BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui bahwa “Rumah Tangga” adalah suatu unit terkecil yang mempunyai kedudukan sangat penting dimasyarakat dan negara, sebab suasana “Rumah Tangga” yang sejahtera dapat mempertinggi mutu / nilai kehidupan dan memperkokoh terbinanya suatu negara yang adil, makmur dan bahagia dengan tercapainya kesejahteraan ditengah masyarakat. Rumah Tangga sejahtera yang diliputi oleh cinta dan kasih sayang yang sangat didambakan oleh semua orang. Di dalam hadits nabi diterangkan bahwa :
عن ابي هريرة قال النبي صلى الله عليه وسلم حق المسلم على المسلم خمس : ره السلام وديا ة المريض وإتباع الجنائز وإجابةالدعوة وتشميت العاطش (رواه البخارى ومسلم)
Dari Abu Hurairah berkata, Nabi SAW : “Hak seorang Islam atas orang Islam yang lain, adalah lima yaitu : 1). Menjawab salam. 2). Menengok orang sakit. 3). Menghantarkan jenazah. 4). Mengabulkan undangan. 5). Mendo’akan orang bersin”. (Riwayat Bukhari dan Muslim). Buku Depag RI, 1993)
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwasannya kita harus saling sayang menyayangi diantara sesama yaitu dengan memberikan hak-hak mereka sehingga terwujudlah kehidupan rumah tangga yang sejahtera baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat.
Sebab keluarga sejahtera tidak bisa dilihat dari materi yang serba ada akan tetapi dilihat dari suasana keluarga yang penuh dengan kasih sayang, karena dari rumah tangga tersebut orang mulai mengenal adat, aturan dan kesopanan serta perilaku atau akhlak, yang baik, dan apabila keluarga itu tidak sejahtera, akan selalu diwarnai oleh permasalahan yang akan menimbulkan suatu pertentangan, maka semua itu mempengaruhi pada suasana keluarga dan anak yang sangat mendambakan suasana keluarga yang tenang dan damai.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan diperoleh dari kehidupan keluarga yang pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan timbul dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan pendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh dan mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. (Zakiyah Darajat 1992 : 35).
Anak adalah hamba Allah yang dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tua mempunyai kewajiban mendidik dan membina kearah yang sesuai dengan syari’at Islam karena setiap orang tua yang bertanggung jawab juga memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan orang tua dengan anak yang baik, efektif dan menambah kebaikan serta kesejahteraan hidup dalam keluarga. (Hasan Basri, 1995 : 85).
Suatu kehidupan yang baik sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah. Oleh karena melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh perkembangan efektif anak secara “benar” sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Keserasian yang pokok harus terbina adalah keserasian antara ibu dan ayah, yang merupakan komponen pokok dalam setiap kelurga. Seorang ibu secara intuisi mengetahui alat-alat pendidikan yang baik dan dapat digunakan, sifatnya yang lebih halus dan perasaan itu merupakan hubungan terhadap sifat seorang ayah, keduanya merupakan unsur yang paling melengkapi dan mengisi Yang membentuk suatu keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan suatu keluarga. (Zakiyah Darajat 1992).
Kehidupan keluarga harus ada keseimbangan yang ditandai oleh keharmonisan hubungan (relasi) antara ayah dengan ibu, ayah dan ibu dengan anak. Dalam keluarga ini orang tua harus bertanggung jawab dan dapat dipercaya, setiap anggota keluarga saling menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta. Orang tua sebagai koordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak menentang otoritas segera ditertibkan karena didalam keluarga terdapat aturan-aturan dan harapn-harapan, anak-anak merasa aman walaupun tidak selalu disadari. Diantara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua, setiap masalah dihadapi dan diupayakan dipecahkan bersama.
Dengan perkataan lain, tanggung jawab dan kepercayaan orang tua yang dirasakan oleh anak akan menjadi dasar peniruan dan koentifikasi diri untuk berperilaku. Ini berarti orang tua perlu mengenalkan dan memberikan pengertian nilai moral kepada anak sebagai landasan dan arah berperilaku teratur berdasarkan tanggung jawab dan konsisten diri. Sikap saling membantu diantara anggota keluarga dalam mengembangkan diri diperlukan untuk kesamaan arah dan tujuan dalam melakukan tindakan yang berdasarkan nilai-nilai moral yang telah disepakati bersama. Komunikasi yang dialogis diperlukan untuk memahami secara jelas persoalan-persoalan, artinya dalam keluarga harus terjadi konfirmasi tentang nilai-nilai moral dalam tingkah laku rasional yang memungkinkan lahirnya kesadaran diri untuk senantiasa berperilaku taat moral. (Moh. Shochib : 1998).
Bagi anak, orang tua merupakan yang paling berarti dalam hidupnya karena orang tua bertindak sebagai guru dan sumber kasih sayang bagi si anak
Kartini Kartono (1993 : 33) menyarankan bahwa bagaimana sibuknya orang tua, berilah waktu untuk bergaul dengan anak dan tunjukkan perhatian pula pada anak. Hanya jika orang tua bergaul dengan anak ia akan memahami anak dan mempunyai pengaruh positif pada anak.
Oleh karena itu keluarga sangat berperan sekali dalam kehidupan seorang anak, untuk mendapatkan pendidikan dirumah (non formal) yang mana kedua orang tua sebagai figur perilaku seorang anak dan motivasi untuk belajar. Karena sebagian besar anak akan termotivasi untuk belajar apabila dia mendapat perhatian yang baik dan keluarga yang sejahtera. Disamping itu kenyataan menunjukkan bahwa didalam keluargalah anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang pertama kali, walaupun pada dasarnya keluarga suatu unit yang terkecil, akan tetapi keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dan kuat dalam mendidik anak sehingga anak merasa diperhatikan dan anak akan termotivasi untuk belajar. Dengan demikian keluargalah yang memiliki pengaruh yang mendasar dalam kehidupan seseorang anak.
Seorang anak yang mempunyai keluarga sejahtera serta mendapat banyak perhatian dari kedua orang tuanya, seharusnya mempunyai motivasi tinggi untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Orang tua yang baik idealnya mampu membimbing mengarahkan dan memotivasi anak untuk belajar, dan berperilaku yang baik.
Berdasarkan uraian diatas penulis kemudian berkeinginan untuk mencoba membahas tentang bagaimana Pengaruh Tingkat Perhatian Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan Anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang ?
2. Bagaimanakah perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang ?
3. Bagaimanakah pengaruh tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang.
2. Untuk mengetahui perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pertanyaan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya. Sebagai jawaban sementara dari penelitian ini adalah terdapatnya hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak. Jadi semakin tinggi perhatian orang tua terhadap anak maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pembentukan dan perkembangan agama anak.
E. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis.
Sebagai sumbangan khazanah ilmu pengetahuan yang berguna dalam memperkaya lingkup karya-karya penelitian lapangan praktis.
2. Secara Praktis.
Dapat memberikan masukan kepada orang tua akan pentingnya bimbingan yang harus diberikan kepada anak dalam pembentukan dan perkembangan perilaku keagamaan anak.
F. Batasan Operasional Variabel
1. Perhatian orang tua adalah kasih sayang dari ibu dan bapak terhadap anak-anaknya, dimana dia selalu memenuhi dan memperhatikan kepentingan anak-anaknya yang dianggap perlu dan tidak merugikan padanya, agar menjadi manusia yang sempurna dalam arti memiliki keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani dapat dipenuhi.
2. Perilaku keagamaan adalah kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah, baik dan buruk, kemampuan untuk memahami ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
3. Pengaruh tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak seharusnya antara ibu dan ayah dalam keluarga, guru di lembaga formal maupun non formal dan semua masyarakat menentukan watak dan kepribadian anak, selain itu orang tua menyediakan sarana pendidikan. Sehingga dengan demikian pendidikan agama baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat dapat berjalan dam menjadikan / membentuk manusia yang berkepribadian muslim.
G. Sistematika Pembahasan
Agar memperoleh gambaran secara kongkrit dan menyeluruh , maka penulis sajikan sistematika berikut :
BAB I : Sebagai bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, batasan operasional, sistematika pembahasan.
BAB II : yang berisi tentang landasan teoritis tentang.
A. Pembahasan Tentang Perhatian Orang Tua
1. Pengertian Perhatian Orang Tua
2. Faktor-faktor perhatian orang tua
3. Bentuk dan Cara perhatian orang tua
B. Perilaku Keagamaan Anak
1. Pengertian Perilaku Keagamaan Anak
2. Faktor – faktor perilaku keagamaan
3. Bentuk – bentuk prilaku keagamaan
4. Dimensi-dimensi perilaku keagamaan
5. Ciri – ciri perilaku keagamaan
C. Pengarruh Tingkat Perhatian Orang Tua Terhadap Perilaku Keagamaan Anak
BAB III : Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab methode penelitian paling tidak mencakup : Rancangan penelitian, Populasi penelitian, Sampel penelitian, Instrumen penelitian, Tehnik pengumpulan data, Tehnik analisa data.
BAB IV : Merupakan laporan hasil penelitian yang terdiri dari diskripsi data dan pengujian hipotesa.
BAB V : Merupakan bab akhir dari skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui bahwa “Rumah Tangga” adalah suatu unit terkecil yang mempunyai kedudukan sangat penting dimasyarakat dan negara, sebab suasana “Rumah Tangga” yang sejahtera dapat mempertinggi mutu / nilai kehidupan dan memperkokoh terbinanya suatu negara yang adil, makmur dan bahagia dengan tercapainya kesejahteraan ditengah masyarakat. Rumah Tangga sejahtera yang diliputi oleh cinta dan kasih sayang yang sangat didambakan oleh semua orang. Di dalam hadits nabi diterangkan bahwa :
عن ابي هريرة قال النبي صلى الله عليه وسلم حق المسلم على المسلم خمس : ره السلام وديا ة المريض وإتباع الجنائز وإجابةالدعوة وتشميت العاطش (رواه البخارى ومسلم)
Dari Abu Hurairah berkata, Nabi SAW : “Hak seorang Islam atas orang Islam yang lain, adalah lima yaitu : 1). Menjawab salam. 2). Menengok orang sakit. 3). Menghantarkan jenazah. 4). Mengabulkan undangan. 5). Mendo’akan orang bersin”. (Riwayat Bukhari dan Muslim). Buku Depag RI, 1993)
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwasannya kita harus saling sayang menyayangi diantara sesama yaitu dengan memberikan hak-hak mereka sehingga terwujudlah kehidupan rumah tangga yang sejahtera baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat.
Sebab keluarga sejahtera tidak bisa dilihat dari materi yang serba ada akan tetapi dilihat dari suasana keluarga yang penuh dengan kasih sayang, karena dari rumah tangga tersebut orang mulai mengenal adat, aturan dan kesopanan serta perilaku atau akhlak, yang baik, dan apabila keluarga itu tidak sejahtera, akan selalu diwarnai oleh permasalahan yang akan menimbulkan suatu pertentangan, maka semua itu mempengaruhi pada suasana keluarga dan anak yang sangat mendambakan suasana keluarga yang tenang dan damai.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan diperoleh dari kehidupan keluarga yang pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan timbul dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan pendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh dan mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. (Zakiyah Darajat 1992 : 35).
Anak adalah hamba Allah yang dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tua mempunyai kewajiban mendidik dan membina kearah yang sesuai dengan syari’at Islam karena setiap orang tua yang bertanggung jawab juga memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan orang tua dengan anak yang baik, efektif dan menambah kebaikan serta kesejahteraan hidup dalam keluarga. (Hasan Basri, 1995 : 85).
Suatu kehidupan yang baik sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah. Oleh karena melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh perkembangan efektif anak secara “benar” sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Keserasian yang pokok harus terbina adalah keserasian antara ibu dan ayah, yang merupakan komponen pokok dalam setiap kelurga. Seorang ibu secara intuisi mengetahui alat-alat pendidikan yang baik dan dapat digunakan, sifatnya yang lebih halus dan perasaan itu merupakan hubungan terhadap sifat seorang ayah, keduanya merupakan unsur yang paling melengkapi dan mengisi Yang membentuk suatu keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan suatu keluarga. (Zakiyah Darajat 1992).
Kehidupan keluarga harus ada keseimbangan yang ditandai oleh keharmonisan hubungan (relasi) antara ayah dengan ibu, ayah dan ibu dengan anak. Dalam keluarga ini orang tua harus bertanggung jawab dan dapat dipercaya, setiap anggota keluarga saling menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta. Orang tua sebagai koordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak menentang otoritas segera ditertibkan karena didalam keluarga terdapat aturan-aturan dan harapn-harapan, anak-anak merasa aman walaupun tidak selalu disadari. Diantara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua, setiap masalah dihadapi dan diupayakan dipecahkan bersama.
Dengan perkataan lain, tanggung jawab dan kepercayaan orang tua yang dirasakan oleh anak akan menjadi dasar peniruan dan koentifikasi diri untuk berperilaku. Ini berarti orang tua perlu mengenalkan dan memberikan pengertian nilai moral kepada anak sebagai landasan dan arah berperilaku teratur berdasarkan tanggung jawab dan konsisten diri. Sikap saling membantu diantara anggota keluarga dalam mengembangkan diri diperlukan untuk kesamaan arah dan tujuan dalam melakukan tindakan yang berdasarkan nilai-nilai moral yang telah disepakati bersama. Komunikasi yang dialogis diperlukan untuk memahami secara jelas persoalan-persoalan, artinya dalam keluarga harus terjadi konfirmasi tentang nilai-nilai moral dalam tingkah laku rasional yang memungkinkan lahirnya kesadaran diri untuk senantiasa berperilaku taat moral. (Moh. Shochib : 1998).
Bagi anak, orang tua merupakan yang paling berarti dalam hidupnya karena orang tua bertindak sebagai guru dan sumber kasih sayang bagi si anak
Kartini Kartono (1993 : 33) menyarankan bahwa bagaimana sibuknya orang tua, berilah waktu untuk bergaul dengan anak dan tunjukkan perhatian pula pada anak. Hanya jika orang tua bergaul dengan anak ia akan memahami anak dan mempunyai pengaruh positif pada anak.
Oleh karena itu keluarga sangat berperan sekali dalam kehidupan seorang anak, untuk mendapatkan pendidikan dirumah (non formal) yang mana kedua orang tua sebagai figur perilaku seorang anak dan motivasi untuk belajar. Karena sebagian besar anak akan termotivasi untuk belajar apabila dia mendapat perhatian yang baik dan keluarga yang sejahtera. Disamping itu kenyataan menunjukkan bahwa didalam keluargalah anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang pertama kali, walaupun pada dasarnya keluarga suatu unit yang terkecil, akan tetapi keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dan kuat dalam mendidik anak sehingga anak merasa diperhatikan dan anak akan termotivasi untuk belajar. Dengan demikian keluargalah yang memiliki pengaruh yang mendasar dalam kehidupan seseorang anak.
Seorang anak yang mempunyai keluarga sejahtera serta mendapat banyak perhatian dari kedua orang tuanya, seharusnya mempunyai motivasi tinggi untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Orang tua yang baik idealnya mampu membimbing mengarahkan dan memotivasi anak untuk belajar, dan berperilaku yang baik.
Berdasarkan uraian diatas penulis kemudian berkeinginan untuk mencoba membahas tentang bagaimana Pengaruh Tingkat Perhatian Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan Anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang ?
2. Bagaimanakah perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang ?
3. Bagaimanakah pengaruh tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang.
2. Untuk mengetahui perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak di Desa Mayangan Jogoroto Jombang.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pertanyaan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya. Sebagai jawaban sementara dari penelitian ini adalah terdapatnya hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak. Jadi semakin tinggi perhatian orang tua terhadap anak maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pembentukan dan perkembangan agama anak.
E. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis.
Sebagai sumbangan khazanah ilmu pengetahuan yang berguna dalam memperkaya lingkup karya-karya penelitian lapangan praktis.
2. Secara Praktis.
Dapat memberikan masukan kepada orang tua akan pentingnya bimbingan yang harus diberikan kepada anak dalam pembentukan dan perkembangan perilaku keagamaan anak.
F. Batasan Operasional Variabel
1. Perhatian orang tua adalah kasih sayang dari ibu dan bapak terhadap anak-anaknya, dimana dia selalu memenuhi dan memperhatikan kepentingan anak-anaknya yang dianggap perlu dan tidak merugikan padanya, agar menjadi manusia yang sempurna dalam arti memiliki keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani dapat dipenuhi.
2. Perilaku keagamaan adalah kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah, baik dan buruk, kemampuan untuk memahami ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
3. Pengaruh tingkat perhatian orang tua terhadap perilaku keagamaan anak seharusnya antara ibu dan ayah dalam keluarga, guru di lembaga formal maupun non formal dan semua masyarakat menentukan watak dan kepribadian anak, selain itu orang tua menyediakan sarana pendidikan. Sehingga dengan demikian pendidikan agama baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat dapat berjalan dam menjadikan / membentuk manusia yang berkepribadian muslim.
G. Sistematika Pembahasan
Agar memperoleh gambaran secara kongkrit dan menyeluruh , maka penulis sajikan sistematika berikut :
BAB I : Sebagai bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, batasan operasional, sistematika pembahasan.
BAB II : yang berisi tentang landasan teoritis tentang.
A. Pembahasan Tentang Perhatian Orang Tua
1. Pengertian Perhatian Orang Tua
2. Faktor-faktor perhatian orang tua
3. Bentuk dan Cara perhatian orang tua
B. Perilaku Keagamaan Anak
1. Pengertian Perilaku Keagamaan Anak
2. Faktor – faktor perilaku keagamaan
3. Bentuk – bentuk prilaku keagamaan
4. Dimensi-dimensi perilaku keagamaan
5. Ciri – ciri perilaku keagamaan
C. Pengarruh Tingkat Perhatian Orang Tua Terhadap Perilaku Keagamaan Anak
BAB III : Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab methode penelitian paling tidak mencakup : Rancangan penelitian, Populasi penelitian, Sampel penelitian, Instrumen penelitian, Tehnik pengumpulan data, Tehnik analisa data.
BAB IV : Merupakan laporan hasil penelitian yang terdiri dari diskripsi data dan pengujian hipotesa.
BAB V : Merupakan bab akhir dari skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
buku referensi diambil dri mana mas bisa dak minta tolong di beri referensinta
BalasHapusmas saya minta referensi perilaku keagamaan dong please......
BalasHapusmas.,.. minta referensinya dunk tntng ciri-ciri perilaku keagamaan..
BalasHapus