?
3. Selalu b. sering c. kadang- kadang d. tidak pernah
4. Apakah ada teman yang mengalami kesulitan dalam pelajaran apakah anda diam saja?
1. Selalu b. sering c. kadang- kadang d. tidak pernah
2. Apakah anda menghormati orang tua dan saudara serta orang yang tua dari anda?
3. Selalu b. sering c. kadang- kadang d. tidak pernah
4. Jika kakak atau keluarga anda suka belanja berlebihan apakah anda akan mencontohnya?
5. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
6. Apabila ada teman membutuhkan uang, apakah anda mau menolong ssuai dengan kemampuan anda?
7. Selalu b. sering c. kadang- kadang d. tidak pernah
8. Jika di sekolah sedang sholat berjama’ah apakah anda menunggu perinth dari guru untuk melakukannya?
9. Selalu b. sering c. kadang- kadang d. tidak pernah
10. Apakah anda perduli terhadap lingkungan sekitar anda?
11. Selalu b. sering c. kadang- kadang d. tidak pernah
12. Apakah anda sholat sehari lima waktu?
13. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
BAGI YANG BERMINAT ATAU MEMBUTUHKAN SKRIPSI YANG COCOK DENGAN YANG ANDA CRI SILAHKAN POSKAN PESANAN ANDA LEWAT SINI. KAMI MELAYANI SECARA ONLINE ATAU LANGSUNG DATANG SENDIRI KE "CAHAYA.COMP" ALAMAT KANTOR SUMBERBENDO JOGOROTO JOMBANG. 085649-615-631 /0321-698-2119 EMAIL CAHAYA.COMP@YAHOO.CO.ID
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar