BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pembangunan nasional yang sedang giat dilaksanakan di negara kita ini bukanlah tanggung jawab pemerintah beserta aparatnya semata, akan tetapi masyarakat Indonesia sebagai pelaku utama pembangunan tersebut haruslah lebih berperan aktif. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dijelaskan bahwa pelaksana pembangunan nasional adalah masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan bersama pemerintah sebagai pengarah pembimbing serta menciptakan suasana yang menunjang terhadap kelancaran pembangunan itu sendiri.
Tujuan pembangunan nasional yang berusaha mengantarkan manusia-manusia Indonesia pada suatu tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tidak akan pernah tercapai apabila seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia tidak memahami akan keberadaannya sebagai putera-putera bangsa, yang berkewajiban memajukan peradaban bangsanya sediri.
Bertolak pada uraian diatas maka muslimin Indonesia haruslah lebih merasa terpanggil untuk melaksanakan kewajiban tersebut,karena untuk merubah nasibnya dan juga nasib bangsa (kaumnya),umat islam telah diwajibkan untuk berusaha merubahnya Alloh SWT telah berfirman dalam surat Ar-Ra’ad ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut :
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
Rasulullah SAW juga telah mengingatkan kepada umat Islam, bahwa kehidupan dunia dapat menjadi jembatan menuju kehidupan akherat, dengan sabdanya :
ليس بخير كم من تر ك الدنيا ه لاخرته ولا اخرته لدنيا ه حتى يصيب منهما جميعا فأ ن الدنيا يلاع الى الا خرة و لا تكونوا كل على النا س.
Artinya : “Bukanlah sebaik-baik kamu orang yang meninggalkan dunianya untuk mengejar akheratnya dan meninggalkan akheratnya untuk mengejar dunianya, sehingga memperoleh kedua-duanya sekaligus.Karena sesungguhnya dunia ini merupakan alat untuk menuju akherat dan janganlah kamu menjadi beban atas orang lain.”
Dengan bertolak dari firman Alloh SWT dan hadist Rosululloh SAW diatas maka dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa melaksanakan pembangunan disegala bidang kehidupan disamping merupakan kewajiban bagi setiap warga negara,lebih dari itu adalah suatu perintah agama.
Dengan demikian, pengembangan pendidikan agama di pesantren, terus menerusnya kegiatan da’wah Islamiyah yang dilakukan oleh kyai sejak mula pertama Islam masuk dan berkembang di Indonesia hingga masa sekarang,merupakan pelaksanaan kewajiban terhadap ajaran agama yang sesuai dan seiring dengan progrgam pembangunan pemerintah.
Kesadaran akan tujuan da’wah agama yang bukan merupakan tujuan merekrut pengikut semata akan tetapi berusaha meningkatkan mutu atau kualitas musum Indonesia supaya mereka dapat menjalankan ajaran agama secara tepat dan benar, maka kyai berusaha untuk mengembangkan pendidikan agama di pesantrennya agar dapat selaras dan seimbang dengan kemajuan yang telah dicapai oleh pembangunan.
Para Kyai sebagai pemimpin pesantren berusaha semaksimal mungkin menjadikan lembaga pendidikan yang dipimpinnya itu sebagai suatu tempat pendidikan terbaik yang dapat menghasilkan muslim-muslim berkualitas yang akan menjadi pelaku utama pembangunan dan pendukung kelancarannya. Keadaan demikian juga mempunyai fungsi menepis suatu asumsi yang keliru terhadap keberadaan Kyai yang mengatakan bahwa Kyai hanya mengurusi masalah-masalah yang berkaitan erat dengan kegiatan spiritual keagamaan saja, sebagai contoh: Menjadi imam dimasjid atau pemimpin do’a dsb.
Berangkat dari pemikiran diatas dapat penulis tegaskan bahwa kyai bersama pesantrennya atau pondok pesantrennya, telah menempati posisi strategis dalam pembangunan utamanya pada aspek/bidang pendidikan,sebagaimana kita ketahui bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan informal pertama dinegara kita setelah pendidikan keluarga. Drs. M. Amin dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pendidikan Islam” menyatakan bahwa :
Bagi umat Islam disamping tiga lembaga pendidikan yang sudah dikenal yaitu Lembaga Pendidikan Keluarga, Lembaga Pendidikan Sekolah (pesantren),dan Lembaga Pendidikan Masyarakat, dikenal juga lembaga pendidikan apa yang dinamai Masjid (Musholla).
Sebagai lembaga pendidikan pesantren atau yang akan disebut Pesantren harus memiliki lima unsur yaitu : “Pondok, Santri, Masjid, Pengajaran kitab kuning dan kyai “. Sehingga apabila terdapat suatu majlis pengajian yang telah berkembang sehingga terdapatlah kelima unsur tersebut, maka majlis tersebut akan berubah status menjadi pesantren.
Tertarik pada pemikiran diatas, penulis mencoba menelusuri usaha yang dilakukan oleh KH. Abdul Mu’min dalam mengembangkan pendidikan di Pondok Pesantren AT-TAUFIQ Bogem, Grogol, Diwek, Jombang. Sebagai partisipasiya bagi agama, yang selanjutnya penulis jadikan Judul SKRIPSI..
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Upaya-upaya apa saja yang ditempuh KH.Abdul Mu’min dalam mengembangkan kurikulum Pondok Pesantern At-Taufiq.
2. Apakah upaya-upaya yang telah dilakukan KH.Abdul Mu’min sampai dengan target yang diinginkan.
C. Tujuan dan Kegunaan Masalah
Adapun tujuan pembahasan yang hendak penulis capai dalam penulisan skripsi ini
adalah :
1. Untuk mengetahui upaya-upaya KH.Abdul Mu’min dalam mengembangkan kurikulum Pondok Pesantern At-Taufiq.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan KH.Abdul Mu’min sesuai dengan target yang diinginkan.
Adapun hasil dari pembahasan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Untuk bahan kajian bagi para santri yang menimba ilmu di PP. AT-TAUFIQ .
2. Sebagai bahan kajian lanjut untuk mengembangkan PP. AT-TAUFIQ pada taraf yang lebih baik .
3. Sebagai informasi pelengkap terhadap penelitian yang sudah ada
D. Penegasan Judul.
Agar lebih jelas permasalahan-pernasalahan yang akan diteliti maka perlu adanya batasan istilah atau penegasan judul pada sekripsi ini, judul yang kami bahas dalam penulisan sekripsi ini adalah “ PEMIKIRAN KH. ABDUL MU’MIN DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KURIKULUM DI BOGEM GROGOL DIWEK JOMBANG ”.
Adapun istilah yang perlu untuk ditegaskan dalam judul tersebut antara lain :
PEMIKIRAN : dari kata dasar pikir yang bearti “hasil ingatan”
KH. ABD MU’MIN : Pengasuh Ponpes AT-TAUFIQ Bogem Grogol Diwek Jombang
UPAYA : usaha, upaya, ihtiya, cara.
PENGEEMBANGN : proses, cara, perbuatan mengembangkan.
KURIKULUM : rancangan pendidikan yang merngkum semua pengalaman beajar yang disediakan bagi siswa disekolah
PONDOK : tempat para santri belajar ilmu agama atau lainnya dengan bertempat tinggal sekalian disitu.
PESANTREN : istilah lain dari kata pondok
AT-TAUFIQ : nama sebuah yayasan yang menangani pendidikan formal dan non formal di dusun bogem grogol Diwek Jombang.
E. Alasan Memilih Judul.
1. Pondok pesantren merupakan tempat pendidikan kesua setelah pendidikan keluarga yang dapat membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
2. Ponpes AT-TAUFIQ Bogem Grogol Diwek Jombang, tersebut juga menerima siswa dari berbagai daerah, karena selain siswa dari masyarakat sekitar juga banyak siswa yang dari luar kabupaten. yaitu anak dari pondok yang mayoritas santrinya dari luar daerah.
3. Selain itu pula peneliti memilih Ponpes AT-TAUFIQ Bogem Grogol Diwek Jombang sebagai tempat penelitian karena Ponpes AT-TAUFIQ tersebut adalah tempat dimana peneliti pernah menimba ilmu dan belajar sampai sekarang.
F. Methodologi penelitian.
1. Methode observasi
Methode ofserfasi adalah sebuah pengamatan yang berarti proses dimana peneliti melihat situasi penelitian. Adapun penelitian ini penulis menggunakan dua pengamatan yaitu :
Pengamatan non stuktural yaitu pengamatan melihat langsung pada kejadian dan yang kedua pengamatan stuktural yaitu pengamatan yang menggunakan pedoman tujuan penelitian.
Pedoman ini membatasi masalah yang diamati yaitu kejadian-kejadian atau tingkah laku yang relevan dengan masalah masalah yang dicatat.
2. Methode interview / wawancara.
Methode interview / wawacara adalah bentuk komunikasi verbal. Dari methode ini penulis memperoleh data-data sebagai berikut.
a. Data yang berkaitan dengan PP. AT-TAUFIQ
b. Data tentang kegiatan PP. AT-TAUFIQ.
c. Data tentang tanngungjawab pengsuh PP. AT-TAUFIQ.
3. Methode dokumentasi.
Methode dokumentasi adalah segala macam bahan yang tertulis. Yang berupa buku dan dokumentar yang lain.
Hasil dari methode ini untuk memperoleh informasi tentang gambaran obyek penelitian yang meliputi: sejarah berdirinya PP. AT-TAUFIQ
G. Teknik Analisis Data
Sesuai Data yang ada, teknik yang peneliti gunakan dalam penggolongan data ini adalah Teknik Analisa Deskriptif, yang bersifat eksploratif : “ Riset Deskriptif Analistis” yang bersifat eksploratif, bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena (Drs,Suharsimi AriKunto,1993 )
H. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini dibagi menjadi empat bab pembahasandengan tujuan untuk memberi kemudahan kepada pembaca untuk mengetahui, memahami serta memberi kedalaman antisipasi permasalahan yang ada.
Pada bab-bab tersebut penulis susun sesuai dengan pokok-pokok penulisan ilmiah pada umumnya, yaitu :
Bab Pertama : meliputi Pokok-Pokok Pikiran yang mendasari tersusunnya Skripsi ini, yakni Orientasi pemahaman dan Pengkajian serta merupakan arah dalam pembahasan penelitian ini.
Bab dua : penulis sajikan serta kembangkan apa yang disajikan dalam Bab Pertama di sertai beberapa kaidah umum tentang profil seorang Kyai dalam usahanya mengembangkan Pondok Pesantren AT-TAUFIQ Bogem, Diwek, Jombang. Hal ini penulis kemukakan agar menjadi fokus konsentrasi dalam setiap usaha pengembangan Pondok Pesantren. Dan pada
Bab Ketiga : penulis sajikan laporan hasil penelitian di lapangan yang terlebih dahulu penulis analisa dan susun sedemikian rupa sehingga para pembaca dapat memahami gambaran tentang Judul Skripsi ini secara lebih faktual. Selanjutnya penulis akhiri Skripsi ini dengan
Bab empat : yang berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan yang telah penulis sajikan,serta untuk lebih meningkatkan usaha pengembangan Pondok Pesantren,penulis sajikan Saran-saran yang konstruktif dengan harapan dapat terwujud sebagai alternatif perbaikan di masa dan langkah selanjutnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pembangunan nasional yang sedang giat dilaksanakan di negara kita ini bukanlah tanggung jawab pemerintah beserta aparatnya semata, akan tetapi masyarakat Indonesia sebagai pelaku utama pembangunan tersebut haruslah lebih berperan aktif. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dijelaskan bahwa pelaksana pembangunan nasional adalah masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan bersama pemerintah sebagai pengarah pembimbing serta menciptakan suasana yang menunjang terhadap kelancaran pembangunan itu sendiri.
Tujuan pembangunan nasional yang berusaha mengantarkan manusia-manusia Indonesia pada suatu tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tidak akan pernah tercapai apabila seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia tidak memahami akan keberadaannya sebagai putera-putera bangsa, yang berkewajiban memajukan peradaban bangsanya sediri.
Bertolak pada uraian diatas maka muslimin Indonesia haruslah lebih merasa terpanggil untuk melaksanakan kewajiban tersebut,karena untuk merubah nasibnya dan juga nasib bangsa (kaumnya),umat islam telah diwajibkan untuk berusaha merubahnya Alloh SWT telah berfirman dalam surat Ar-Ra’ad ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut :
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
Rasulullah SAW juga telah mengingatkan kepada umat Islam, bahwa kehidupan dunia dapat menjadi jembatan menuju kehidupan akherat, dengan sabdanya :
ليس بخير كم من تر ك الدنيا ه لاخرته ولا اخرته لدنيا ه حتى يصيب منهما جميعا فأ ن الدنيا يلاع الى الا خرة و لا تكونوا كل على النا س.
Artinya : “Bukanlah sebaik-baik kamu orang yang meninggalkan dunianya untuk mengejar akheratnya dan meninggalkan akheratnya untuk mengejar dunianya, sehingga memperoleh kedua-duanya sekaligus.Karena sesungguhnya dunia ini merupakan alat untuk menuju akherat dan janganlah kamu menjadi beban atas orang lain.”
Dengan bertolak dari firman Alloh SWT dan hadist Rosululloh SAW diatas maka dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa melaksanakan pembangunan disegala bidang kehidupan disamping merupakan kewajiban bagi setiap warga negara,lebih dari itu adalah suatu perintah agama.
Dengan demikian, pengembangan pendidikan agama di pesantren, terus menerusnya kegiatan da’wah Islamiyah yang dilakukan oleh kyai sejak mula pertama Islam masuk dan berkembang di Indonesia hingga masa sekarang,merupakan pelaksanaan kewajiban terhadap ajaran agama yang sesuai dan seiring dengan progrgam pembangunan pemerintah.
Kesadaran akan tujuan da’wah agama yang bukan merupakan tujuan merekrut pengikut semata akan tetapi berusaha meningkatkan mutu atau kualitas musum Indonesia supaya mereka dapat menjalankan ajaran agama secara tepat dan benar, maka kyai berusaha untuk mengembangkan pendidikan agama di pesantrennya agar dapat selaras dan seimbang dengan kemajuan yang telah dicapai oleh pembangunan.
Para Kyai sebagai pemimpin pesantren berusaha semaksimal mungkin menjadikan lembaga pendidikan yang dipimpinnya itu sebagai suatu tempat pendidikan terbaik yang dapat menghasilkan muslim-muslim berkualitas yang akan menjadi pelaku utama pembangunan dan pendukung kelancarannya. Keadaan demikian juga mempunyai fungsi menepis suatu asumsi yang keliru terhadap keberadaan Kyai yang mengatakan bahwa Kyai hanya mengurusi masalah-masalah yang berkaitan erat dengan kegiatan spiritual keagamaan saja, sebagai contoh: Menjadi imam dimasjid atau pemimpin do’a dsb.
Berangkat dari pemikiran diatas dapat penulis tegaskan bahwa kyai bersama pesantrennya atau pondok pesantrennya, telah menempati posisi strategis dalam pembangunan utamanya pada aspek/bidang pendidikan,sebagaimana kita ketahui bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan informal pertama dinegara kita setelah pendidikan keluarga. Drs. M. Amin dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pendidikan Islam” menyatakan bahwa :
Bagi umat Islam disamping tiga lembaga pendidikan yang sudah dikenal yaitu Lembaga Pendidikan Keluarga, Lembaga Pendidikan Sekolah (pesantren),dan Lembaga Pendidikan Masyarakat, dikenal juga lembaga pendidikan apa yang dinamai Masjid (Musholla).
Sebagai lembaga pendidikan pesantren atau yang akan disebut Pesantren harus memiliki lima unsur yaitu : “Pondok, Santri, Masjid, Pengajaran kitab kuning dan kyai “. Sehingga apabila terdapat suatu majlis pengajian yang telah berkembang sehingga terdapatlah kelima unsur tersebut, maka majlis tersebut akan berubah status menjadi pesantren.
Tertarik pada pemikiran diatas, penulis mencoba menelusuri usaha yang dilakukan oleh KH. Abdul Mu’min dalam mengembangkan pendidikan di Pondok Pesantren AT-TAUFIQ Bogem, Grogol, Diwek, Jombang. Sebagai partisipasiya bagi agama, yang selanjutnya penulis jadikan Judul SKRIPSI..
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Upaya-upaya apa saja yang ditempuh KH.Abdul Mu’min dalam mengembangkan kurikulum Pondok Pesantern At-Taufiq.
2. Apakah upaya-upaya yang telah dilakukan KH.Abdul Mu’min sampai dengan target yang diinginkan.
C. Tujuan dan Kegunaan Masalah
Adapun tujuan pembahasan yang hendak penulis capai dalam penulisan skripsi ini
adalah :
1. Untuk mengetahui upaya-upaya KH.Abdul Mu’min dalam mengembangkan kurikulum Pondok Pesantern At-Taufiq.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan KH.Abdul Mu’min sesuai dengan target yang diinginkan.
Adapun hasil dari pembahasan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Untuk bahan kajian bagi para santri yang menimba ilmu di PP. AT-TAUFIQ .
2. Sebagai bahan kajian lanjut untuk mengembangkan PP. AT-TAUFIQ pada taraf yang lebih baik .
3. Sebagai informasi pelengkap terhadap penelitian yang sudah ada
D. Penegasan Judul.
Agar lebih jelas permasalahan-pernasalahan yang akan diteliti maka perlu adanya batasan istilah atau penegasan judul pada sekripsi ini, judul yang kami bahas dalam penulisan sekripsi ini adalah “ PEMIKIRAN KH. ABDUL MU’MIN DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KURIKULUM DI BOGEM GROGOL DIWEK JOMBANG ”.
Adapun istilah yang perlu untuk ditegaskan dalam judul tersebut antara lain :
PEMIKIRAN : dari kata dasar pikir yang bearti “hasil ingatan”
KH. ABD MU’MIN : Pengasuh Ponpes AT-TAUFIQ Bogem Grogol Diwek Jombang
UPAYA : usaha, upaya, ihtiya, cara.
PENGEEMBANGN : proses, cara, perbuatan mengembangkan.
KURIKULUM : rancangan pendidikan yang merngkum semua pengalaman beajar yang disediakan bagi siswa disekolah
PONDOK : tempat para santri belajar ilmu agama atau lainnya dengan bertempat tinggal sekalian disitu.
PESANTREN : istilah lain dari kata pondok
AT-TAUFIQ : nama sebuah yayasan yang menangani pendidikan formal dan non formal di dusun bogem grogol Diwek Jombang.
E. Alasan Memilih Judul.
1. Pondok pesantren merupakan tempat pendidikan kesua setelah pendidikan keluarga yang dapat membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
2. Ponpes AT-TAUFIQ Bogem Grogol Diwek Jombang, tersebut juga menerima siswa dari berbagai daerah, karena selain siswa dari masyarakat sekitar juga banyak siswa yang dari luar kabupaten. yaitu anak dari pondok yang mayoritas santrinya dari luar daerah.
3. Selain itu pula peneliti memilih Ponpes AT-TAUFIQ Bogem Grogol Diwek Jombang sebagai tempat penelitian karena Ponpes AT-TAUFIQ tersebut adalah tempat dimana peneliti pernah menimba ilmu dan belajar sampai sekarang.
F. Methodologi penelitian.
1. Methode observasi
Methode ofserfasi adalah sebuah pengamatan yang berarti proses dimana peneliti melihat situasi penelitian. Adapun penelitian ini penulis menggunakan dua pengamatan yaitu :
Pengamatan non stuktural yaitu pengamatan melihat langsung pada kejadian dan yang kedua pengamatan stuktural yaitu pengamatan yang menggunakan pedoman tujuan penelitian.
Pedoman ini membatasi masalah yang diamati yaitu kejadian-kejadian atau tingkah laku yang relevan dengan masalah masalah yang dicatat.
2. Methode interview / wawancara.
Methode interview / wawacara adalah bentuk komunikasi verbal. Dari methode ini penulis memperoleh data-data sebagai berikut.
a. Data yang berkaitan dengan PP. AT-TAUFIQ
b. Data tentang kegiatan PP. AT-TAUFIQ.
c. Data tentang tanngungjawab pengsuh PP. AT-TAUFIQ.
3. Methode dokumentasi.
Methode dokumentasi adalah segala macam bahan yang tertulis. Yang berupa buku dan dokumentar yang lain.
Hasil dari methode ini untuk memperoleh informasi tentang gambaran obyek penelitian yang meliputi: sejarah berdirinya PP. AT-TAUFIQ
G. Teknik Analisis Data
Sesuai Data yang ada, teknik yang peneliti gunakan dalam penggolongan data ini adalah Teknik Analisa Deskriptif, yang bersifat eksploratif : “ Riset Deskriptif Analistis” yang bersifat eksploratif, bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena (Drs,Suharsimi AriKunto,1993 )
H. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini dibagi menjadi empat bab pembahasandengan tujuan untuk memberi kemudahan kepada pembaca untuk mengetahui, memahami serta memberi kedalaman antisipasi permasalahan yang ada.
Pada bab-bab tersebut penulis susun sesuai dengan pokok-pokok penulisan ilmiah pada umumnya, yaitu :
Bab Pertama : meliputi Pokok-Pokok Pikiran yang mendasari tersusunnya Skripsi ini, yakni Orientasi pemahaman dan Pengkajian serta merupakan arah dalam pembahasan penelitian ini.
Bab dua : penulis sajikan serta kembangkan apa yang disajikan dalam Bab Pertama di sertai beberapa kaidah umum tentang profil seorang Kyai dalam usahanya mengembangkan Pondok Pesantren AT-TAUFIQ Bogem, Diwek, Jombang. Hal ini penulis kemukakan agar menjadi fokus konsentrasi dalam setiap usaha pengembangan Pondok Pesantren. Dan pada
Bab Ketiga : penulis sajikan laporan hasil penelitian di lapangan yang terlebih dahulu penulis analisa dan susun sedemikian rupa sehingga para pembaca dapat memahami gambaran tentang Judul Skripsi ini secara lebih faktual. Selanjutnya penulis akhiri Skripsi ini dengan
Bab empat : yang berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan yang telah penulis sajikan,serta untuk lebih meningkatkan usaha pengembangan Pondok Pesantren,penulis sajikan Saran-saran yang konstruktif dengan harapan dapat terwujud sebagai alternatif perbaikan di masa dan langkah selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar